jabir Ra

beliau adalah sahabat utama nabi, pershabatannya menghanguskan nafsu dunianya, jadi ucapan beliau adalah sumber islam yang lebih murni, bisa dipakai untuk memahami spirit nabi As
Salah satu hadits yang berasal dari Jabir adalah peringatan agar tidak mudah mengkafirkan sesama muslim:
عَنْ أَبِي سُفْيَانَ قَالَ : كَانَ جَابِرٌ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، يُجَاوِرُ بِمَكَّةَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ ، وَكُنَّا نَأْتِيهِ فِي مَنْزِلِهِ فِي بَنِي فِهْرٍ فَسَأَلَهُ رَجُلٌ : أَكُنْتُمْ تُسَمُّونَ أَحَدًا مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ مُشْرِكًا ؟ قَالَ : مَعَاذَ اللَّهِ . قَالَ : أَكُنْتُم تُسَمُّونَ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ كَافِرًا ؟ قَالَ : لا
Artinya: Seorang lelaki bertanya pada Jabir, “Apakah engkau akan menyebut ahli kiblat (maksudnya, orang Islam) sebagai musyrik?” Jabir menjawab, “(Tidak) Aku berlindung pada Allah (dari sikap itu).” Laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah engkau akan menyebut ahli kiblat dengan kafir?” Jabir menjawab, “Tidak.”[5]
Hadits lain dari Jabir bin Abdillah yang patut menjadi renungan kita semua adalah hadits berikut:
لَا تَطْلُبُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ، وَتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ، وَتَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ
Artinya: Janganlah kalian belajar ilmu untuk bermegah-megah dengan ulama, atau untuk mengelabui orang bodoh, atau untuk menyombongkan diri di majelis. Barangsiapa melakukan demikian, neraka! Neraka![6]




Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata, "Aku keluar bersama Rasulullah pada perang Dzat ar-Riqa’, dari Nakhl dengan mengendarai seekor unta yang lemah. Ketika Rasulullah kembali dari perang Dzat ar-Riqa’, teman-temanku dapat berjalan dengan lancar, sementara aku tertinggal di belakang hingga beliau menyusulku. Beliau ber sabda kepadaku, "Apa yang terjadi denganmu, wahai Jabir?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, untaku berjalan sangat pelan." Beliau bersabda, "Suruh ia duduk!" Aku mendudukkan untaku dan beliau juga mendudukkan untanya. Setelah itu beliau bersabda, "Berikan tongkatmu kepadaku!" Atau beliau bersabda: "Potongkan sebuah tongkat untukku dari pohon itu."

Lalu aku pun mengerjakan perintah Rasulullah SAW., dan beliau mengambil tongkat yang dimintanya. Beliau menusuk lambung untaku beberapa kali kemudian bersabda, "Naikilah untamu!" Aku segera menaikinya. Demi Allah yang mengutus beliau dengan membawa kebenaran, untaku mampu menyalip un ta beliau. Kami bercakap-cakap, ke mudian beliau bersabda, "Wahai Jabir, apakah engkau bersedia menjual unta mu kepadaku?" Aku menjawab, "Tidak wa hai Rasulullah, namun aku akan menghibahkannya kepadamu." Beliau ber sabda, "Juallah untamu ini ke padaku!"

Aku menjawab, "Kalau begitu, hargailah untaku ini." Beliau bersabda, "Bagai mana kalau satu dirham?" Aku menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah, kalau harganya seperti itu, engkau merugi kanku." Beliau bersabda, "Dua dirham?" Aku menjawab, "Aku tidak mau seharga itu, wahai Rasulullah." Beliau terus me naikkan penawaran hingga harga unta itu mencapai satu uqiyah (kira-kira setara dengan 40 dirham).

Aku berkata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau ridha dengan harga itu?" Beliau menjawab, "Ya." Aku berkata, "Kalau begitu unta ini menjadi milikmu." "Ya, aku telah terima" jawab beliau lalu bersabda, "Wahai Jabir, apakah engkau sudah menikah?" "Sudah, wahai Rasulullah," Jawabku. Beliau bertanya, "Dengan gadis ataukah janda?", "Dengan janda," Jawabku. Beliau bersabda, "Kenapa engkau tidak menikahi seorang gadis hingga engkau bisa bercanda dengannya dan ia bisa bercanda denganmu?" Aku menjawab, "Ayahku gugur di perang Uhud dan meninggalkan tujuh orang anak perempuan. Aku menikahi seorang wanita yang dewasa sehingga bisa mengurus dan mengasuh mereka."

Beliau bersabda, "Engkau benar, insyaAllah. Bagaimana jika telah tiba di Shirar (Sebuah tempat kira-kira 5 km dari kota Madinah) nanti aku perintahkan penyiapan unta untuk disembelih, kemudian kita adakan jamuan daging unta pada hari tersebut hingga istrimu mendengar kabar tentang kita dan ia melepaskan bantalnya?" "Aku tidak memiliki bantal wahai Rasulullah," jawabku. Beliau bersabda, "Engkau akan memilikinya insyaAllah. Karena itu, jika engkau telah tiba di rumahmu, maka lakukanlah perbuatan orang cerdik."

Setibanya di Shirar, Rasulullah SAW, memerintahkan para sahabat untuk menyiapkan unta dan kemudian disembelih. Kami mengadakan jamuan makan pada hari itu. Pada sore hari, beliau masuk ke rumah, dan kami pun masuk ke rumah kami. Aku ceritakan kisah ini dan sabda Rasulullah kepada istriku. Istriku berkata, "Lakukanlah itu, dengar dan taatlah."

Esok paginya aku membawa untaku, menuntun dan mendudukkannya di depan pintu masjid Rasulullah, kemudian aku duduk di dekat masjid. Ketika beliau keluar dan melihatnya, beliau bersabda, "Apa ini?" Para sahabat menjawab, "Ini unta yang dibawa Jabir." Beliau bersabda, "Di mana Jabir?" Aku pun di panggil, kemudian beliau bersabda, "Wa hai anak saudaraku, ambillah unta mu, karena ia menjadi milikmu!" Beliau memanggil Bilal dan bersabda kepa danya, "Pergilah bersama Jabir, dan beri kan kepadanya uang satu uqiyah!" Aku pergi bersama Bilal, dan kemudian ia memberiku uang satu uqiyah dan memberi sedikit tambahan kepadaku. Demi Allah, pemberian beliau tesebut terus berkembang dan bisa dilihat tempatnya di rumahku hingga aku mendapat musibah di perang al- Harrah belum lama ini.

Dari kisah Jabir ra di atas, ada beberapa hikmah yang dapat diambil. Per tama, dalam muamalah, komunikasi sosial sangat penting. Rasulullah SAW sangat dikenal memiliki kepribadian yang santun dalam ucapan dan tingkah lakunya. Dari kisah di atas, beliau mengajak berdialog dengan komunikasi yang sangat santun. Menurut ahli tafsir, sebenarnya, beliau ingin mengetahui berapa kebutuhan sahabatnya. Namun, beliau tidak serta merta "to the point" mena nyakannya kepada Jabir ra, melainkan beliau ajak dialog. Secara nyata, beliau melakukannya dengan penawaran beli unta yang dimiliki sahabatnya dan beliau lakukan dengan setahap demi setahap hingga mencapai penawaran yang diinginkan sahabatnya, sehingga kemudian beliau mengetahui bahwa sebesar itulah yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Cara ini masih berlaku pada zaman beliau, yaitu ketika kaum mukminin memiliki kepribadian yang luhur termasuk memegang teguh kejujuran. Sehingga, dari cara ini, Jabir ra sangat dapat dipercaya bahwa memang sebesar itulah kebutuhan beliau. Dari cara ini pula, pertanyaan Rasulullah SAW dapat terjawab.



عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَضْحَى بِالْمُصَلَّى فَلَمَّا قَضَى خُطْبَتَهُ نَزَلَ مِنْ مِنْبَرِهِ وَأُتِيَ بِكَبْشٍ فَذَبَحَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ وَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ هَذَا عَنِّي وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي
Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu , ia berkata: Aku ikut bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari ‘Idul Adha di Mushalla (lapangan tempat shalat). Setelah selesai khutbah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dari mimbar, lalu dibawakan kepadanya seekor kambing kibasy, lalu Rasulullah menyembelihnya dengan kedua tangannya seraya berkata,”Dengan menyebut nama Allah, Allahu akbar, ini adalah kurbanku dan kurban siapa saja dari umatku yang belum berkurba


Berikut hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah Al-Anshari RA yang bersumber langsung dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda yang artinya sebagai berikut:

“Malaikat Jibril selalu mewasiatkan kepadaku tentang tetangga, sampai saya kira ia mau menjadikannya sebagai ahli waris. Malaikat Jibril selalu mewasiatkan kepadaku tentang perempuan, sampai saya kira ia akan mengharamkan menalakya. Malaikat Jibril selalu mewasiatkan kepadaku tentang hamba hamba sahaya, sampai saya kira ia akan menentukan saat kemerdekaan mereka dengan sendirinya."

"Malaikat Jibril selalu mewasiatkan kepadaku tentang bersiwak, sampai saya kira ia akan menjadi wajib. Malaikat Jibril selalu mewasiatkan kepadaku tentang salat berjamaah, sampai saya kira Allah tidak akan menerima salat kecuali dengan berjamaah. Malaikat Jibril selalu mewasiatkan kepadaku agar mengerjakan salat Qiyamul Lail, sampai saya kira tidak boleh tidur di malam hari. Dan Malaikat Jibril selalu mewasiatkan kepadaku agar berzikir (menyebut) nama Allah, sampai saya kira suatu ucapan tidak bermanfaat tanpa disertai zikir kepada Allah (menyebut Asma Allah)."Demikian pesan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW. Jika dicermati wasiat tersebut sarat dengan hikmah karena di dalamnya terdapat banyak nasihat yang merupakan tuntunan syariat.

Menurut sebagian data, hubungan antara Rasulullah saw dan Jabir penuh dengan kecintaan dan persahabatan. Suatu hari Jabir jatuh sakit dan Rasulullah saw pun menjenguknya. Jabir yang sepertinya tidak memiliki harapan lagi untuk sembuh bertanya tentang hukum waris atas harta peninggalannya untuk saudari-saudarinya. Rasulullah saw memberi semangat dan harapan kepadanya dan memberi kabar gembira tentang umur panjangnya, dan turunlah sebuah ayat yang terkenal[15] dengan nama ayat Kalalah[16] yang menjawab pertanyaan Jabir.


Nabi SAW mengibaratkannya jarak waktu terjadinya kiamat dengan dua jari, telunjuk dan jari tengah. Dan begitu menyebut persoalan kiamat, ekspresi wajah Rasulullah mendadak berubah. Mukanya memerah seperti saat ia memberi instruksi kepada para tentaranya untuk berperang.

DI antara hadis-hadis sahih yang tidak menunjukan penetuan hari kiamat adalah hadis riwayat Muslim bahwa Jabir bin Abdullah berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda sebulan sebelum beliau meninggal, ‘Kalian bertanya kepadaku mengenai kiamat, padahal pengetahuan tentangnya ada pada Allah. Aku bersumpah atas nama Allah, tidak ada di atas bumi jiwa yang lahir pada hari ini yang pada tahun ke seratus ia masih hiup,” (Jami’ al-Ushul, X, h. 387, hadis no.7890)


abir r.a. berkata, ”Adalah Rasulullah saw. jika beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian.’ Beliau melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’ Rasulullah saw. mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. (HR Muslim)
2. Disia-siakannya amanat

Jabir r.a. berkata, tatkala Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat ?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw. Menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR Bukhari)


Jabir, beliau bertanya kepada Rasulullah SAW makhluk pertama yang diciptakan Allah Ta’ala, Rasulullah SAW bersabda :

ان الله خلق قبل الأشياء نور نبيك فجعل ذالك النور يدور بالقدرة حيث شاء الله ولم يكن في ذلك الوقت لوح ولا قلم ولا جنة ولا نار ولا ملك ولا انس ولا جن ولا أرض ولا سماء  ولا شمس ولا قمر
Artinya :  Sesungguhnya Allah telah mencipta, sebelum adanya sesuatu, nur nabimu, maka dijadikan nur tersebut beredar dengan kekuasaan qudrahNya menurut yang dikehendaki Allah. Dan belum ada pada waktu itu luh, qalam, syurga, neraka, malaikat, manusia, jin, bumi, langit, matahari dan bulan.[4]

Dikisahkan di dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Jabir bin Abdullah mengetahui keadaan Kanjeng Nabi dan merasa iba melihat kondisinya yang tampak lelah dan lapar. Jabir pun ingin menjamu Kanjeng Nabi. Ia berkata, “Kanjeng Nabi, saya mohon izin untuk pulang sebentar ke rumah”.
anjeng Nabi memberinya izin. Saat tiba di rumah, Jabir berkata kepada istrinya, “Aku melihat Kanjeng Nabi sangat lemah dan lapar. Namun, beliau tetap bersabar. Apakah kita punya sesuatu untuk dimasak, Dik?”
Istri Jabir menjawab, “Kita punya gandum dan anak kambing. Tapi anak kambing itu kurus, Mas.”
Jabir pun menyembelih kambing kurus, lalu istrinya memasaknya. Kemudian istri Jabir juga membuat beberapa potong roti gandum. Setelah makanan siap disajikan, Jabir bergegas pergi menemui Rasulullah Saw.
“Kanjeng Nabi, aku punya sedikit makanan di rumah. Monggo Panjenengan datang ke rumahku bersama dua atau tiga orang untuk makan dulu,” ujar Jabir.
Ada makanan apa, Kang Jabir?” tanya Kanjeng Nabi.
Jabir menuturkan apa adanya. Lalu, Rasulullah Saw. berkata, “Oh itu makanan yang banyak dan baik, Kang. Katakan kepada istrimu agar jangan dulu membuka tutup makanan dan menghidangkan rotinya hingga aku datang.”
Nggih,” ucapnya.
Jabir bergegas pulang ke rumahnya mendahului Kanjeng Nabi. Sementara itu, Rasulullah Saw berseru kepada para sahabat, “Berhentilah kalian semua. Istirahat dulu. Ayo kita pergi ke rumah Jabir”.abir mendatangi istrinya. “Aduh, Dik.”
“Ada apa, Kang Mas?” tanya istri Jabir.
“Lha ini kita harus bagaimana? Kok Kanjeng Nabi datang bersama semua sahabat.”
“Apakah beliau telah bertanya sebelumnya kepadamu, Kang Mas?” tanya istrinya.
“Ya. Sudah, Dik,” jawab Jabir.
“Oh. Kalau begitu ya ndak perlu kaget,” jawab istrinya seolah mengerti bahwa Kanjeng Nabi pasti menunjukkan keistimewaannya. Pasti akan ada hal ajaib yang akan terjadi.
Dugaan istri Jabir benar. Kanjeng Nabi membuka tutup panci dan mengambil masakan daging kambing itu. Lalu, para sahabat mengikutinya hingga semua orang yang datang ke rumah Jabir bisa makan dengan kenyang.Setelah semua orang mendapatkan jatah makan, Kanjeng Nabi Muhammad menyuruh istri Jabir untuk makan. Ternyata, di panci itu masih tersisa masakan untuk Jabir dan istrinya, begitu pun rotinya.
Jabir pun heran. Sebab daging kambing dan roti yang disediakan olehnya dan istrinya mestinya hanya cukup dimakan beberapa orang saja. Namun ternyata makanan itu bisa dinikmati semua sahabat yang datang ke rumah Jabir. (alif.id)
untuk kisah Jabir bin Abdullah kali ini, biarkan beliau sendiri yang bercerita:

"Di perang Khandaq kami menggali parit, tiba-tiba sebuah batu besar menghalangi proses penggalian, kami tidak kuasa menghancurkannya. Kami datang kepada Rasulullah dan berkata, 'Wahai Rasulullah, penggalian kami terhadang oleh sebongkah batu padas yang kokoh, kapak-kapak kami tumpul menghadapinya.'

Maka Nabi bersabda, 'Biarkan ia, aku akan turun menanganinya.' Kemudian beliau bangkit, saat itu beliau mengganjal perutnya dengan batu karena rasa lapar yang sangat. Karena selama tiga hari kami tidak mencicipi makanan. Nabi mengambil kapak dan menghantamkannya ke batu tersebut hingga batu itu pecah. Saat itu aku sangat sedih melihat keadaan Rasulullah yang sedang menahan lapar. Lantas aku menemuinya dan berkata, 'Apakah engkau mengizinkanku untuk pulang sebentar ya Rasulullah?' Nabi menjawab, 'Silakan.'

Maka akupun pulang, setibaku di rumah aku bertanya pada istriku, 'Apakah kamu mempunyai sedikit makanan, sungguh aku sangat sedih melihat rasa lapar yang menimpa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, di mana tidak akan ada orang yang bisa menahannya.'

Istrinya menjawab, 'Sedikit gandum dan seekor domba kecil.' Lalu aku menyembelih domba itu, menggulitinya dan memotong-motongnya, aku meletakkannya di sebuah bejana, lalu aku mengambil gandum, menggilingnya dan menyerahkannya pada istriku agar dibuatkan adonan. Ketika aku melihat daging hampir matang, adonan pun sudah mulai mengembang, aku meninggalkan rumah menuju Rasulullah. Aku berkata kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, ada sedikit makanan yang kami buat. Silakan engkau datang bersama satu atau dua orang.'
eliau bertanya, 'Berapa banyak makananmu?' Maka aku jelaskan keadaan yang sebenarnya. Tatkala Nabi mengetahui kadar makanan kami, beliau bersabda:

'Wahai orang-orang yang sedang menggali parit, sesungguhnya Jabir telah membuat makanan untuk kalian, marilah kita menyantapnya.' Kemudian Nabi berkata kepadaku, 'Pulanglah dulu dan katakan kepada istrimu jangan menurunkan bejana dari tungku dan jangan membuka adonannya sampai aku datang.'


Aku pun pulang dengan perasaan malu, benar-benar malu, malu yang hanya diketahui Allah. Aku berkata dalam diriku, 'Apakah para penggali parit itu semua akan hadir untuk menyantap satu sha' gandum dan seekor domba kecil?' Aku segera masuk rumah dan berkata pada istriku, 'Celaka, aku benar-benar malu, Rasulullah membawa seluruh orang-orang Khandaq kepada kita.' Istri ku bertanya, 'Apakah beliau bertanya berapa banyak makananmu?' 'Ya' Jawabku.

Rasulullah malah berkata, 'Berbahagialah, Allah dan RasulNya lebih mengetahui.' Kata-kata istriku membuat kecemasanku sirna. Tidak lama kemudian Rasulullah datang bersama orang-orang Muhajirin dan Anshar. Beliau bersabda, 'Masuklah dan jangan berdesak-desakkan.' Kemudian beliau bersabda, 'Panggillah orang lain untuk membuat roti bersamamu, jangan menurunkan bejanamu dari tungku, cukup bagimu menciduknya.'

Lalu Nabi memotong-motong roti, meletakkan daging di atasnya dan menyuguhkannya kepada seluruh sahabat. Mereka semua makan dengan kenyang.
Aku bersumpah dengan nama Allah, ketika orang banyak meninggalkan rumahku saat itu bejanaku masih mendidih penuh dengan daging sedangkan adonanku masih seperti sedia kala. Kemudian Nabi bersabda pada istriku, 'Makanlah dan hadiahkanlah.' Maka dia makan dan membagi-bagikannya pada orang lain."



Suatu saat Jabir bin Abdullah berangkat ke Romawi untuk berjihad di jalan Allah. Pasukannya dipimpin oleh Malik bin Abdullah al-Khats ‘amir. Malik berkeliling memeriksa pasukannya untuk mengetahui keadaan mereka, memompa semangat mereka dan memberikan perhatian kepada para pemukanya sesuai dengan kedudukan mereka.

Malik melihat Jabir berjalan kaki, dia menuntun seekor baghl dan memegang tali kekangnya. Malik bertanya, "Mengapa engkau tidak berkendaraan wahai Abu Abdullah? Bukankah Allah telah memudahkan bagimu kendaraan yang bisa engkau tunggangi?"

Maka Jabir menjawab, "Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa kedua kakinya berdebu di jalan Allah niscaya Allah akan mengharamkannya atas neraka."

Maka Malik meninggalkan Jabir dan berjalan sampai depan pasukannya. Kemudian dia berbalik menghadap pasukannya dan berteriak, "Wahai Abu Abdullah, mengapa engkau tidak berkendara padahal ia ada di tanganmu?"

Jabir mengerti maksud pertanyaan tersebut, dia menjawab dengan suara tinggi, "Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa kedua kakinya berdebu di jalan Allah niscaya Allah akan mengharamkannya atas neraka."

Maka orang banyakpun turun dari kendaraan mereka. Semua orang ingin meraih pahala tersebut. Tidak ada pasukan dengan pejalan kaki paling banyak dibanding dengan pasukan Malik.



Jabir bin Abdillah z berkata, “Kehausan menimpa para sahabat pada Perang Hudaibiyah. Ketika itu di hadapan Nabi ada bejana (berisi air), beliau pun berwudhu. Manusia menghampiri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan wajah-wajah yang tampak kesusahan dan kesedihan.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Ada apa dengan kalian?’ ‘Wahai Rasulullah, Kami tidak memiliki air untuk berwudhu, tidak pula untuk minum selain air yang ada di hadapanmu.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu meletakkan tangan beliau ke dalam bejana, seketika itu air memancar deras dari sela-sela jari jemari beliau seperti mata air, kami segera minum dan berwudhu dengan air itu.” Jabir ditanya, “Berapa jumlah sahabat ketika itu?” Jabir menjawab, “Seandainya jumlah kami seratus ribu, niscaya air itu mencukupi kami. Ketika itu jumlah kami seribu lima ratus orang.” (HR. al-Bukhari)

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sewaktu ayahku meninggal, ia masih mempunyai utang yang banyak. Kemudian, aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melaporkan kepada beliau mengenai utang ayahku. Aku berkata kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, ayahku telah meninggalkan banyak utang. Aku sendiri sudah tidak mempunyai apa-apa lagi selain yang keluar dari pohon kurma. Akan tetapi, pohon kurma itu sudah dua tahun tidak berbuah.’ Hal ini sengaja aku sampaikan kepada Rasulullah agar orang yang memiliki piutang tersebut tidak berbuat buruk kepadaku.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajakku pergi ke kebun kurma. Sesampainya di sana beliau mengitari pohon kurmaku yang dilanjutkan dengan berdoa. Setelah itu beliau duduk seraya berkata kepadaku, ‘Ambillah buahnya.’ Mendengar perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut, aku langsung memanjat pohon kurma untuk memetik buahnya yang tiba-tiba berbuah. Buah kurma itu kupetik sampai cukup jumlahnya untuk menutupi utang ayahku, bahkan lebih.” (HR. al-Bukhari juz 4 no. 780)

TAFSIR SURAH AL-IKHLASH (sumber :aljawad)

TAFSIR SURAH AL-IKHLASH
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
Katakanlah ! Dia Allah Yang Satu. Allah ash-Shamad. Dia tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Dan tidak ada yang setara bagi-Nya. (QS. 112 : 1-4)

Sebab Turunnya
Imam Ja'far ash-Shadiq as telah berkata : "Ada beberapa orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah Saww . Mereka berkata : 'Nisbahkablah Rabb-mu kepada kami.' Selama tiga hari beliau tidak menjawab pertanyaan mereka, kemudian turunlah surah : 'Qul Huwallâhu ahad...'" (HR Al-Kulaini).

Keutamaannya
Al-Ikhlash

memiliki banyak keutamaan di antaranya : jika dibaca bisa mengurangi dosa-dosa, menambah pahala, mencegah kejahatan seseorang yang hendak berbuat zalim kepada kita, menarik simpati malaikat, dan mendatangkan rasa aman. Hal ini tentu saja jika nilai-nilai yang terkandung di dalamnya diaplikasikan di dalam kehidupan kita.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saww telah bersabda : "Qul Huwallâhu ahad adalah sepertiga Alquran." (Tafsir Ad-Durr Al-Mantsur).

Imam Ali bin Abi Thalib as telah berkata : "Barangsiapa yang membaca Qul Huwallâhu ahad sebanyak sebelas kali setelah selesai shalat shubuh, maka dia pada hari itu tidak diikuti dosa." (Tsawabul 'Amal).

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin [Ali bin Abi Thalib] as bahwa Rasulullah Saww bersabda : "Barangsiapa yang membaca Qul Huwallâhu ahad seratus kali ketika berbaring hendak tidur, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya selama lima puluh tahun." (Tsawabul 'Amal).

Imam Ja'far ash-Shadiq berkata : "Barangsiapa menuju tempat tidurnya, lalu dia membaca sebelas kali Qul Huwallâhu ahad..., niscaya Allah menjaganya di dalam rumahnya dan di tempat-tempat yang ada di sekitarnya." (Tsawabul 'Amal).

Dari Ja'far bin Muhammad dari ayahnya as bahwa Nabi Saww telah men-shalatkan atas (jenazah) Sa'd bin Mu'adz, lalu beliau bersabda : "Ada sembilan puluh ribu malaikat yang ikut menshalatkan di antara. Di antara (malaikat) yang ikut menshalatkan atasnya adalah Jibrail as. , lalu aku bertanya kepadanya : 'Wahai Jibrail, mengapa Anda menshalatkannya ?' Dia berkata : 'Karena dia suka membaca Qul Huwallâhu ahad...dalam keadaan berdiri dan duduk, dalam keadaan berkendaraan dan berjalan dan dalam keadaan pergi dan datang.'" (Tsawabul 'Amal).

Tafsirnya

Qul Huwallâhu Ahad
Imam Muhammad al-Baqir as telah menafsirkan firman Allah Yang Mahatinggi yakni Qul Huwallâhu ahad. Qul (Katakanlah) yaitu jelaskanlah apa-apa yang telah Kami wahyukan dan apa-apa yang telah Kami kabarkan kepadamu dengannya dengan susunan huruf yang telah Kami bacakan kepadamu agar dengannya orang yang mau mendengar dan dia yang menyaksikan mendapat petunjuk.

Huwa (Dia). Huwa adalah sebuah nama yang ditujukan kepada yang gaib, huruf 'Ha' yang ada pada 'Huwa' adalah 'tanbih' atau peringatan atas makna yang tetap, wawunya isyarat kepada yang gaib yang tidak dapat dijangkau oleh indra, berbeda dengan ucapan Anda "ini" yang menunjukkan kepada yang tampak (syahid) yang dapat dijangkau oleh indra, dan yang demikian itu bahwa orang-orang kafir telah mengingatkan orang lain tentang tuhan-tuhan mereka dengan kata tunjuk yang mengisyaratkan kepada yang tampak yang dapat dijangkau oleh indra, mereka berkata : Inilah tuhan-tuhan kami yang bisa disembah yang dapat dicapai dengan penglihatan, maka tunjukkanlah olehmu kepada kami wahai Muhammad kepada tuhan kamu yang kamu menyeru (manusia) kepada-Nya sehingga kami melihat-Nya, mendapatkan-Nya dan tidak merasa lemah untuk memperoleh-Nya', kemudian Allah Yang Mahaberkah dan Mahatinggi menurunkan Qul Huwallâhu ahad..., maka 'Ha' mengingatkan kepada yang tetap dan "wa" isyarat kepada yang gaib yang tidak dapat dicapai oleh penglihatan dan yang tidak bisa disentuh oleh indra dan bahwa Dia Mahatinggi dari yang demikian, bahkan Dia yang mencapai penglihatan dan menciptakan indra.

Huwa (Dia bagi Allah) adalah "nama yang agung". Imam Ali as telah berkata : "Semalam sebelum terjadi perang Badar, saya mimpi berjumpa dengan (Nabi) Khidir, lalu saya berkata kepadanya : 'Ajarkan kepadaku sesuatu yang dengannya saya memperoleh kemenangan atas musuh.' Dia berkata kepadaku : 'Ucapkanlah Yâ Huwa yâ man lâ Huwa illa Huwa' (Wahai Dia, wahai yang tidak Dia selain Dia). Ketika pagi datang saya ceritakan mimpi tersebut kepada Rasulullah Saww, lalu beliau berkata kepadaku : 'Wahai Ali,, engkau telah diajari nama yang agung.'"

Pada waktu perang Shiffin (antara Imam Ali dan Mu'awiyyah), Imam Ali as membaca Qul Huwallâhu ahad...", lalu setelah dia selesai membacanya, beliau mengucapkan : "Ya Huwa ya man lâ Huwa illa Huwa ighfirlî wa unshûrnî 'alal qaumil kâfirîn. (Wahai Dia Wahai Dzat yang tiada Dia selain Dia, ampunilah aku dan tolonglah aku terhadap kaum kafir)." Imam Ali mengalahkan pasukan Mu'awiyah.

Ammar bin Yasir bertanya kepada Imam Ali : "Wahai Amirul Mukminin, apa ungkapan kalimat ini ?" Beliau menjawab : "'Nama Allah Yang Agung, tiada tauhid selain Dia', lalu beliau membaca ayat Alquran (yang artinya) : 'Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia.'(QS 2: 18).

Allah. Imam Ali as berkata : "Allah maknanya yang diibadati (ma'bud), yang tak berdaya dan lemah seluruh makhluk untuk mencapai mahiyah-Nya, yang tertutup dari pencapaian penglihatan dan yang terhijab dari angan-angan dan pikiran."

Imam Muhammad al-Baqir as berkata : "Allah maknanya yang diibadati yang lemah seluruh makhluk dalam mencapai esensi-Nya dan lemah untuk mengetahui kebagaimanaan-Nya."

Ahad.Ahad dan wahid artinya sama yakni satu. Satu bagi Allah adalah bukan satu sebagai pembuka bilangan, yaitu ada dua, tiga, empat, dan seterusnya, bukan satu yang bisa dibagi sehingga ada seperdua, sepertiga, seperempat, dan sebagainya, dan bukan pula satu yang terdiri dari beberapa unsur, seperti halnya manusia terdiri dari ruh dan jasad. Jadi, satu bagi Allah Azza wa Jalla tidak sama dengan satu bagi makhluk-Nya.

Imam Muhammad al-Baqir as telah mengatakan : "Ahad itu tunggal yang menyendiri, ahad dan wahid itu maknanya sama yaitu yang menyendiri yang tidak ada saingan bagi-Nya."

Imam Ali as berkata kepada seorang Arab : "Wahai A'rabi, sesungguhnya ucapan yang mengatakan Allah itu bisa terbagi kepada empat bagian : dua bagian tidak boleh atas Allah Azza wa Jalla, dan dua bagian tetap pada-Nya. Adapun dua yang tidak boleh atas-Nya adalah ucapan seseorang : satu yang dia maksudkan dengannya pembuka bilangan, maka ini yang tidak boleh karena tidak ada yang kedua bagi-Nya, Dia tidak masuk pada pembuka bilangan. Tidakkah Anda perhatikan bahwa telah kufur orang yang mengatakan : 'yang ketiga dari yang tiga.' Dan yang keduanya adalah ucapan seseorang yang mengatakan : Dia satu dari manusia yang dia maksudkan dengan-Nya adalah macam dari jenis, maka ini tidak boleh atas-Nya karena yang demikian itu tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya), Mahamulia Rabb kita dan Mahatinggi. Ada dua wajah yang tetap pada-Nya adalah ucapan yang mengatakan : Dia adalah satu yang tidak ada penyerupaan bagi-Nya pada segala sesuatu, begitulah Rabb kita. Kedua, perkataan yang mengatakan : Sesungguhnya Dia Yang Mahaagung dan Mahamulia Ahadiyyul ma'na (kesatuan makna), yakni yang dimaksudkan dengannya ialah bahwa Dia tidak terbagi kepada wujud, akal, dan pikiran. Begitulah tentang Rabb kita Azza wa Jalla." (Tawhid 83 - 84).

Ash-Shamad. Telah berkata Imam Muhammad al-Baqir as : "Adalah Muhammad putra al-Hanafiyyah (Allah rela kepadanya) berkata : 'Ash-Shamad adalah yang berdiri sendiri yang cukup dari selain-Nya, ash-Shamad adalah Yang Mahatinggi dari alam semesta dan dari kerusakan dan ash- Shamad adalah yang tidak disifati dengan perubahan.'"

Imam Muhammad al-Baqir as berkata : "Ash-Shamad adalah sayyid yang ditaati, yang tidak ada di atasnya yang memerintah dan yang melarang."

Imam Ali Zainul Abidin as telah ditanya tentang ash-Shamad. Beliau berkata : "Ash-Shamad ialah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, yang tidak lemah menjaga sesuatu dan tidak terlepas (pengawasan) sesuatu dari-Nya."

Wahab bin Wahab al-Quraisyi telah berkata : 'Ash-Shadiq Ja'far bin Muhammad telah menyampaikan hadis kepadaku dari ayahnya al-Baqir dari ayahnya as bahwa orang-orang Bashrah telah menulis surat kepada al-Husain bin Ali as. Mereka bertanya kepadanya tentang ash-Shamad, lalu beliau menulis surat kepada mereka : 'Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Maha Pengasih. Adapun kemudian, maka janganlah kalian bermain-main tentang Alquran, dan janganlah kalian berbantah-bantahan tentangnya dan janganlah kalian berbicara tentangnya tanpa ilmu, karena sesungguhnya aku telah mendengar kakekku Rasulullah Saww bersabda : 'Barangsiapa yang berkata tentang Alquran tanpa ilmu, maka bersiap-siaplah untuk menempati tempat duduknya dari api neraka'. Sesungguhnya Allah Yang Mahasuci telah menafsirkan ash-Shamad. Dia berfirman : 'Allahu Ahad Allah ash-Shamad' kemudian Dia menafsirkan dengan firman-Nya : 'Lam yalîd wa lam yûlad wa lam yakun lahu kufuwan ahad.'

Lam yalîd (Dia tidak melahirkan). Artinya, dia tidak keluar dari-Nya sesuatu yang kasar seperti anak dan segala sesuatu yang kasar yang lazim keluar dari makhluk-makhluk, dan Dia tidak keluar dari sesuatu yang lembut serta halus seperti nafas, dan tidak bercabang dari-Nya badawat seperti ngantuk, tidur, merasa, pilu, sedih, gembira, tertawa, menangis, takut, mengharap, benci, cinta, sum'ah, lapar, dan kenyang. Dia Mahasuci keluar darinya sesuatu dan lahir dari-Nya sesuatu baik yang kasar maupun yang halus.

Wa lam yûlad (Dan Dia tidak dilahirkan). Artinya, Dia tidak lahir dan tidak keluar dari sesuatu sebagaimana keluarnya segala sesuatu keluar dari sesuatu, hewan keluar dari hewan, tumbuh-tumbuhan dari bumi, air dari mata air, buah-buahan dari pohon. Dan tidak sebagaimana keluarnya segala sesuatu yang halus dari pusat-pusatnya seperti penglihatan keluar dari mata, pendengaran keluar dari telinga, penciuman dari hidung, rasa dari mulut, ucapan dari lidah, pengetahuan dan tamyiz (dapat membedakan) dari hati dan seperti api keluar dari batu. Tidak, bahkan Dia Allah Ash-Shamad yang tidak dari sesuatu, tidak pada sesuatu, dan tidak di atas sesuatu. Dia yang mengadakan dan menciptakan segala sesuatu dan Dia yang membentuk segala sesuatu dengan kekuasan-Nya. Menuju kepada kehancuran apa-apa yang telah Dia ciptakan untuk fana (binasa) dengan Kehendak-Nya, dan akan kekal apa yang Dia ciptakan untuk kekal dengan ilmu-Nya, maka yang demikian itu adalah Allah ash-Shamad yang tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, yang mengetahui yang gaib dan syahadah, Yang Mahabesar dan Mahatinggi dan tidak ada yang sekufu bagi-Nya satupun.

Takwilnya . Keutamaan Imam Ali as dimisalkan dengan keutamaan surah ini Ibnu Abbas ra telah berkata : "Telah bersabda Rasulullah Saww : 'Wahai Ali, tiada lain perumpamaan dirimu di tengah-tengah manusia itu melainkan seperti 'Qul Huwallâhu ahad' di dalam Alquran, siapa yang membacanya satu kali maka seolah-olah dia telah membacanya sepertiga Alquran, siapa yang membacanya dua kali, maka seolah-olah dia telah membacanya dua pertiga Alquran, dan siapa yang membacanya tiga kali, maka seolah-olah ia telah membaca Alquran seluruhnya. Demikian juga tentang dirimu, wahai Ali. Siapa yang mencintaimu dengan hatinya, maka dia telah mencintaimu sepertiga iman; siapa yang mencintai dengan hati dan lidahnya, maka dia telah mencintaimu dua pertiga iman, dan siapa yang mencintaimu dengan hati, lidah, dan tangannya, maka dia telah mencintai iman semuanya. Demi Yang telah mengutusku sebagai Nabi dengan kebenaran, seandainya penduduk bumi ini mencintaimu sebagaimana penghuni langit mencintaimu, maka Allah tidak akan mengazab seorang pun dari mereka".

Pembagian Umat Islam
Umat Islam dalam mengamalkan kitab suci Alquran sangat tergantung kepada kecintaan mereka kepada Imam Ali as. Jika kecintaan kita kepada Imam Ali yang hanya sebatas hati dan lidah, yakni kita mengakui kedekatannya dengan Allah Swt, dengan Rasulullah Saww dan kita mengakui keluasan ilmunya, ketakwaannya, kesalehannya, kesucian jiwanya, kemuliaan akhlaknya, keberaniannya, kezuhudannya, kewara'annnya, dan kedermawanannya lebih dari orang lain selain Rasulullah Saww tetapi kita tidak berada di pihaknya atau tidak membela hak-haknya dan kita tidak menaatinya, maka pada hakikatnya kita tidak mencintainya dan tidak mengamalkan Alquran seluruhnya. Jadi, kesimpulan dari takwil tersebut adalah sebagai berikut :

Jika kita mencintai Imam Ali hanya dengan hati kita, maka kita hanya mengamalkan sepertiga Alquran, berarti kita hanya menjadi Muslim atau Muslimah yang beriman kepada sebagian Alkitab dan kufur kepada dua pertiganya.

Jika kita mencintai Ali bin Abi Thalib hanya dengan hati dan lidah, maka kita telah mengamalkan dua pertiga Alquran, berarti kita telah menjadi Muslim atau Muslimah yang telah beriman kepada dua pertiga Alquran dan masih kufur kepada sepertiganya.

Jika kita mencintai Imam Ali dengan hati, lidah, dan tangan kita, maka kita telah beriman kepada seluruh isi Alquran, sebab Imam Ali dan Rasulullah Saww telah mengamalkan seluruh isi Alquran, maka orang-orang yang membuktikan kecintaannya kepada mereka dengan mengikutinya, berarti telah beriman kepada seluruh Alquran.

Iman dan nifak seseorang yang sangat ditentukan oleh kecintaan kepada Imam Ali. Rasulullah Saww telah bersabda : "Wahai Ali, tidak akan mencintaimu kecuali orang yang beriman, dan tidak akan membencimu kecuali orang munafik." (HR. Muslim).

Para sahabat Nabi Saww seperti Ibnu Abbas, Abu Said al-Khudri, Abu Dzar al-Ghiffari dan lain-lain telah melaporkan bahwa pada zamannya mereka mengenal orang yang memiliki sifat nifak itu dari ketidaksenangannya kepada Imam Ali as.

Spesifikasi al-Ikhlash
Al-Ikhlash mempunyai kekhususan tersendiri yakni : (i) Dia dianjurkan dibaca pada shalat-shalat tertentu, seperti pada dua rakaat pertama dari shalat malam, salah satu rakaatnya dibaca surah ini; (ii) seperti yang sudah disebutkan, surah ini bisa dijadikan wirid setelah shalat shubuh, menjelang tidur, atau kapan saja; (iii) Bila di dalam shalat kita telah membaca sebagian dari surah ini maka kita tidak diperbolehkan menggantinya dengan surah yang lain; (iv) jika kita jarang membaca surah ini, maka kita akan termasuk orang yang memperoleh ancaman, sebagaimana dalam hadis-hadis berikut :

Abu Abdillah [Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq] as berkata : "Barangsiapa yang telah berlalu baginya tiga hari, dia tidak membacanya pada hari-hari itu 'Qul Huwallâhu ahad', maka sesungguhnya dia telah hina dan mencopot tali Islam dari lehernya, lalu seandainya dia mati pada tiga hari ini maka dia sebagai orang yang kufur kepada Allah Yang Mahabesar (Tsawabul 'Amal).

Dalam riwayat Ishaq bin Ammar dari Abu Abdillah as dia telah mengatakan : "Saya telah mendengarnya beliau bersabda : 'Barangsiapa yang berlalu baginya satu Jum'at, dia tidak membaca satu Jum'at (sepekan) itu 'Qul Huwallâhu ahad', kemudian dia mati, maka dia mati atas ajaran Abu Lahab.'"

Abu Abdillah as berkata : "Barangsiapa yang sakit atau terkena suatu musibah dan tidak membaca padanya 'Qul Huwallâhu ahad', kemudian dia meninggal dunia dalam sakitnya itu atau di dalam musibah yang telah turun kepadanya, maka dia dalam neraka".

Sumber: aljawad.tripod.com

SURAT AL QADR BACAAN, TERJEMAHAN, MANFAAT, KEAMPUHAN DAN KANDUNGANNYA

SURAT AL QADR BACAAN, TERJEMAHAN, MANFAAT, KEAMPUHAN DAN KANDUNGANNYA
(hasil salin dari:https://moslemquw.blogspot.com/2017/01/surat-al-qadr-bacaan-terjemahan-manfaat.html?showComment=1551481676628#c6659388893841050690)
January 08, 2017
Surah Al-Qadr adalah surah ke-97 dalam al-Qur'an yang terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan Makkiyah. Surah ini diturunkan setelah surah 'Abasa dan dinamai al-Qadr (Kemuliaan) yang diambil dari kata al-Qadr yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Menurut para mufassir, Kitab Al-Qur'an mulai diturunkan pada Lailatul Qadr meski tiada kata Al-Qur'an dalam keseluruhan surah ini. Pada ayat keempat dikatakan bahwa dalam Lailatul Qadr, para malaikat beserta "Al-Ruh" hadir ke dunia untuk mengatur berbagai urusan. Penentuan kapan terjadinya Lailatul Qadr di bulan Ramadhan masih sering diperselisihkan oleh berbagai mazhab.

SURAT AL QADR BAHASA ARAB

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ

سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

BACAAN SURAT AL QADR LATIN

"Bismillahirrahmanirrahim"

1. Inna anzalna Hufilailatil qodr.

2. wamaa ad-ro kama-lailatul qodr

3. lailatul qod-ri khoirum min-al fi-syaH (r)

4. tanaz-zalul malaa ikatu warruju fii-Habi idz-ni robbiHim minkulli am (r)

5. sala-mun Hiya hatta mat (tho) la-'il fajr

TERJEMAHAN SURAT AL FATIHAH BAHASA INDONESIA

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"
1. Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemulian
2. Dan tahukan kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikan dan malaikan Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar

KHASIAT DAN KEISTIMEWAAN DARI SURAT  AL QADR

1. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar, pahalanya sama dengan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dan menghidupkan malam Al-Qadar.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5: 613).
2. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Tidak ada seorang pun hamba yang membaca surat Al-Qadar tujuh kali sesudah shalat Subuh, kecuali para malaikat ber-shalawat kepadanya 70 shalawat dan mencurahkan rahmat kepadanya 70 rahmat.” (Mafatihul Jinan: 79).
3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar dalam shalat-shalat fardhunya, malaikat memanggilnya: Wahai hamba Allah, Allah telah mengampuni dosamu yang lalu, maka mulailah amalmu yang baru.” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 5: 612)
4. Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Barangsiapa yang berziarah ke kubur saudaranya yang seiman, kemudian ia meletakkan tangannya pada kuburannya sambil membaca surat Al-Qadar (7 kali), Allah menjamin baginya keamanan dari ketakutan yang paling besar.” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 5: 613).
5. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) menasehati para sahabat dan pengikutnya: “Barangsiapa yang sakit, hendaknya ia mengambil bejana yang baru, kemudian diisi air oleh dirinya sendiri, lalu membacakan pada air itu surat Al-Qadar secara tartil sebanyak (30 kali), kemudian air itu diminum, dibuat wudhu’ dan diusapkan pada bagian yang sakit, jika airnya kurang bisa ditambahkan. Jika hal itu dilakukan, insya Allah dalam waktu tiga hari Allah akan menyembuhkannya dari penyakit itu.”(Tafsir Ats-Tsaqalayn 5/613).

PRAKATA DAN KOMENTAR

Kitab Sulaim yang dikenali juga dengan nama al-Saqifah dan Abjad al-Syi‘ah adalah karangan Sulaim bin Qais al-Hilali al-‘Amiri al-Kufi, sahabat Amir al-Mukminin Ali bin Abu Talib a.s. Beliau telah mengambil bahagian dalam peperangan Jamal, Siffin dan Nahrawan bersama-sama Amir al-Mukminin Ali a.s. Beliau wafat sekitar tahun 90 Hijrah. Terjemahan ini adalah berdasarkan kepada manuskrip Thiqah al-Islam Syaikh Muhammad bin al-Hasan al-Hurr al-Amili, penulis kitab al-Wasa’il (wafat pada tahun 1104 Hijrah) dan diedit oleh Syaikh al-‘Alawi al-Hasani al-Najafi. Diterbitkan oleh Dar al-Funun, Beirut pada 8hb. Ogos, 1980 bersamaan 27 Ramadan 1400 Hijrah.

Bagi tujuan terjemahan, saya telah mengeditnya kembali, menjadikannya kepada enam bahagian, meletakkan tajuk-tajuk yang dahulunya tidak ada di tempatnya yang sesuai dan menyediakan rujukan buku-buku karangan Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah yang datang selepasnya bagi tujuan akademik yang tinggi, di samping memberi kemudahan kepada para pembaca yang budiman. Sebenarnya ia tidak perlu kepada rujukan tersebut, kerana buku ini dikarang lebih awal dan buku-buku kemudian menjadikannya sebagai rujukan.

 Keistimewaan Kitab Sulaim adalah terletak kepada autoriti sanad dan matannya yang unggul di mana Sulaim telah memperolehinya daripada Amir al-Mukminin Ali bin Abu Talib, al-Hasan, al-Husain, Ali bin al-Husain dan al-Baqir a.s. Sulaim berkata: “Ia merupakan kebenaran di mana aku telah mengambilnya daripada ahlinya; daripada Ali bin Abu Talib salawat dan salam Allah ke atasnya, daripada Salman al- Farisi, Abu Dhar al Ghifari dan al-Miqdad bin al- Aswad. Tidak ada satu hadis pun yang telah aku dengar daripada salah seorang daripada mereka sehingga aku bertanyakan pula kepada orang lain dan mereka telah bersepakat mengenainya”. Sementara Ali bin al-Husain a.s. telah mengakui kebenaran Kitab Sulaim: “Benar apa yang dikatakan oleh Sulaim rahmatu Llahi ‘alaihi. Ini adalah hadis-hadis kami yang kami mengetahuinya”. Al-‘Allamah al-Majlisi r.h. telah meriwayatkan dalam kitabnya Bihar al-Anwar secara mursal daripada Imam Ja‘far al-Sadiq a.s.: “Sesiapa di kalangan Syi‘ah kami dan pencinta kami tidak memiliki Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali maka mereka tidak mengetahui urusan kami dengan sebenarnya. Mereka tidak mengetahui sesuatupun daripada sebab-sebab kami. Ia adalah Abjad Syi‘ah yang mengandungi rahsia daripada rahsia-rahsia keluarga Muhammad Saww.”

 Al-Qadhi Badr al-Din al-Subki (wafat 769 Hijrah) berkata: “Kitab karangan Syi‘ah yang pertama adalah Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali”. Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim bin Ja‘far al-Nu‘mani di dalam kitab al-Ghaibah berkata: “Bukan semua daripada perawi-perawi Syi‘ah telah meriwayatkannya daripada para Imam a.s. secara langsung Ini berlainan dengan Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali kerana ia secara langsung meriwayatkannya daripada Rasulullah Saw., Amir al-Mukminin Ali a.s., al-Miqdad, Salman al-Farisi dan Abu Dhar serta orang yang bersama-sama mereka yang telah menyaksikan dan mendengar daripada Rasulullah Saww. dan Amir al-Mukminin a.s.” Justeru itu, ia menjadi rujukan Syi‘ah yang muktabar”.

 Meskipun kebanyakan sanad Kitab Sulaim melalui wasitah Abban bin Abi ‘Iyasy ke rana Sulaim telah menyerahkan kitabnya kepada Abban tetapi terdapat juga sanad selain daripada Abban. Umpamanya Hammad bin ‘Isa telah meriwayatkannya dari pada Ibrahim bin Umar al-Yamani daripada Sulaim, tanpa melalui Abban. Kemudian Abban telah menyerahkannya kepada Umar bin Udhinah sebulan sebelum kematian nya. Umar bin Udhinah berkata: “Kemudian Abban menyerahkan kepadaku Kitab Su laim bin Qais al-Hilali. Beberapa bulan selepas itu, Abban meninggal dunia. Ini salinan Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali dimana beliau telah menyerahkannya kepada Abban bin Abu ‘Iyasy dan beliau telah membacakannya kepadaku”. Abban menya takan bahawa beliau telah membacakanya kepada Ali bin al-Husain a.s. lalu beliau berkata: “Sulaim adalah benar, ini adalah hadis-hadis kami yang kami mengetahuinya”.

Al-‘Allamah al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar menyatakan bahawa Kitab Sulaim bin Qais adalah terkenal (masyhur), di samping itu terdapat juga pengkritik-pengkri tiknya. Meskipun begitu ia adalah daripada sumber rujukan yang muktabar. Beliau berkata: “Aku dapati Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali yang diriwayatkan oleh Abban bin Abi ‘Iyasy dan telah dibacakannya kepada Ali bin al-Husain a.s. yang dihadiri oleh sekumpulan sahabat di antaranya Abu Tufail dan Ali bin al-Husain a.s. telah mem buat pengakuan kepadanya dan berkata: Ini adalah hadis-hadis sahih kami”.

 Sulaim berkata: “Aku telah berjumpa Abu Tufail di rumahnya. Beliau menerangkan kepadaku tentang raj‘ah daripada ahli Badr, Salman, al-Miqdad dan Ubayy bin Ka‘ab. Abu Tufail berkata: Aku telah membentangkan raj‘ah setelah mendengar daripada mereka kepada Ali bin Abu Talib a.s. di Kufah. Beliau menjawab: Raj‘ah adalah ilmu khas di mana umat tidak mengetahuinya dan dikembalikan keilmuannya kepada Allah”. Lantaran itu, terjemahan buku ini dikhususkan untuk pengikut Mazhab Ahl al Bait Rasulullah Saw. yang dikenali dengan Syi‘ah Imam Dua Belas/Mazhab Ja‘fari sahaja. Sebagaimana telah disyarat dan diwasiatkan oleh pengarang buku ini bahawa: “Berjanjilah dengan nama Allah bahawa anda tidak akan memberitahu sesiapapun me ngenainya selama hidupku dan tidak akan memberitahu sesiapapun selepas kema tianku mela inkan kepa da orang yang anda percaya sebagaimana anda percaya kepada diri anda sendiri dan jika berla ku sesuatu kepada anda, hendaklah anda memberikan nya kepada orang yang anda percaya di kalangan Syi‘ah Ali bin Abi Talib as”.

BAHAGIAN PERTAMA

Kitab Sulaim: sanad, pengesahan kebenaran, perselisihan jawatan khalifah, keutama an Ahl al-Bait dan pujian al-Hasan al-Basri terhadap Ali a.s. Sanad riwayat Kitab Sula im yang berakhir kepada Abban bin Abi ‘Iyasy. Salawat dan salam keatas Muhammad dan keluarganya yang baik lagi terpilih. Al-Ra’is al-‘Afif Abu al-Baqa’ Hibatullah bin Nama bin Ali bin Hamidun r.a telah memberitahuku (akhbarani) pembacaan ke atas Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali di rumahnya di Hillati al-Jami‘iyyin pada Jamadi al-Ula tahun 565 Hijrah. Beliau berkata: Syaikh al-Amin al-Alim Abu ‘Abdullah al-Ha san bin Ahmad bin Tahal al-Miqdadi telah meriwayatkan kepadaku (Haddathani) pembacaan ke atasnya dengan penyaksian Maulana Amir al-Mukminin as. Beliau berkata: Syaikh al-Mufid Abu Ali al-Hasan bin Muhammad al-Tusi r.a telah meriwa yatkan kepada kami (haddathana) pembacaan ke atasnya pada bulan Rejab tahun 490 Hijrah. Al-Syaikh al-Faqih Abu ‘Abdillah al-Hasan bin Hibatillah bin Ratbah te lah memberitahuku daripada al-Mufid Abi Ali daripada bapanya pembacaan ke atas nya oleh maulana al-Syahid Abi ‘Abdillah al-Husain bin Ali salawatu Llahi ‘alaihi. Al-Syaikh al-Muqri Abu Abdullah Muhammad bin al-Kal telah memberitahuku daripada al-Syarif al-Jalil Nizam al-Syaraf Abi l-Hasan al-‘Aridi daripada Ibn Syahriar al-Kha zin daripada Syaikh Abi Ja‘far al-Tusi. Al-Syaikh al-Faqih Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Syahrasyub telah memberitahuku bacaan ke atasnya di Hillati al-Jami‘iy yin dalam beberapa bulan pada tahun 567 Hijrah daripada datuknya Syahrasyub dari pada al-Syaikh al-Sa‘id Abi Ja‘far Muhammad ibn al-Hasan al-Tusi r.a. Beliau berkata: Ibn Abi Jayyid telah meriwayatkan kepada kami daripada Muhammad bin al-Ha san bin Ahmad bin al-Walid dan Muhammad bin Abi l-Qasim yang bergelar dengan Majilueh daripada Muhammad bin Ali al-Sairafi daripada Hammad bin ‘Isa daripada Abban bin Abi ‘Iyasy daripada Sulaim bin Qais al-Hilali. Abu Abdillah al-Husain bin ‘Ubaidillah al-Ghadi‘iri telah memberitahu kami. Beliau berkata: Abu Muhammad Harun bin Musa bin Ahmad al-Tala‘kabari r.h telah memberitahu kami. Beliau berka ta: Abu Ali bin Hamam bin Suhail telah memberitahu kami. Beliau berkata Abdullah bin Ja‘far al-Humairi telah memberitahu kami daripada Ya‘qub bin Yazid dan Mu hammad bin al-Husain bin Abi al-Khattab dan Ahmad bin Ahmad bin ‘Isa daripada Muhammad bin Abi ‘Umair daripada Umar bin Abi Udhinah daripada Abban bin Abi ‘Iyasy daripada Sulaim bin Qais Al-Hilali.

Penyerahan Kitab Sulaim kepada Umar bin Udhinah dan syarat-syarat-nya.

Umar bin Udhinah berkata: Ibn Abi ‘Iyasy telah memanggilku dan berkata: Kelmarin aku ber mimpi bahawa aku akan mati cepat. Aku melihat anda pagi tadi, maka aku gembira dengan anda. Aku melihat Sulaim bin Qais al-Hilali semalam berkata kepa daku: Sesungguhnya anda akan mati pada hari-hari anda ini. Justeru itu, bertakwa lah kepada Allah tentang barang simpa nanku, janganlah anda menghilangkannya. Laksanakan apa yang anda telah janjikan kepadaku untuk merahsiakannya. Jangan lah anda menyimpannya melainkan di sisi lelaki daripada Syi‘ah Ali bin Abu Talib salawatullahi ‘alaihi yang mempunyai agama dan maruah. Manakala aku meli hat anda keesokannya, aku berasa gembira melihat anda, lantas aku teringat mimpiku tentang Sulaim bin Qais al-Hilali. Apabila al-Hajjaj sampai di Iraq, dia telah bertanyakan tentang Sulaim bin Qais al-Hilali, lalu Sulaim telah melarikan diri daripadanya, bersembunyi di Nubandajan dan bermalam bersama-sama kami.

Aku tidak pernah melihat seseorang yang sangat menghormati dirinya, sangat berijtihad, sangat berdukcita, sangat merendahkan dirinya, memarahi kemasyhuran dirinya selain daripadanya. Umurku pada masa itu adalah empat belas tahun. Aku telah membaca al-Qur’an dan berta nyakan kepadanya tentang ahli Badr. Aku juga telah mendengar hadis yang banyak daripada ‘Umar bin Abi Salmah bin Ummi Salmah (isteri Rasulullah Saw.), Mu‘adh bin Jabal, Salman al- Farisi, Ali a.s., Abu Dhar, al-Miqdad, Ammar dan al Barra’ bin ‘Azib. Tetapi aku telah merahsia kannya sehingga beliau hampir wafat, lalu beliau memanggilku ke sisinya seraya berkata: Wahai Abban! Sesungguhnya aku telah berjiran dengan anda dan aku tidak melihat daripada anda me lainkan apa yang aku sukai. Sesungguhnya aku memiliki sebuah buku yang aku mendengarnya dari kalangan orang yang boleh dipercayai. Buku itu aku tuliskan dengan tanganku sendiri. Di dalamnya mengandungi hadis-hadis yang aku tidak suka diketahui oleh orang ramai, kerana mereka akan mengingkarinya dan membesar-besarkannya pula. Ia merupakan kebenaran yang mana aku telah mengambil daripada ahlinya, Ali bin Abu Talib, salawat dan salam Allah ke atasnya daripada Salman al-Farisi, Abu Dhar al-Ghifari dan al-Miqdad bin al- Aswad. Tidak ada satu hadis pun yang aku dengar daripada salah seorang daripada mereka sehingga aku telah ber tanyakan pula kepada orang lain dan mereka bersepakat mengenainya. Pernah ketika aku jatuh sakit, aku berhasrat untuk membakarnya, tetapi aku berasa bersalah lalu membatalkan hasrat tersebut. Berjanjilah dengan nama Allah bahawa anda tidak akan memberitahu sesiapapun mengenainya selama hidupku dan tidak akan memberitahu sesiapapun selepas kematianku melainkan kepada orang yang anda percaya sebagaimana anda percaya kepada diri anda sendiri. Jika berlaku sesuatu kepada anda, hendaklah anda memberikanya kepada orang yang anda percaya di kalangan Syi‘ah Ali bin Abu Talib salawatul Lahi ‘alaihi, orang yang mempunyai aga ma dan maruah. Aku telah memberi jaminan tersebut kepadanya lantas, beliau menyerah kannya kepadaku dan membacakan kesemua kandungannya kepadaku. Kemudian selepas itu Sulaim menghembuskan nafasnya yang terakhir, rahmatu Llahi ‘alaihi.

Selepas itu, aku telah membaca kitabnya dengan teliti dan mendapati ia mengan dungi perkara yang besar dan menyulitkan kerana dalam kitab tersebut menunjukan kebinasaan semua umat Muhammad Saw. yang terdiri daripada kaum Muhajirin, Ansar dan Tabi‘in selain daripada Ali bin Abu Talib, keluarganya salawatu Llahi ‘alaihim dan Syi‘ahnya. Orang pertama aku temui selepas kedatanganku ke Basrah ialah al-Hasan bin Abi al Hasan al Basri. Beliau pada masa itu sedang bersembunyi daripada al Hajjaj dan beliau adalah daripada Syi‘ah Ali bin Abu Talib salawatu Llahi ‘alaihi. Beliau telah menyesal kerana tidak membantu Ali a.s. dan berperang bersamanya dalam peperangan Jamal. Maka aku bertemu dengannya di Timur Dar Abi Khalifah al Hajjaj bin Abi ‘Itab al-Dailami. Justeru itu, aku telah membentangkan Kitab Sulaim kepa danya lantas beliau menangis. Kemudian beliau berkata: Semua hadis tersebut adalah benar, aku telah mendengarnya daripada orang yang boleh dipercayai (thiqah) terdiri daripada Syi‘ah Ali salawatu Llahi ‘alaihi dan lain lain.

Pengesahan akan kebenaran Kitab Sulaim oleh Ali bin al-Husain a.s.

Abban berkata: Aku telah mengerjakan haji pada tahun itu juga. Aku mengambil kesempatan berjumpa dengan Ali bin al Husain a.s. dan bersama beliau ialah Abu Tufail Amir ibn Wa’ilah, sahabat Rasulullah Saw. Beliau daripada kalangan sahabat Ali yang terpilih, bersamanya ialah Umar bin Ummi Salamah isteri Rasulullah Saw., aku telah membentangkan Kitab Sulaim ke padanya dan Ali bin al Husain a.s. pada setiap hari selama tiga hari. Umar dan Amir telah mem bacakanya kepada Ali bin al Husain. Beliau berkata: Benar apa yang dikatakan Sulaim rahma tullahi‘alaihi. Ini adalah hadis kami, kesemuanya kami ketahui.

Abu Tufail dan Umar bin Abu Salamah berkata: Semua hadis tersebut kami telah mendengar daripada Ali salawatullahi ‘alaihi, Salman al-Farisi, Abu Dhar dan al-Miqdad. Aku berkata ke pada Abu al-Hasan Ali bin al-Husain a.s. (aku jadikan diriku sebagai tebusan): Ia merisaukan aku kerana kandungannya menunjukkan kebinasaan semua umat Muhammad yang terdiri dari pada kaum Muhajirin, Ansar dan Tabi‘in selain daripada Ahl Bait anda dan Syi‘ah anda? Beliau menjawab: Wahai saudara Abd al Qais! Tidakkah sampai kepada anda hadis Rasulullah Saw. bahawa beliau bersabda: “Umpama Ahl Baitku pada umatku sepertilah bahtera Nuh pada ka umnya. Sesiapa yang menaikinya akan berjaya dan sesiapa yang tidak menaikinya akan tengge lam (binasa) , atau umpama Pintu Taubat pada Bani Israil?” Aku menjawab: Ya.

Beliau bertanya kepadaku: Siapakah yang telah memberitahu anda? Maka aku menjawab: Aku telah mendengarnya daripada lebih seratus Fuqaha’. Beliau bertanya lagi: Daripada siapa? Aku menjawab: Aku telah mendengarnya daripada Hunsy bin al Mu‘tamar. Beliau memberitahu bahawa beliau mendengarnya daripada Abu Dhar ketika beliau sedang berpegang pada Ka‘bah dan meriwayatkan apa yang didengarinya daripada Rasulullah Saw. Beliau bertanya lagi: Daripa da siapa lagi? Aku menjawab: Daripada al-Hasan bin Abu al Hasan al-Basri dan beliau telah men dengarnya daripada Abu Dhar, al-Miqdad bin al Aswad dan daripada Ali bin Abu Talib salawa tullahi ‘alaihi. Beliau bertanya lagi: Daripada siapa? Aku menjawab: Daripada Sa‘id bin al-Musay yab, Alqamah bin Qais, Abu Zabyan al-Janbi dan Abd al-Rahman bin Abu Laila. Semuanya menyatakan bahawa mereka telah mendengarnya daripada Abu Dhar.

Dan kami telah mendengarnya daripada Ali a.s., al-Miqdad dan Salman. Kemudian Umar bin Abu Salamah datang dan berkata: Demi Allah! aku telah mendengarnya daripada orang yang lebih baik daripada mereka semua. Aku telah mendengarnya daripada Rasulullah Saw, dua telingaku telah mendengarnya dan hatiku telah menjaganya. Ali bin al-Husain berkata: Tidakah hadis ini dapat menenangkan apa yang menakut dan merisaukan anda? Bertakwalah kepada Allah wahai saudara Abd al-Qais! Jika ia jelas kepada anda, maka terimalah dan jika tidak, berdiam diri lebih selamat. Kembalikan keilmuannya kepada Allah kerana anda masih mem punyai ruang yang luas antara langit dan bumi. Abban berkata: Dewasa itu aku telah menge mukakan pertanyaan kepadanya apa yang aku tidak tahu dan apa yang tidak sepatutnya aku tahu. Maka beliau menjawab kesemua pertanyaanku.

Abban berkata: Kemudian aku telah berjumpa dengan Abu Tufail di rumahnya. Beliau telah menerangkan kepadaku tentang raj‘ah daripada ahli Badr, Salman, al-Miqdad dan Ubayy bin Ka‘ab. Abu Tufail berkata: Aku telah membentangkan raj‘ah, setelah mendengar daripada me reka kepada Ali bin Abu Talib a.s. di Kufah. Beliau menjawab: Raj’ah adalah ilmu khas di mana umat tidak mengetahuinya dan dikembalikan keilmuannya kepada Allah. Kemudian beliau mem benarkan apa yang telah diberitahu oleh mereka mengenainya. Beliau membacakan kepadaku beberapa ayat al-Qur’an tentang raj‘ah dan mentafsirkannya dengan lengkap sehingga aku percaya tentang raj‘ah sebagaimana aku percaya kepada Hari Kiamat.

Antara persoalanku kepadanya: Wahai Amir al Mukminin! Beritahukan kepadaku di manakah letaknya Haudh Rasulullah Saw., adakah ia di dunia atau di akhirat? Beliau menjawab: Di Dunia. Aku bertanya lagi: Siapakah yang akan mengambilnya? Beliau berkata: Aku dengan tanganku ini dan para waliku, sementara musuh-musuhku akan dihindarkan daripadanya. Dalam riwayat yang lain pula: Aku akan memberikanya kepada para waliku dan aku akan menghalang musuh musuhku darinya. Aku bertanya lagi: Apakah maksud perkataan al-Dabbah di dalam surah al-Naml (27): 82. “Apabila telah tiba perkataan (janji) siksa kepada mereka, kami keluarkan kepada mereka al-Dabbah yang melata di bumi yang mengatakan kepada mereka, bahawa manusia tidak yakin kepada ayat-ayat kami”.

Beliau berkata kepadaku: Anda ingin mengetahui maksudnya? Aku berkata: Aku jadikan diriku sebagai tebusan. Beliau berkata: Al-Dabbah memakan makanan, berjalan-jalan di pasar dan mengahwini wanita. Aku berkata: Wahai Amir al Mukminin? Siapakah yang dimaksudkan de ngan Dhar al-Ardh di mana bumi menjadi tenteram dengannya? Aku bertanya lagi: Wahai Amir al Mukminin, siapakah dia Siddiq umat ini, Faruq dan pemukanya serta Dhu Qarni-ha? Wahai Amir al Mukminin, siapakah yang dimaksudkan di dalam firman-Nya, Surah Hud (11):17, ‘‘Ada kah orang yang mendapat keterangan daripada Tuhannya dan diikuti oleh saksi daripada-Nya (syahidun min-hu), firman-Nya dalam Surah al-Ra‘d (13):43, ‘‘…dan orang yang di sisinya ‘ilm al- kitab”, dan firman-Nya dalam Surah al-Zumar (39): 33, ‘‘…dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya” Amir al-Mukminin menjawab: Akulah yang dimaksudkan dalam ayat-ayat tersebut , sementara orang ramai (al-nas) semuanya kafirun selain daripadaku dan selain daripadanya.

Aku berkata: Anda sebutkanlah. Beliau berkata: Aku akan menyebutkannya kepada anda. Wa hai Abu Tufail! Sekiranya aku memberitahu kepada semua Syi‘ahku yang berperang bersamaku di mana mereka mengakui taat setia mereka kepadaku, mereka memanggilku Amir al-Mukmi nin. dan mereka menghalalkan jihad terhadap orang yang menentangku. Maka jika aku memberitahu mereka sebahagian daripada kebenaran yang aku tahu dalam al-Qu’ran yang diturunkan Jibril ke atas Muhammad Saw, nescaya mereka akan berkeliaran lari daripadaku. Hanya sebilangan kecil daripada Syi‘ahku yang tinggal bersamaku seperti anda. Maka aku men jadi takut, Aku berkata: Wahai Amir al-Mukminin, orang sepertiku akan meninggalkan anda atau tetap berada bersama anda? Beliau menjawab: Tidak! malah kalian akan tetap bersamaku.

Kemudian Ali a.s.berkata: Sesungguhnya urusan kami sulit dan menyulitkan di mana ia tidak akan diakui melainkan oleh tiga: Malaikat yang akrab (malak muqarrab), Nabi yang diutuskan (nabiyyun mursalun) dan Mukmin cerdik (mu‘min najib) di mana Allah telah menguji keima nannya. Wahai Abu Tufail! sesungguhnya apabila Rasulullah Saw. wafat, orang ramai telah menjadi murtad dalam keadaan sesat dan jahil, melainkan mereka yang dilindungi Allah seperti kami Ahl al-Bait. Umar bin Udhinah berkata: Kemudian Abban telah menyerahkan kepadaku Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali. Beberapa bulan selepas itu, Abban meninggal dunia. Ini adalah salinan Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali di mana beliau telah menyerahkannya kepada Abban bin Abu ‘Iyasy dan beliau membacakannya kepadaku. Abban telah menyatakan bahawa beliau telah membacakannya kepada Ali bin al-Husain a.s., lalu beliau berkata: Sulaim adalah benar, ini adalah hadis kami yang kami ketahuinya.


Kewafatan Rasulullah Saw. dan sabdanya bahawa Ahl Baitnya adalah sebaik-baik makhluk yang dipilih Allah

Sulaim berkata: Aku telah mendengar Salman al-Farisi berkata: Aku duduk di hadapan Rasulullah Saw. ketika sakit yang membawa kepada kewafatannya, lalu Fatimah a.s. datang. Manakala beliau melihat keadaan Rasulullah Saw., beliau menjadi terharu sehingga berlinang airmatanya di atas kedua pipinya. antas Rasulullah Saw. bersabda kepadanya: Wahai anak pe rempuanku! Apakah yang telah membuat anda menangis? Beliau menjawab: Aku takut ke atas diriku dan anak-anakku akan kehilangan tempat bergantung selepas anda. Rasulullah Saw. menjawab dalam keadaan airmatanya berlinangan: Wahai Fatimah! Tidakkah anda mengetahui sesungguhnya kami Ahl al-Bait, Allah telah memilih untuk kami Akhirat ke atas Dunia, sesung guhnya kebinasaan ke atas semua makhluk-Nya adalah suatu kepastian.

Sesungguhnya Allah Ta‘ala telah merenung ke Bumi, lalu Dia memilihku di kalangan mereka dan menjadikan aku seorang Nabi. Kemudian Dia merenung ke Bumi kali kedua, lalu Dia telah memilih suami anda dan Dia telah memerintahkanku supaya menikahkan anda dengannya. Dia telah memerintahkanku mengambilnya sebagai saudara, wazir, wasi dan menjadikanya khali fahku pada umatku. Justeru itu, bapa anda adalah sebaik-baik Nabi Allah dan Rasul-Nya. Se mentara suami anda adalah sebaik-baik wasi dan wazir . Dan anda adalah orang pertama yang akan mengikutiku (wafat) di kalangan keluargaku. Kemudian. Dia telah merenung ke Bumi kali ketiga, lalu Dia memilih anda dan sebelas lelaki daripada anak cucu anda dan suami anda . Lan taran itu, anda adalah penghulu wanita Syurga. Sementara dua anak lelaki anda adalah penghulu pemuda Syurga. Aku, saudaraku dan sebelas para imam dan para wasiku sehingga Hari Kiamat semuanya menjadi pembimbing dan mendapat petunjuk. Wasi pertama selepas saudaraku, adalah al-Hasan kemudian al-Husain, kemudian sembilan daripada anak anak al-Husain berada dalam satu martabat di Syurga .

Tidak ada martabat yang paling dekat kepada Allah selain daripada martabatku. Kemudian martabat Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Tidakkah anda mengetahui wahai anak perempuanku! adalah suatu penghormatan Allah kepada anda bahawa Dia telah mengahwinkan anda dengan orang yang paling baik daripada umatku dan sebaik-baik keluargaku, orang pertama memeluk Islam, mempunyai sopan-santun yang tinggi, ilmu yang banyak, jiwa yang paling tinggi, paling benar dalam percakapan, mempunyai hati yang paling berani, paling pemurah, paling zuhud di dunia dan paling kuat berjuang dengan segala tenaga untuk Islam. Lantas Fatimah a.s. terse nyum gembira mendengar apa yang disabdakannya. Kemudian Rasulullah Saww. bersabda kepadanya: Sesungguhnya Ali mempunyai lapan keistimewaan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Imannya dengan Allah dan Rasul-Nya mendahului orang lain. Keilmuannya dengan Kitab Allah dan Sunnahku di mana tidak ada seorang pun daripada umatku mengetahui semua keilmuanku selain daripada suami anda (laisa ahadun min ummati ya‘lamu jami‘a ‘ilmi ghaira ba‘li-ki), kerana Allah telah mengajariku keilmuan yang tidak diketahui oleh sesiapapun selain daripadaku. Dia telah mengajari para Malaikat dan para Rasul-Nya keilmuan , maka aku mengetahuinya .

Allah telah memerintahkanku supaya mengajarkan keilmuan tersebut kepada Ali (a.s.), maka aku melakukanya (amarani llahu an u‘allima-hu iyya-hu fafa‘altu). Lantaran itu, tidak ada seorang pun daripada umatku mengetahui keseluruhan keilmuanku, kefahamanku, kefakihanku selain daripadanya (laisa ahadun min ummati ya‘lamu jami‘a ‘ilmi wa fahmi wa fiqhi kulla-hu ghaira-hu). Anda, wahai anak perempuanku! adalah isterinya. Sesungguhnya kedua-dua anak lelakiku al-Hasan dan al-Husain adalah anak lelaki umat ini. Aku telah memerintahkannya mela kukan perkara yang baik dan melarang perkara yang mungkar. Sesungguhnya Allah telah me ngajarnya hikmah dan kepakaran dalam percakapan. Wahai anak perempuanku! sesungguhnya Allah menganugerahkan kami Ahl al-Bait dengan tujuh sifat dimana Dia tidak pernah menganu gerahkannya kepada orang yang terdahulu dan terkemudian selain daripada kami. Aku adalah penghulu para nabi dan para rasul dan sebaik-baik mereka. Wasiku adalah sebaik-baik wasi. Wazirku adalah suami anda. Syahid kami adalah sebaik-baik syahid.

Fatimah berkata: Wahai Rasulullah! Adakah penghulu para syuhada’ yang berperang bersama anda? Beliau menjawab: Tidak. Malah penghulu syuhada’ daripada orang terdahulu dan terakhir selain para nabi dan para wasi. Ja‘far bin Abu Talib yang telah berhijrah dua kali, mempunyai dua sayap dan terbang dengan dua sayapnya di Syurga bersama para Malaikat. Dua anak lelaki anda al-Hasan dan al-Husain adalah anak lelaki umatku dan penghulu pemuda Syurga. Dan daripada kamilah Mahdi umat ini yang mana Allah akan memenuhi Bumi ini dengan kesaksa maan dan keadilan sebagaimana ia dipenuhi dengan kezaliman dan penyiksaan. Lalu Fatimah berkata lagi: Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang lebih baik anda sebutkan tadi? Beliau men jawab: Saudaraku Ali adalah orang yang paling baik di kalangan umatku, Hamzah dan Ja‘far adalah umatku yang paling baik selepas Ali, anda, selepas dua anak lelakiku al-Hasan dan al-Husain dan selepas para wasi daripada anak lelakiku ini (Rasulullah Saww. telah memberi isya rat kepada al-Husain).

Di kalangan mereka adalah al-Mahdi dan orang yang datang sebelumnya lebih baik daripadanya. Dan yang pertama adalah lebih baik dari yang terakhir kerana beliau adalah imamnya semen tara yang akhir adalah wasi pertama. Allah telah memilih untuk kami Ahl al-Bait, Akhirat ke atas Dunia. Kemudian Rasulullah Saw. melihat kepada Fatimah, suaminya dan dua anak lelaki nya. Maka Rasulullah bersabda: Wahai Salman! Aku memerangi orang yang memerangi mereka dan berdamai dengan orang yang berdamai dengan mereka. Mereka akan bersamaku di Syurga. Kemudian Rasulullah Saww. telah memandang kepada Ali a.s. dan bersabda: Wahai Ali! Anda akan menghadapi kecaman Quraisy dan kezaliman mereka ke atas anda. Jika anda mendapati pembantu-pembantu, maka tentangilah mereka. Perangilah mereka yang menentang anda de ngan mereka yang bersetuju dengan anda. Dan jika anda tidak mendapati pembantu-pem bantu, maka bersabarlah, tahanlah tangan anda dan jangan mencampakkan diri anda kepada kebina saan kerana anda bersamaku sebagaimana kedudukan Harun dengan Musa. Malah untuk anda, Harun adalah ikutan yang baik kerana dia berkata kepada saudaranya: Sesungguhnya kaumku telah menindasku dan hampir mereka membunuhku.

Khabar gembira untuk Ali a.s. dan peristiwa yang akan berlaku selepas kewafatan Rasulullah Saw.

Sulaim berkata: Ali bin Abi Talib a.s. telah menceritakan kepadaku dan beliau berkata: Aku pernah berjalan-jalan bersama Rasulullah Saw. di beberapa jalan di Madinah sehingga kami sam pai di sebuah taman. Aku berkata: Wahai Rasulullah! Alangkah cantiknya taman ini. Rasulullah Saw. menjawab: Alangkah cantiknya tetapi untuk anda di Syurga lebih cantik lagi. Kemudian ka mi sampai di taman yang lain dan aku berkata: Wahai Rasulullah! Alangkah cantiknya taman ini. Rasulullah Saw. menjawab: Alangkah cantiknya, tetapi taman anda di Syuga lebih cantik lagi. Sehingga kami sampai di taman ketujuh, aku berkata: Wahai Rasulullah! Alangkah cantiknya taman ini? Beliau menjawab: Taman anda di Syurga lebih cantik lagi.

Di akhir perjalanan beliau memelukku dan terus menangis, beliau bersabda: Dengan nama ba paku yang satu dan syahid, maka aku bertanya kepadanya: Apakah yang membuatkan anda menangis? Beliau menjawab: Dendam kesumat di dada mereka di mana mereka tidak akan menzahirkanya melainkan selepasku wafat iaitu dendam kesumat di Badr dan di Uhud. Aku berkata: Untuk keselamatan agamaku? (fi salamatin min dini). Beliau menjawab: Untuk kese lamatan agama anda. Justeru itu bergembiralah wahai Ali! Kerana hidup anda dan mati anda adalah bersamaku. Anda adalah saudaraku, anda adalah wasiku. Anda adalah pilihanku, wazirku, pewarisku, penggantiku, pembayar hutangku, pelaksana janjiku. Anda pembersih dhimmahku, pelaksana amanahku. Anda akan memerangi al-Nakithin , al-Qasitin dan al-Mariqin. Anda di sisiku sepertilah Harun di sisi Musa. Malah Harun menjadi ikutan yang baik bagi anda kerana beliau di tindas oleh kaumnya dan hampir mereka membunuhnya. Lantaran itu bersabarlah tentang kezaliman Quraisy dan penentangan mereka terhadap anda, kerana kedudukan anda sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa dan pengikutnya.

Sedangkan mereka sepertilah kedudukan al-‘Ijl (Anak lembu jantan) dan para pengikutnya. Oleh itu, Musa telah memerintahkan Harun ketika beliau melantiknya sebagai penggantinya ke atas kaumnya dan berpesan: sekiranya mereka sesat dan beliau mendapati pembantu-pem bantu maka hendaklah beliau menentang mereka bersama mereka. Dan sekiranya beliau tidak mendapati pembantu-pembantu maka hendaklah beliau menahan tangannya dan darahnya. Jangan memecahbelahkan mereka. Wahai Ali! Allah tidak mengutuskan seseorang rasul melain kan segolongan manusia menerima Islam secara sukarela (tau‘an) dan segolongan yang lain secara terpaksa (karhan). Maka Allah menguasai orang yang menerima Islam secara terpaksa ke atas orang yang menerima Islam secara sukarela dan membunuh mereka supaya mereka mendapat pahala yang lebih besar. Wahai Ali! Ummat tidak berselisih selepas nabinya mela inkan terserlah Ahl al-Batil ke atas Ahl al-Haq. Sesungguhnya Allah melupai (nasiya) perpe cahan dan perselisihan ke atas umat ini. Jika Dia mahu, nescaya Dia jadikan mereka di atas petunjuk sehingga dua orang tidak akan berselisih faham dan tidak bertengkar mengenai perin tahnya. Dan orang yang kurang kelebihannya tidak akan mengingkari kelebihan orang yang lebih baik.

Jika Dia mahu, nescaya Dia mempercepatkan azab kerana perubahan adalah juga daripada-Nya, sehingga si zalim dibohongi dan kebenaran diketahui kesudahannya. Tetapi Dia telah menjadi kan Dunia sebagai tempat untuk beramal dan menjadikan Akhirat pula sebagai tempat yang kekal. Ini supaya Dia memberi balasan terhadap orang yang melakukan kejahatan dengan apa yang mereka lakukan dan memberi ganjaran terhadap orang yang melakukan kebaikan dengan kebaikan yang mereka lakukan. Maka aku berkata: Segala puji bagi Allah, bersyukur terhadap nikmat-Nya dan bersabar di atas ujian-Nya dengan penuh penyerahan dan meridhai Qadha’-Nya. Peristiwa yang berlaku selepas kewafatan Rasulullah Saww. dan urusan bai‘ah kepada Abu Bakr

Sulaim bin Qais berkata: Aku telah mendengar al-Barra’ bin ‘Azib berkata: Aku pernah mencin tai Bani Hasyim dengan kuat sekali pada masa Rasulullah Saww. dan selepas kewafatannya. Manakala Rasul Saw. hampir wafat, beliau berwasiat kepada Ali a.s. supaya beliau sahaja yang akan memandikannya. Orang lain tidak boleh melihat auratnya selain daripadanya. Dan sesung guhnya tidak ada orang yang melihat aurat Rasulullah Saww. melainkan buta matanya. Lantas Ali a.s. berkata: Wahai Rasulullah! Siapakah yang telah mengambil berat tentangku supaya me mandikan anda? Beliau menjawab: Jibra’il dalam barisan tentera Malaikat. Maka Ali a.s. telah memandikanya. Al-Fadhl bin ‘Abbas tertutup dua matanya sambil menyiramkan air, para Malai kat membalikkannya apabila Ia kehendaki. Ali a.s. ingin menanggalkan baju Rasulullah Saww. dari badannya, maka kedengaran suara melaung berkata: Janganlah anda menanggalkan baju Nabi anda wahai Ali! Lantaran itu, masukkanlah tangan di bawah bajunya dan mandikanlah beliau. Maka lakulah tahannaut dan kafan. Kemudian ditanggalkan bajunya ketika kafan dan tahnitnya.

Al-Barra’ bin ‘Azib berkata: Apabila Rasulullah Saw. wafat, aku khuatir bahawa Quraisy akan mengeluarkan Bani Hasyim daripada khilafah. Manakala orang ramai telah melakukan bai‘ah kepada Abu Bakr, aku bertambah sedih, kesedihan kewafatan Rasulullah Saw. Aku mulai berulang-alik ke sana ke mari sambil melihat wajah-wajah manusia. Bani Hasyim berada di sisi Rasulullah Saw., memandi dan mentahnitkannya. Kemudian telah sampai berita kepadaku ten tang ucapan Sa‘d bin ‘Ubadah dan para pengikutnya. Tetapi aku tidak menyukai mereka kerana aku tahu ia tidak sampai kemana- mana. Kemudian aku mulai berulang-alik antara mereka dan Masjid, aku tidak bertemu dengan wajah-wajah Quraisy sebagaimana aku juga tidak bertemu dengan Abu Bakr dan Umar. Selepas beberapa ketika aku terserempak dengan Abu Bakr, Umar dan Abu Ubaidah menuju al-Saqifah. Mereka telah berlindung di al-Ardh al-San‘aniyyah se hingga mereka telah menangkap sesiapa saja yang melalui di hadapan mereka. Apabila mereka mengenalinya, mereka telah menghulurkan tangannya ke atas tangan Abu Bakr sama ada mahu atau pun tidak. Aku telah mengingkari tindakan tersebut, tetapi kerana ketakutan dan memi kirkan musibah Rasulullah Saw., maka aku pun segera keluar ke Masjid. Kemudian aku men datangi Bani Hasyim, pintu telah tertutup selain daripada mereka.

Lantas aku memukul pintu dengan kuat dan berkata: Wahai Ahl al-Bait! Maka keluarlah al-Fadhl bin al-‘Abbas, aku berkata: Orang ramai telah memberi bai‘ah kepada Abu Bakr, maka al-‘Abbas berkata: Ia terlepas daripada kalian selama-lamanya. Aku telah memerintahkan kalian, tetapi kalian menderhakaiku. Aku meneruskan perjuangan dalam diriku, manakala tiba waktu malam, aku keluar ke Masjid. Seperti biasa aku masih teringat bacaan Rasulullah Saw., lalu aku meninggalkan tempatku dan menuju ke arah Fadha’ Bani Bayadhah. Aku mendapati beberapa orang sedang bermunajat. Apabila aku mendekati mereka, mereka terus terdiam seketika. Mere ka mengenaliku, tetapi aku tidak mengenali mereka. Ketika aku hendak pulang, lantas mereka memanggilku, aku pun mendatangi mereka. Aku dapati al-Miqdad, Abu Dhar, Salman, Ammar bin Yasir, Ubadah bin al-Samit, Hudzaifah bin al-Yaman dan al-Zubair bin al-Awwam.

Huzaifah berkata: Demi Allah! mereka akan melaksanakan apa yang telah aku beritahu kepada kalian. Demi Allah! aku tidak berbohong dan tidak dibohongi. Mereka ingin mengembalikan urusan khilafah secara syura di antara kaum Muhajirin dan Ansar. Hudzaifah berkata lagi: Ma rilah kita pergi berjumpa Ubayy bin Ka‘ab kerana beliau tahu sebagaimana aku tahu. Kami pun pergi ke rumah Ubayy bin Ka‘ab, lalu kami mengetuk pintu rumahnya. Beliau muncul di balik pintu, kemudian berkata: Siapakah kalian? Lalu al-Miqdad berbicara dengannya. Beliau berta nya: Apakah yang menyebabkan anda datang kemari? Lantas al-Miqdad berkata: Perkara yang kami bawa adalah lebih besar daripada bercakap di balik pintu. Ubayy menjawab: Aku tidak akan membuka pintuku dan sesungguhnya aku telah mengetahui sebab kedatangan kalian. Justeru itu, aku tidak akan membuka pintuku. Seolah-olah kalian ingin mengkaji semula perjanjian khilafah. Kami menjawab: Ya.

Dia bertanya lagi: Adakah Hudzaifah bersama kalian? Kami menjawab: Ya. Dia berkata: Perkara sebenar sebagaimana kata Hudzaifah. Ada pun aku, tidak akan membuka pintuku sehingga berlalu apa yang telah berlalu dan tidak akan berlaku malapetaka yang lebih jahat daripadanya. Hanya kepada Allah tempat merayu. Beliau berkata: Mereka pun kembali kemudian Ubayy bin Ka‘ab tetap di rumahnya. Beliau berkata: Berita ini telah sampai kepada Abu Bakr dan Umar, lalu mereka menghantar perutusan kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan al-Mughirah bin Syu‘bah untuk bertanya pendapat mereka berdua. Al-Mughirah bin Syu‘bah berkata: Aku berpendapat kalian hendaklah berjumpa al-Abbas bin Abd al-Muttalib dan memberi dorongan kepadanya tentang jawatan khilafah untuknya dan keturunannya selepasnya. Justeru itu, kalian akan memberi pukulan yang hebat kepada Ali bin Abu Talib. Kerana jika al-Abbas bin Abd al-Muttalib bersama kalian, ini akan menjadi hujah ke atas orang ramai dan menjadi senanglah bagi kalian mengendalikan urusan Ali bin Abu Talib.

Al-‘Abbas dan keturunannya dijanjikan jawatan khalifah jika beliau membai‘ah Abu Bakr.

Beliau berkata: Maka Abu Bakr, Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah telah memasuki rumah al-Abbas bin Abd al-Muttalib pada malam kedua kewafatan Rasulullah Saw. Beliau berkata: Abu Bakr telah memberi ucapan dengan memuji Allah, kemudian berkata: Sesungguhnya Allah telah mengutuskan Muhammad sebagai nabi dan bagi Mukminin sebagai wali. Allah telah mencucuri nikmat ke atas mereka dengan keberadaannya sehingga Dia telah memilih untuknya dan meninggalkan kepada orang ramai urusan mereka supaya memilih sendiri urusan mereka untuk kepentingan mereka dalam keadaan muafakat bukan perselisihan. Justeru itu, mereka telah memilih aku sebagai wali bagi mentadbir urusan mereka. Aku tidak takut, dengan pertolongan Allah, akan kelemahan, kesangsian dan kebaculan. Taufikku hanya kepada Allah. Tetapi aku ti dak akan terlepas daripada pencaci yang akan menyampaikan kepadaku kata-kata yang me nyalahi kata-kata orang ramai. Lantas mengambil kalian sebagai tempat berlindung. Lantaran itu, kalian menjadi bentengnya yang kukuh dan khutbahnya yang menarik. Untuk mengelakkan kalian berkecimpung bersama mereka atau kalian menentang kehendak mereka, maka kami mendatangi anda. Kami ingin memberi jawatan khalifah untuk anda dan keturunan anda selepas anda. Kerana anda adalah bapa saudara kepada Rasulullah.

Jika orang ramai inginkan kedudukan anda dan kedudukan sahabat anda, nescaya mereka akan memalingkan perkara ini daripada anda berdua. Umar berkata: Ya, betul. Di samping itu Bani Hasyim menghormati anda kerana Rasulullah adalah daripada kami dan kalian. Kami bukanlah datang kerana kami memerlukan anda tetapi kami benci cacian terhadap apa yang dipersetujui oleh Muslimun. Ini akan menyebabkan berterusanlah ucapan-ucapan yang menentang kami daripada kalian dan mereka. Oleh itu, fikirlah untuk diri kalian dan orang ramai. Al-Abbas telah memberi ucapan dan berkata: Sesungguhnya Allah telah mengutuskan Muhammad sebagai mana anda katakan sebagai nabi dan bagi Mukminin sebagai wali. Sekiranya anda menuntut urusan khilafah daripada Rasulullah, maka anda telah mengambil hak kami. Sekiranya anda menuntut urusan khilafah daripada Mukminin, maka kami adalah di kalangan mereka. Kami tidak mengutamakan urusan anda.

Kami tidak pun bermesyuarat dan tidak pula merancang. Walau bagaimanapun, kami tidak suka jawatan khilafah dipegang oleh anda kerana kami adalah daripada Mukminin dan kami tidak menyukai anda. Adapun kata-kata anda bahawa jawatan khalifah untukku jika ia dikhaskan untuk anda, maka peganglah. Kami tidak memerlukannya. Sekiranya ia menjadi hak Muslimin, maka anda tiada hak untuk menghukum mereka mengenai hak mereka. Dan sekiranya ia hak kami, maka kami tidak meridhai hak itu untuk anda. Adapun kata-kata anda wahai Umar! “Sesungguhnya Rasulullah adalah daripada kami dan daripada kalian”, maka Rasulullah adalah pokok , kami adalah dahannya dan anda adalah jirannya. Justeru itu, kami adalah lebih layak (aula) daripada kalian. Adapun kata-kata anda bahawa kami takut ucapan akan berterusan dengan kalian, lantaran itu kalian melakukan perkara ini awal-awal lagi. Lalu mereka pun keluar dari sisinya dan al-Abbas berkata: Aku tidak menduga perkara ini tergelincir. Daripada Bani Hasyim kemudian daripada mereka daripada Abu al-Hasan Tidakkah beliau orang yang per tama mengerjakan shalat ke arah Qiblat kalian? Jibril yang membantunya memandi dan meng kafan Orang yang paling mengetahui dengan Athar dan Sunnah? Orang yang paling hampir masa dengan Nabi dan Jibril Membantu, memandi dan mengkafan Apa yang ada padanya seorang ada pada semua manusia, apa yang tidak ada pada manusia lain ada padanya. Siapakah yang menolak kalian daripadanya maka kami mengetahuinya. Sesungguhnya bai‘ah anda adalah fitnah yang pertama.

Ali a.s. diberitahu tentang bai‘ah Abu Bakr dan kesibukan menguruskan jenazah Rasulullah Saww.

Sulaim bin Qais berkata: Aku telah mendengar Salman al-Farisi berkata: Apabila Rasulullah Saw. wafat, orang ramai telah melakukan apa yang mereka lakukan. Abu Bakr, Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah telah datang lalu mereka bertengkar dengan orang Ansar dengan hujah Ali a.s. Mereka berkata: Wahai kaum Ansar! Quraisy lebih berhak urusan khilafah daripada kalian kerana Rasulullah Saw. adalah daripada Quraisy. Muhajirin adalah lebih baik daripada kalian kerana Allah telah memulia dan melebihkan mereka di dalam kitab-Nya. Rasulullah Saw. bersabda: Para imam itu adalah daripada Quraisy . Salman berkata: Aku telah mendatangi Ali a.s. yang sedang memandikan jenazah Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. telah mewasiatkan kepada Ali a.s. supaya tidak akan memandikannya selain daripada Ali a.s.

Lalu Ali bertanya: Wahai Rasulullah! Siapakah yang telah mengambil berat tentangku dalam hal ini? Beliau menjawab: Jibra’il a.s., Ali a.s. tidak menghendaki satu anggota pun melainkan dibalikkan untuknya. Apabila beliau selesai menyempurnakannya, beliaupun memasukkan aku, kemudian Abu Dhar, al-Miqdad, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain a.s. Ali a.s. tampil kehadapan dan kami berdiri di belakangnya lalu beliau melakukan solat ke atasnya. ‘Aisyah berada di dalam bilik dan tidak mengetahui, Allah telah menghijab penglihatannya pada masa itu. Kemudian beliau telah memasukkan sepuluh orang Muhajirin dan sepuluh orang Ansar. Mereka telah masuk, berdoa dan keluar sehingga tidak seorang pun tinggal daripada Muhajirin dan Ansar melainkan mereka telah melakukan solat ke atasnya. Salman berkata: Maka aku telah memberitahu Ali a.s. yang sedang memandikan Rasulullah Saw. tentang perlakuan mereka. Aku berkata: Abu Bakr sekarang berada di atas mimbar Masjid Rasulullah Saw., mereka tidak suka membai‘ahnya dengan satu tangan tetapi telah membai‘ahnya dengan dua tangan, kanan dan kiri.

Ali a.s. berkata: Wahai Salman! Adakah anda mengetahui siapakah orang yang pertama membai‘ahnya di atas mimbar Masjid Rasulullah Saw.? Aku menjawab: Tidak. Tetapi aku telah melihatnya di Dataran Bani Sa‘idah ketika pertelingkahan dengan kaum Ansar. Orang pertama membai‘ahnya ialah al-Mughirah bin Syu‘bah, kemudian Busyir bin Sa‘id, kemudian Abu Ubaidah bin al-Jarrah, kemudian Umar bin al-Khattab, kemudian Salim maula Abu Hudhaifah dan Mu‘adh bin Jabal. Ali a.s. berkata: Aku bukan bertanya anda tentang mereka tetapi adakah anda ketahui siapakah orang pertama membai‘ahnya ketika dia menaiki mimbar Masjid? Aku menjawab: Tidak. Tetapi aku telah melihat seorang tua (syaikh kabir) berpegang pada tongkatnya dan di antara dua matanya terdapat kesan sujud. Orang pertama menaiki mimbar dalam keadaan menangis sambil berkata: Segala puji bagi Allah yang tidak mematikan aku sehingga aku melihat anda di tempat ini. Justeru itu, hulurkan tangan anda, maka Abu Bakrpun menghulurkan tangannya lalu dia membai‘ahnya. Kemudian dia berkata: Hari ini seperti hari Adam. Kemudian diapun turun dan keluar dari Masjid. Maka Ali a.s. berkata: Wahai Salman! Adakah anda tahu siapakah orang itu? Aku menjawab: Tidak, tetapi kata-katanya membuatku berasa cemas seolah-olah dia telah meramal akan kematian Rasulullah Saww. Ali a.s. berkata: Itu adalah Iblis.

Rasulullah Saww. telah memberitahuku bahawa Iblis dan para sahabatnya telah menyaksikan perlantikanku oleh Rasulullah Saww. di Hari Ghadir Khum dengan perintah Allah dan telah mem beritahu mereka bahawa aku adalah lebih aula daripada diri mereka sendiri dan memerintahkan mereka supaya orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Lantas Iblis berkata kepada para sahabatnya: Ini adalah ummat yang dirahmati dan terpelihara (ma‘sumah). Maka tidak ada jalan bagi anda dan kita semua. Mereka telah diberitahu tentang jalan keluar mereka dan Imam mereka selepas Nabi mereka. Lantas Iblis beredar dari tempat itu (Ghadir Khum) dalam keadaan berdukacita.

Rasulullah Saww. memberitahu Ali a.s. bahawa Abu Bakr akan dibai‘ah di Data ran Bani Sa‘idah selepas kewafatannya

Amir al-Mukminin Ali a.s. berkata: Rasulullah Saw. telah memberitahuku dan bersabda: Orang ramai akan memberi bai‘ah kepada Abu Bakr di Dataran Bani Sa‘idah selepas penentangan mereka terhadap hak kami dan hujah kami. Kemudian mereka akan mendatangi Masjid dan orang pertama yang akan memberi bai‘ah kepadanya di atas mimbarku adalah Iblis dalam bentuk lelaki tua, mempunyai tanda hitam di dahi serta akan berkata sedemikian, kemudian dia akan keluar. Kemudian dia akan mengumpulkan syaitan dan Iblisnya, lalu keluar dalam keadaan sujud seraya berkata: Wahai Sayyidana wa Kabirana! Andalah yang telah mengeluarkan Adam daripada Syurga. Dia berkata: Adakah ada ummat yang tidak akan sesat selepas nabinya? Tidak ada. Kalian telah menyangka aku tidak terdaya lagi ke atas mereka? Bagaimana kalian telah melihatku memperdayakan mereka ketika mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya? Sebagaimana firman-Nya dalam Surah al-Saba’ (34): 20 ‘‘Sesungguhnya telah be nar prasangka Iblis terhadap mereka itu lalu mereka mengikutnya kecuali satu golongan di antara orang Mukminin”.

Ali a.s. membawa Fatimah a.s. mendatangi sahabat Rasulullah Saww. bagi menun tut jawatan khalifah

Salman berkata: Apabila tiba waktu malam, Ali a.s. telah membawa Fatimah di atas keldai dan memegang dua anak lelakinya al-Hasan dan al-Husain a.s. dengan dua tangannya. Beliau tidak meninggalkan seorangpun ahli Badr yang terdiri daripada Muhajirin dan Ansar, melainkan menziarahi rumah mereka bagi menerangkan haknya kepada mereka dan menyeru mereka supaya membantunya. Maka tidak seorangpun daripada mereka menyahuti seruannya kecuali empat puluh empat lelaki. Lantas beliau memerintahkan mereka supaya datang pada keesokan paginya dalam keadaan kepala bercukur dan membawa bersama mereka senjata untuk memberi bai‘ah kepadanya di atas dasar sanggup mati bersama. Keesokannya, tidak seorangpun melakukannya melainkan empat orang sahaja. Maka aku bertanya kepada Salman: Siapakah mereka berempat itu? Jawabnya: Aku, Abu Dhar, al-Miqdad dan al-Zubair bin al-Awwam. Kemudian Ali a.s. datang kepada mereka pada malam berikutnya. Beliau telah berbincang dengan mereka lalu mereka berkata: Pagi tadi kami sahaja yang datang. Kemudian beliau datang kepada mereka pada malam ketiga namun tiada seorangpun berjumpa dengannya kecuali kami.

Manakala beliau sendiri telah melihat penipuan mereka dan sikap tidak mengambil berat mere ka terhadapnya, beliaupun menghabiskan masa di rumahnya mengadap al-Qur’an, menyusun dan mengumpulkannya. Beliau tidak keluar dari rumahnya sehingga beliau selesai mengum pulkan al-Qur’an yang sebelum ini ditulis pada beberapa helai mushaf, pada pelepah tamar dan lain-lain. Apabila selesai mengumpulkan kesemuanya dan menulis tanzil, takwil, nasikh dan mansukhnya maka Abu Bakr menghantar perutusan kepadanya supaya keluar bagi memberi bai‘ah kepadanya. Lantas Ali a.s. menghantar perutusan kepadanya dengan menyatakan: Aku sibuk. Aku telah bersumpah bahawa aku tidak akan memakai pakaian yang lengkap kecuali untuk mengerjakan solat sehingga aku mengumpul al-Qur’an dan menyusunnya. Maka merekapun berdiam diri beberapa hari mengenainya.

Beliaupun siap mengumpulkannya dalam satu kain kemudian keluar kepada orang ramai yang sedang berhimpun bersama Abu Bakr di Masjid Rasulullah Saw., maka Ali a.s. menyeru dengan suaranya yang tinggi: Wahai manusia! Aku sentiasa sibuk semenjak kewafatan Rasulullah Saw., memandikannya dan seterusnya mengumpulkan al-Qur’an di dalam satu kain ini. Allah tidak menurunkan satu ayat ke atas Rasulullah Saw. melainkan aku mengumpulkannya. Tidak ada satu ayatpun, melainkan beliau membacakannya kepadaku dan telah mengajarkan kepadaku takwilnya. Kemudian Ali a.s. berkata kepada mereka: Supaya kalian tidak akan berkata: Kami melupai perkara ini. Dan janganlah kalian berkata pada Hari Kiamat bahawa aku tidak menyeru kalian untuk membantuku dan aku tidak mengingatkan kalian tentang hakku dan tidak menyeru kalian kepada Kitab Allah daripada Fatihahnya hingga ke akhirnya. Maka Umar ber kata kepadanya: Apakah yang membuat anda berfikir bahawa kami perlu kepada apa yang anda dakwakan sedangkan kami mempunyai al-Qur’an? Kemudian Ali a.s. memasuki rumahnya. Umar berkata kepada Abu Bakr: Hantarkan perutusan kepada Ali supaya dia memberi bai‘ah, kerana kita tidak kemana-mana sehingga dia memberi bai‘ah. Sekiranya dia memberi bai‘ah, kita akan menjamin keselamatannya. Maka Abu Bakr menghantar perutusannya supaya beliau menyahut seruan Khalifah Rasulullah. Maka perutusan itu mendatangi Ali a.s. dan memberi tahunya .

Lantas Ali menjawab: Subhanallah! Alangkah cepatnya kalian membohongi Rasulullah Saw., sesungguhnya beliau dan orang di sekelilingnya mengetahui bahawa Allah dan Rasul-Nya tidak melantik seseorang selain daripadaku. Lalu perutusan tersebut pulang dan memberitahu Abu Bakr apa yang dikatakan oleh Ali a.s.Abu Bakr berkata: Pergilah anda dan katakan kepadanya: Sahutilah seruan Amir al-Mukminin Abu Bakr. Diapun pergi berjumpa dengan Ali dan berkata apa yang telah diberitahu oleh Abu Bakr. Maka Ali a.s. berkata: Subhanallah! Masa tidak lama, dia telah lupa. Demi Allah! Sesungguhnya dia telah mengetahui bahawa gelaran ini tidak sesuai melainkan untukku. Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah memerintahkan Abu Bakr di kalangan tujuh orang supaya memberi bai‘ah kepadaku memimpin Muslimin. Orang pertama adalah dia dan sahabatnya Umar di kalangan tujuh orang.

Mereka berkata: Adakah perintah ini daripada Allah dan Rasul-Nya? Rasulullah Saw. menjawab kepada mereka berdua: Ya! Kebenaran daripada Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Ali (a.s.) adalah Amir al-Mukminin, penghulu Muslimin dan pemegang bendera yang bergemerlapan. Allah mendudukannya di atas al-Sirat al-Mustaqim, maka beliau memasukkan para wali-Nya ke Syurga dan musuh-musuh-Nya ke Neraka. Lantas perutusan tadi pulang dan memberitahu Abu Bakr apa yang dikatakan Ali a.s. Salman berkata: Merekapun mendiamkan diri mengenainya pada hari itu. Apabila tiba waktu malam, Ali a.s. telah membawa Fatimah a.s. di atas keldai sambil memegang kedua-dua anak lelakinya al-Hasan dan al-Husain dengan kedua-dua tangannya. Tiada seorangpun daripada sahabat Rasulullah Saw. melainkan beliau datang ke rumah mereka.

Beliau menyeru mereka dengan nama Allah tentang haknya dan mengajak mereka supaya membantunya. Tetapi tiada seorangpun yang menyahuti seruannya selain daripada kami berempat. Kami telah mencukur kepala dan memberi bantuan kepadanya. Al-Zubair adalah orang yang paling terserlah dalam memberi bantuan itu. Setelah Ali a.s. melihat sikap dingin orang ramai yang tidak memberi bantuan terhadapnya, malah mereka menyokong Abu Bakr dan membesar-besarkannya pula, beliaupun balik ke rumahnya. Selanjutnya Umar berkata kepada Abu Bakr: Apakah yang menghalang anda menghantar perutusan kepadanya supaya dia memberi bai‘ah kerana semua orang telah memberi bai‘ah melainkan dia dan empat orang sahabatnya. Dalam hal ini, Abu Bakr adalah lebih lembut dan sopan, sementara yang kedua (Umar) adalah lebih kasar dan dingin. Abu Bakr berkata: Siapakah yang akan kami hantar? Umar menjawab: Kami akan menghantar Qunfudh. Dia seorang lelaki yang kasar dan dingin. Dia juga orang yang baru memeluk Islam yang berasal dari suku Bani Adi bin Ka‘ab.

Maka Qunfudh telah dihantar bersama beberapa pembantunya. Apabila sampai, diapun memohon kebenaran Ali a.s. untuk masuk ke rumahnya. Namun Ali a.s. enggan memberi kebenaran, lalu merekapun pulang menemui Abu Bakr dan Umar yang sedang duduk di Masjid dan orang ramai berada di sekelilingnya. Mereka berkata: Kami tidak dibenarkan masuk. Umarpun berkata: Kalian pergi kembali dan masuklah ke rumahnya sama ada diberi kebenaran ataupun tidak. Maka merekapun pergi lalu memohon kebenaran untuk masuk. Fatimah a.s. berkata: Aku akan menyusahkan kalian jika kalian memasuki rumahku tanpa izin, lalu mereka pun pulang tetapi Qunfudh al-Mal‘un tidak pulang. Mereka yang pulang memberitahu bahawa Fatimah akan menyusahkan mereka jika mereka memasuki rumahnya tanpa keizinan. Lantas Umar menjadi marah dan bekata: Apakah hubungan urusan kami dengan perempuan?

Rumah Fatimah a.s. diserang dan paksaan ke atas Ali a.s. supaya memberi bai‘ah

Kemudian Umar memerintahkan orang ramai supaya membawa kayu api. Merekapun memba wa kayu api, begitu juga dengan Umar. Kemudian kayu api itu diletakkan di sekeliling rumah Ali, Fatimah dan dua anak lelakinya. Kemudian Umar telah menyeru Ali. dan Fatimah. Demi Allah! kami akan mengeluarkan kalian wahai Ali! Oleh itu, hendaklah anda membai‘ah Khalifah Rasulullah. Jika tidak, aku akan menyalakan api ke atas anda. Maka Fatimah a.s. berkata: Wahai Umar! Apakah pertalian kami dengan anda? Umar berkata: Bukakan pintu, jika tidak kami akan membakar rumah kalian. Fatimah berkata: Wahai Umar! Tidakkah anda bertakwa kepada Allah, anda ingin memasuki rumahku? Namun Umar enggan pulang. Kemudian dia menyeru untuk mendapatkan api lantas menyalakannya di pintu lantas menolaknya dan terus memasuki rumah. Diapun berhadapan dengan Fatimah a.s.

Fatimah a.s. menjerit dan berkata: Wahai bapaku! Wahai Rasulullah!. Tetapi Umar telah mengangkat pedang yang masih tersarung dan meletakkannya di bahu Fatimah a.s. Fatimah melaung: Wahai bapaku! Maka Umarpun mengangkat cemetinya dan terus memukul bahu Fatimah. Fatimah a.s. menyeru lagi: Wahai Rasulullah! Sejahat-jahat manusia selepas anda wafat adalah Abu Bakr dan Umar. Dalam pada itu, Ali a.s. telah melompat lalu memegang hidung dan tengkuk Umar. Hampir-hampir beliau membunuhnya, namun beliau mengingati kata-kata dan wasiat Rasulullah Saw. Beliaupun berkata: Demi orang yang memuliakan Muhammad dengan kenabian, wahai Ibn Sahhak (Umar)! Sekiranya tidak ada kitab daripada Allah terdahulu dan janji yang dijanjikan oleh Rasulullah Saww. kepadaku, nescaya anda mengetahui bahawa anda tidak akan memasuki rumahku. Umar pun meminta orang ramai supaya memasuki rumah Ali manakala Ali a.s. pula telah menerkam ke arah pedangnya, lantas Qunfudh pulang menemui Abu Bakr kerana takut Ali a.s. akan keluar dengan pedangnya. Dia mengetahui akan kehebatan Ali a.s. Abu Bakr berkata kepada Qunfudh: Kembalilah kepada Ali dan jika dia tidak keluar, cerobohilah rumahnya. Jika dia enggan, nyalakan api ke atas mereka dan rumah mereka sekali.
Lalu Qunfudh al-Mal‘un datang semula. Dia dan para sahabatnya telah memasuki rumah Ali a.s. tanpa izin. Ali a.s. telah menerkam kepada pedangnya tetapi mereka mendahuluinya. Mereka datang berpusu-pusu kepadanya dalam jumlah yang ramai. Meskipun begitu Ali a.s. sempat merampas sebahagian daripada pedang mereka. Akhirnya mereka mencampakkan tali ke leher Ali a.s. Fatimah a.s. pada masa itu yang berada di sebalik pintu dipukul oleh Qunfudh dengan cemeti lalu jatuh pengsan. Terdapat kesan di bahunya seperti warna hitam akibat daripada pukulan tersebut, la‘natullahi ‘alaihi. Kemudian Qunfudh melalui Ali a.s. yang sedang ‘digari’ dan membawanya ke hadapan Abu Bakr dan Umar yang sedang berdiri sambil memegang pedang di atas kepalanya.

Khalid bin al-Walid, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Salim maula Abi Hudhaifah, Mu‘adh bin Jabal, al-Mughirah bin Syu‘bah, Usyad bin Hudhair, Basyir bin S‘ad dan semua orang di sekitar Abu Bakr lengkap dengan senjata. Akupun bertanya kepada Salman: Mereka telah memasuki rumah Fatimah tanpa izinnya? Salman menjawab: Ya. Demi Tuhan! Tidak ada di atasnya penutup (khimar), lalu Fatimah a.s. menyeru bapanya wahai bapaku! wahai Rasulullah! Sejahat-jahat manusia selepas anda meninggal adalah Abu Bakr dan Umar. Kedua-dua mata anda belum memejam dengan rapat dalam kuburan anda. Fatimah a.s. telah menyeru dengan suara yang tinggi. Akupun melihat Abu Bakr dan orang di sekelilingnya menangis melainkan Umar, Khalid dan al-Mughirah bin Syu‘bah. Umar berkata: Kami bukan perempuan kerana fikiran mereka tertumpu kepada perkara tertentu.

Salman berkata lagi: Mereka menyerahkan Ali a.s. kepada Abu Bakr. Ali a.s. berkata: Demi Allah! jika terhunus pedang ditanganku maka kalian mengetahui bahawa kalian tidak akan sampai ke sini selama-lamanya. Demi Tuhan! aku tidak mencela diriku di dalam perjuangan kalian. Sekiranya aku dapat mengumpulkan empat puluh orang lelaki, nescaya aku dapat memecahkan kumpulan kalian. Tetapi Allah melaknati orang yang telah memberi bai‘ah kepadaku kemudian mereka tidak mematuhinya pula.

Manakala Abu Bakr merenung kepadanya dia melaungkan suaranya: Berikan laluan untuknya. Ali a.s. membalas: Alangkah cepatnya kalian menghina Rasulullah Saw.! Di atas hak dan kedudukan manakah anda menyeru orang ramai supaya memberi bai‘ah kepada anda? Tidakkah anda telah memberi bai‘ah kepadaku kelmarin dengan perintah Allah dan Rasul-Nya? Qunfudh la‘natullah, telah memukul Fatimah a.s. dengan cemeti apabila terpisah antaranya dan suaminya. Kemudian menolaknya sambil memukul bahunya. Maka gugurlah janinnya daripada perutnya. Fatimah a.s. sentiasa berada di atas hamparannya sehingga beliau mati syahid. Sal man berkata: Manakala Ali a.s. dibawa kepada Abu Bakr, Umar memekik: Berilah bai‘ah dan tinggalkan kebatilan-kebatilan ini. Ali a.s berkata kepadanya: Sekiranya aku tidak melaku kannya, apakah yang akan kalian lakukan kepadaku? Mereka berkata: Kami akan membunuh anda (naqtulu-ka) dengan penuh kehinaan. Beliau berkata: Jika begitu kalian membunuh seorang hamba Allah dan saudara Rasulullah? Abu Bakr menjawab: Adapun seorang hamba Allah, itu benar namun saudara Rasulullah, kami tidak mengakuinya. Ali berkata: Adakah kalian mengingkari bahawa Rasulullah Saww. telah mempersaudarakanku dengannya. Abu Bakr ber kata: Ya. Maka dia telah mengulangi jawapan yang sama kepadanya.

Penyaksian ucapan Nabi Saw. pada Hari Ghadir Khum mengenai hak Ali a.s.

Ali a.s. telah tampil di hadapan mereka seraya berkata: Wahai Muslimin, Muhajirin dan Ansar! Aku menyeru kalian dengan nama Allah, adakah kalian telah mendengar Rasulullah Saw. berkata pada Hari Ghadir Khum, demikian, demikian sehingga beliau tidak meninggalkan sesuatu apapun perkara yang telah diucapkan oleh Rasulullah Saw., sebagai pemberitahuan kepada orang ramai. Merekapun menjawab: Ya. Apabila Abu Bakr berasa takut bahawa orang ramai akan membantu Ali (a.s.) dan menghalangnya (Abu Bakr), diapun berkata: Apa yang anda katakan itu adalah betul. Sesungguhnya kami telah mendengarnya dengan telinga kami dan hati kami mengingatinya. Tetapi aku telah mendengar Rasulullah bersabda selepas itu: Kami Ahl al-Bait telah dipilih oleh Allah di mana Dia telah memuliakan kami dan memilih untuk kami Akhirat ke atas Dunia. Dan sesungguhnya Allah tidak mahu menghimpunkan untuk kami Ahl al-Bait kenabian dan khilafah.

Ali a.s. berkata: Adakah seseorang daripada sahabat Rasulullah Saw. telah menyaksikannya bersama anda? Umar berkata: Benar apa yang dikatakan oleh Khalifah Rasulullah bahawa sesungguhnya aku telah mendengarnya sebagaimana yang dikatakan olehnya. Abu Ubaidah, Salim maula Abi Hudhaifah dan Mu‘adh bin Jabal berkata: Sesungguhnya kami telah mende ngar daripada Rasulullah. Ali a.s. berkata: Sesungguhnya kalian telah menunaikan perjanjian yang terkandung di dalam Sahifah di mana kalian menandatanganinya di hadapan Ka‘bah bahawa jika Muhammad mati atau terbunuh, kami akan menjauhkan urusan khilafah daripada kami Ahl al-Bait. Abu Bakr berkata: Bagaimanakah anda mengetahui tentangnya? Kami tidak pun memberitahu anda mengenainya! Ali a.s. berkata: Anda wahai Zubair, Salman, Abu Dhar dan al-Miqdad, aku menyeru kalian dengan nama Allah dan Islam, adakah anda telah mendengar Rasulullah Saw. berkata sedemikian? Dan adakah kalian telah mendengar bahawa si fulan dan si fulan sehingga beliau menyebutkan kelima-lima nama mereka (yang mendakwa mendengar sabda Rasulullah), kerana mereka telah menulis sebuah perjanjian bersama mereka?

Mereka menjawab: Ya. Kami telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sedemikian kepada anda. Sesungguhnya mereka telah membuat perjanjian untuk mereka laksanakan dan menulis sebuah perjanjian bersama mereka: Sekiranya aku dibunuh atau mati, mereka akan menjauhkan khilafah daripada anda, wahai Ali! Akupun bertanyakan Rasulullah Saw: Dengan nama bapaku, anda dan ibuku, wahai Rasulullah! Jika berlaku sedemikian, apakah yang anda perintahkan untuk kulakukan? Maka Rasulullah Saw. berkata: Sekiranya anda mendapati pembantu-pembantu, maka perangilah mereka. Dan sekiranya anda tidak mendapati pembantu-pembantu, maka berilah bai‘ah dan jagalah darah anda. Ali a.s. berkata: Demi Allah! Sekiranya empat puluh orang lelaki yang memberi bai’ah kepadaku setia kepadaku, nescaya aku memerangi mereka kerana Allah. Tetapi tidak seorangpun daripada keturunan mereka berdua akan menduduki jawatan khalifah sehingga Hari Kiamat. Adapun ucapan mereka yang membohongi kalian tentang Rasulullah Saw., maka firman-Nya dalam Surah al-Nisa’ (4): 54 ada menerangkan. ‘‘Bahkan mereka dengki kepada manusia kerana Allah memberi kurniaan kepadanya? Maka sesungguhnya Kami telah mengurniakan keluarga Ibrahim akan al-Kitab dan al-Hikmah dan Kami kurniakan kepada mereka kerajaan yang besar”. Maka Al-Kitab adalah al-Nubuwwah (kenabian), al-Hikmah adalah al-Sunnah dan Al-Mulk adalah al-khilafah. Dan kamilah keluarga Ibrahim.

Pendirian al-Miqdad dan peringatannya kepada orang ramai di majlis Abu Bakr

Maka al-Miqdad pun bangun dan berkata: Wahai Ali! Apakah anda memerintahkan aku untuk melakukan sesuatu? Demi Allah! sekiranya anda memerintahkan aku, nescaya aku akan memukulnya dengan pedangku dan sekiranya anda memerintahkan aku, nescaya aku menahan diriku. Lantas Ali a.s. berkata: Tahanlah diri anda Wahai al-Miqdad! Ingatlah janji Rasulullah Saw. dan wasiatnya kepada anda. Maka akupun berdiri dan berkata: Demi yang diriku di ta ngan-Nya, jika aku mengetahui sesungguhnya aku telah menolak bala dan aku lebih mulia di sisi agama, nescaya aku akan meletakkan pedangku di atas tengkukku. Kemudian aku memukulnya sedikit-sedikit. Ali a.s. berkata: Adakah anda membohongi saudara Rasulullah Saw., wasinya, khalifahnya pada umatnya dan bapa anaknya? Maka terimalah berita gembira dengan bala dan janganlah mengharapkan kesenangan.

Pendirian Abu Dhar al-Ghifari dan amarannya kepada orang ramai di majlis Abu Bakr

Abu Dhar bangun dan berkata: Wahai ummat yang bingung selepas Nabinya dikhianati! Sesung guhnya Allah berfirman dalam Surah Ali al-Imran (3): 33-34 ‘‘Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran ke atas sekalian alam. (Mereka itu) satu keturunan, sesetengahnya akan sesetengah yang lain dan Allah Maha Mendengar dan Maha mengetahui” Maka Keluarga Muhammad adalah daripada keturunan Nuh, Ibrahim dan Isma‘il. ‘Itrah (keturunan) Nabi Muhammad Saww. adalah Ahl Bait al-Nubuwwah, tempat turunnya perutusan dan tempat berkunjungnya para Malaikat. Mereka seperti langit yang diangkat, gunung yang tersergam, Ka‘bah yang tersembunyi, mata yang bersih, bintang pe tunjuk dan pokok yang diberkati yang telah memancarkan cahayanya serta diberkati minyak nya oleh Muhammad, penutup segala nabi dan penghulu anak Adam. Sementara Ali adalah wasi kepada segala wasi dan imam bagi orang yang bertakwa. Beliau adalah al-Siddiq al-Akbar, al-Faruq al-A‘zam, wasi Muhammad, pewaris ilmunya dan orang yang paling aula dengan al-Mukminin daripada diri mereka sendiri sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Ahzab (33): 6 ‘‘Nabi adalah aula (dekat) dengan Mukminin daripada diri mereka sendiri, manakala isteri-isterinya adalah ibu mereka dan kerabat pertalian darah sebahagian mereka lebih aula daripada yang lain di dalam Kitab Allah”. Lantaran itu dahulukanlah mereka yang telah didahulukan oleh Allah dan kemudiankanlah mereka yang telah dikemudiankan oleh Allah. Jadikanlah wilayah, dan wirathah bagi orang yang dipilih oleh Allah SWT.

Lantas Umar bangun dan berkata kepada Abu Bakr yang sedang duduk di atas mimbar: Apakah yang membuat anda duduk di atas mimbar ini? Orang yang duduk ini (Ali) adalah penentang dan dia tidak bangun untuk memberi bai‘ah kepada anda. Perintahkannya supaya dia memberi bai‘ah kepada anda, jika tidak, penggallah kepalanya. Al-Hasan dan al-Husain a.s. sedang berdiri. Apabila mereka berdua mendengar kata-kata Umar, mereka terus menangis. Lantas Ali a.s. me meluk mereka berdua ke dadanya sambil berkata: Janganlah kalian menangis. Demi Allah! mereka berdua tidak mampu untuk membunuh bapa kalian. Tiba-tiba Umm Aiman (penyusu Rasulullah Saww.) datang dan berkata: Wahai Abu Bakr! Alangkah cepatnya kalian melahirkan hasad dan nifaq (sifat munafik) anda. Maka Umar memerintahkan supaya dia dikeluarkan dari Masjid dan berkata: Perempuan tidak ada kaitan dengan kami.

Pendirian Buraidah al-Aslami dan amarannya kepada Umar dan Abu Bakr

Buraidah al-Aslami berdiri dan berkata: Adakah anda telah membohongi saudara Rasulullah Saw. dan bapa anaknya? Andalah yang kami kenali dalam masyarakat Quraisy dengan sebe narnya. Tidakkah kalian berdua telah dikatakan oleh Rasulullah Saw: Pergilah kepada Ali dan ucaplah salam ke atasnya kerana menjadi pemimpin Mukminin? Maka kalian berdua berkata: Adakah ia merupakan perintah daripada Allah dan Rasul-Nya? Dia menjawab: Ya. Abu Bakr berkata: Ia memang begitu.Tetapi Rasulullah bersabda selepas itu: Tidak akan berkumpul pada Ahl Baitku al-Nubuwwah dan al-Khilafah. Namun Ali a.s. membalas: Rasulullah Saw. tidak bersabda sedemikian. Demi Allah! aku tidak akan tinggal di negeri di mana anda adalah amirnya. Maka Umar telah memerintahkan supaya beliau dipukul dan diusir.

Bai‘ah Ali a.s. dan para sahabatnya kepada Abu Bakr secara terpaksa

Kemudian Umar berkata: Berdirilah wahai Ibn Abi Talib dan berilah bai‘ah. Ali a.s menjawab: Jika aku tidak melakukannya? Dia menjawab: Jika begitu, demi Allah! kami akan memenggal kepala anda. Ali a.s. telah memberi hujah kepada mereka sebanyak tiga kali, kemudian menghulurkan tangannya tanpa membuka tapak tangannya. Maka Abu Bakr pun memegang tangannya dan meridhai hal sedemikian. Ali a.s. telah menyeru sebelum memberi bai‘ah dalam keadaan tali terikat pada lehernya: Wahai Ibn Umm! Sesungguhnya mereka menindasku dan hampir membunuhku. Ada seseorang berkata kepada al-Zubair: Berilah bai‘ah, tetapi dia menolaknya. Lantas Umar, Khalid, al-Mughirah bin Syu‘bah telah bergegas ke hadapan orang ramai, lantas mereka merampas pedangnya dan memukulnya ke tanah sehingga mereka mematah dan mengucapkan talbiah kepadanya. Maka al-Zubair berkata dalam keadaan Umar menolak dadanya: Wahai Ibn Sahhak! Sekiranya pedang berada di tanganku, nescaya anda menjauhiku, kemudian diapun memberi bai‘ah. Salman berkata: Kemudian mereka telah mem bawaku dan memegang tengkukku dengan pantas sehingga mereka meninggalkannya seperti barang. Kemudian mereka memegang tanganku, lalu aku memberi bai‘ah secara terpaksa. Seterusnya Abu Dhar dan al-Miqdad juga telah memberi bai‘ah secara terpaksa.

Tiada seorangpun yang telah memberi bai‘ah secara terpaksa selain daripada Ali a.s. dan kami berempat. Dan tiada seorangpun daripada kami yang begitu lantang selain daripada al-Zubair kerana dia berkata ketika memberi bai‘ah: Wahai Ibn Sahhak! Demi Allah! Sekiranya tiada mereka yang zalim membantu anda nescaya anda tidak akan datang kepadaku ketika pedangku berada di tanganku, kerana aku mengetahui anda adalah seorang yang pengecut dan keji. Tetapi anda mendapatkan orang yang zalim (thughat) bagi menguatkan kedudukan anda. Kata-kata itu menyebabkan Umar naik marah. Al-Zubair berkata lagi: Adakah anda masih ingat wahai Sah hak? Umar bertanya: Siapa Sahhak? Al-Zubair menjawab: Apakah yang menghalangku dari pada menyebut Sahhak? Sahhak adalah seorang penzina wanita. Adakah anda mengingkarinya wahai Umar? Tidakah dia seorang hamba wanita daripada Habsyah kepunyaan datukku Abd al-Muttalib, kemudian datuk anda Nufail berzina dengannya, lalu melahirkan bapa anda al-Khattab? Selepas itu Abd al-Muttalib memberikannya kepada datuk anda selepas dia berzina denganya kemudian melahirkanya (al-Khattab). Sesungguhnya dia (al-Khattab) adalah hamba kepada datukku, adalah anak zina. Lantas Abu Bakr mendamaikan di antara mereka berdua, lalu kedua-duanya dapat mengawal diri mereka.

Ucapan Salman al-Farisi selepas memberi bai‘ah secara terpaksa di majlis Abu Bakr

Sulaim bin Qais berkata: Maka aku berkata kepada Salman: Wahai Salman! Adakah anda telah memberi bai‘ah kepada Abu Bakr tanpa berkata apa-apa? Beliau menjawab: Sesungguhnya aku telah berkata selepas memberi bai‘ah: Binasalah untuk kalian sepanjang masa. Adakah kalian mengetahui apa yang kalian lakukan untuk diri kalian? Kalian betul dari satu segi dan bersalah dari satu segi yang lain ? Kalian betul, kerana menepati sunnah orang sebelum kalian yang telah berpecah-belah dan berselisih faham. Dan kalian telah bersalah kerana menyalahi Sunnah Nabi kalian sehingga kalian mengeluarkan (sunnah) daripada galiannya dan keluarganya. Lantas Umar berkata: Wahai Salman! Justeru sahabat anda telah memberi bai‘ah dan anda sendiri telah memberi bai‘ah maka cakaplah apa sahaja yang anda mahu dan lakukanlah apa yang terlintas di hati anda. Dan biarlah sahabat anda berkata apa yang terlintas di hatinya. Salman berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya kepada anda dan sahabat anda yang anda bai‘ah kepadanya adalah seperti dosa-dosa umatnya sehingga Hari Kiamat dan seperti azab mereka semua”.

Maka Umar berkata kepadanya: Katakanlah apa yang anda mahu. Tidakkah anda telah mem beri bai‘ah? Allah tidak akan mententeramkan dua mata anda jika sahabat anda memegang jawatan khalifah. Maka Salman berkata: Aku naik saksi bahawa sesungguhnya aku telah membaca beberapa kitab Allah yang diturunkan, bahawa anda dan nama anda, keturunan anda dan sifat anda adalah satu pintu daripada pintu-pintu Jahanam. Maka Umar berkata kepadaku: Katakanlah apa yang anda mahu. Tidakkah Allah telah menghilangkan daripada Ahl al-Bait yang kalian telah mengambil mereka sebagai tuhan (arbaban) selain daripada Allah? Aku berkata kepadanya: Aku naik saksi sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda dan aku telah bertanya kepadanya firman-Nya dalam Surah al-Fajr (89): 25-26 ‘‘Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksaaan Allah. Dan tiada seorangpun yang mengikat dengan rantai seperti ikatan Allah” Maka beliau memberitahuku bahawa andalah yang dimak sudkan. Maka Umar berkata kepadaku: Diam! Allah mendiamkan mulut anda wahai hamba anak lelaki orang yang tidak berkhatan. Lantas Ali a.s. berkata kepadaku: Aku bersumpah ke atas anda wahai Salman supaya diam. Salman berkata: Demi Allah! Sekiranya Ali a.s. tidak memerintahkanku supaya berdiam nescaya aku memberitahunya setiap ayat yang turun mengenainya dan setiap sesuatu yang aku mendengar daripada Rasulullah Saw. tentangnya dan sahabatnya (Abu Bakr). Manakala Umar melihatku dia berdiam seketika kemudian berkata: Anda terlalu mematuhinya!

Apabila Abu Dhar dan al-Miqdad memberi bai‘ah dan mereka berdua tidak berkata apa-apa, Umar berkata: Wahai Salman! Tidakkah anda boleh menahan diri anda sebagaimana yang dilakukan oleh kedua-dua sahabat anda? Demi Allah! bahawa sesungguhnya anda bukanlah mencintai Ahl al-Bait ini lebih daripada mereka berdua dan bukan pula lebih membesarkan mereka daripada kedua-duanya. Sesungguhnya memadailah sebagaimana anda lihat mereka berdua telah memberi bai‘ah. Abu Dhar berkata: Adakah anda menghina kami kerana cinta kami kepada keluarga Muhammad dan membesarkan mereka? Allah melaknati dan Dia telah melakukannya kepada orang yang memusuhi mereka, membohongi mereka, menzalimi hak mereka, membuat orang ramai memandang rendah terhadap mereka dan mengembalikan umat ini mundur kebelakang. Umar berkata: Amin! Allah melaknati orang yang menzalimi hak mere ka. Tidak! Demi Allah! mereka tidak mempunyai apa-apa hakpun. Malah manusia adalah sama. Abu Dhar berkata: (Jika begitu) Kenapa kalian bertengkar dengan kaum Ansar tentang hak mereka dan hujah mereka?

Ucapan Ali a.s. selepas memberi bai‘ah secara terpaksa

Ali a.s. berkata kepada Umar: Wahai Ibn Sahhak! Kami tidak mempunyai hak mengenainya malah ia untuk anda dan anak lelaki kepada wanita pemakan lalat (Abu Bakr). Umar berkata: Tahan diri anda sekarang juga wahai Abu al-Hasan! Kerana anda telah memberi bai‘ah. Lagipun orang ramai meridhai dengan sahabatku dan bukan dengan anda. Justeru itu apakah dosaku? Ali a.s. berkata: Tetapi Allah (SWT) dan Rasul-Nya tidak meridhai selain daripadaku. Lantaran itu, terimalah berita gembira untuk anda, sahabat anda dan sesiapa yang mengikut kalian ber dua maka kemurkaan Allah, azab-Nya dan penghinaan-Nya. Celakalah anda (waila-ka) wahai Ibn al-Khattab! Adakah anda mengetahui dari manakah anda keluar, dari manakah anda masuk, apakah jenayah yang anda perlakukan ke atas diri anda dan sahabat anda? Maka Abu Bakr berkata: Wahai Umar! Tidakkah dia telah memberi bai‘ah kepada kita dan kita telah terselamat daripada kejahatannya, pembunuhannya dan ancamannya? Justeru itu, biarkan dia berkata apa yang dia mahu.

Lalu Ali a.s. berkata: Aku tidak akan berkata melainkan satu perkara; aku mengingatkan kalian akan Allah, wahai kalian berempat (Salman, Abu Dhar, al-Zubair dan al-Miqdad) bahawa aku telah mendengar Rasulullah Saww. bersabda: “Sesungguhnya Tabut daripada api mengandungi dua belas lelaki. Enam terdiri daripada orang yang terdahulu dan enam lagi terdiri daripada orang yang terkemudian berada di Neraka Jahannam, peringkat terbawah, di dalam Tabut (peti besi) yang bertutup di atasnya dengan batu besar. Apabila Allah ingin memanaskan Neraka Jahannam, Dia akan membuka batu besar tersebut daripada Tabut. Lantas Neraka Jahanam menjadi lebih panas lagi”. Ali a.s. berkata: Aku telah bertanya kepada Rasulullah Saw. dan kalian menjadi saksi tentang enam orang yang terdahulu. Maka beliau berkata: Orang yang terdahulu adalah anak lelaki Adam yang telah membunuh saudaranya, ketua segala Fir‘aun yang telah berhujah dengan nabi Ibrahim tentang Tuhannya, dua lelaki daripada Bani Isra’il yang telah mengubah Kitab dan Sunnah mereka. Salah seorang daripada mereka mengyahudikan Yahudi, sementara seorang lagi menasranikan Nasrani, pembunuh unta betina (al-Naqah) dan pembunuh Nabi Yahya bin Zakaria.

Adapun orang yang terkemudian adalah Dajjal dan lima orang yang membuat perjanjian di hadapan Ka‘bah (Ashab al-Sahifah) bagi menentang anda. Wahai saudaraku! mereka akan melahirkan penentangan ke atas anda selepasku; ini dan ini sehingga dia namakan mereka satu persatu kepada kami. Salman berkata: Maka kamipun berkata: Anda memang benar. Kami bersaksi sesungguhnya kami telah mendengar perkara itu daripada Rasulullah Saw. Uthman berkata: Wahai Abu al-Hasan! Adakah di sisi anda dan sahabat anda ada hadis mengenaiku? Ali a.s. menjawab: Ya. Aku telah mendengar Rasulullah Saww. melaknati anda. Kemudian Allah ti dak akan mengampuninya selepas beliau melaknati anda. Lantas Uthman memarahinya dan berkata: Apa salahku dan anda? Janganlah anda meninggalkanku pada masa nabi dan sele pasnya. Ali a.s. berkata: Ya, Allah telah menundukkan keangkuhan anda. Maka Uthman berkata: Demi Allah, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Saww. bersabda: Al-Zubair akan dibunuh dalam keadaan murtad daripada agama Islam. Salman berkata: Ali a.s. telah berkata kepadaku ketika kami berdua: Benar apa yang telah dikatakan oleh Uthman tadi. Dia telah memberi bai‘ah kepadaku selepas pembunuhan Uthman tetapi dia telah menarik balik bai‘ahnya daripadaku. Justeru itu, dia telah dibunuh dalam keadaan murtad.

Salman berkata: Maka Ali a.s. berkata lagi: Sesungguhnya orang ramai semuanya telah menjadi murtad selepas Rasulullah Saww. melainkan empat orang. Sesungguhnya orang ramai telah menjadi murtad selepas Rasulullah Saw. sepertilah kedudukan Harun dan orang yang mengi ku tinya dan kedudukan al-‘Ijl serta orang yang mengikutinya. Maka Ali a.s. diumpamakan seperti Harun dan al-Atiq (Abu Bakr) diumpamakan seperti al-‘Ijl, sementara Umar sepertilah al-Samiri. Dan aku telah mendengar Rasulullah Saww. bersabda: “Akan datang satu kaum daripada sahabatku yang mempunyai kedudukan yang tinggi di sisiku melalui al-Sirat. Apabila aku melihat mereka dan mereka melihatku, aku mengenali mereka dan mereka juga mengenaliku”. Tiba-tiba mereka dibawa begitu pantas daripadaku, maka akupun berkata: Wahai Tuhanku! (mereka itu) sahabatku, sahabatku. Maka dijawab: Anda tidak mengetahui apa yang telah dilakukan oleh mereka selepas anda. Mereka telah menjadi murtad kebelakang sebaik saja anda meninggalkan mereka”. Maka aku berkata: Mohon dijauhkan perkara tersebut! Dan aku telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Umatku akan mengikut sunnah Bani Isra’il sepenuhnya sehingga jika mereka memasuki lubang biawak sekalipun, mereka akan memasukinya bersama mereka, kerana sesungguhnya Taurat dan al-Qur’an telah ditulis oleh seorang Malaikat dalam satu lembaran dengan satu penulisan. Lantaran itu, contoh-contoh dan sunnah-sunnah adalah sama”.

Pada Hari Kiamat Iblis akan dibelenggu dengan satu belenggu daripada api Ne raka

Daripada Abban bin Abi ‘Iyasy daripada Sulaim bin Qais: Beliau berkata: Aku mendengar Salman al-Farisi berkata: Apabila datang Hari Kiamat, Iblis akan dibawa dalam keadaan terbe lenggu dengan satu belenggu daripada Api Neraka. Sementara Zufar akan dibawa dalam kea daan terbelenggu dengan dua belenggu daripada Api Neraka. Lantas Iblis datang kepadanya dan berkata dengan suara yang nyaring: Celaka ibu anda mengandung! Siapa anda? Akulah yang melakukan fitnah terhadap orang terdahulu dan orang terkemudian. Aku dibelenggu dengan satu belenggu sementara anda dibelenggu dengan dua belenggu. Maka Iblis berkata: Akulah yang telah memerintah, maka anda telah menaatinya. Sementara Allah telah memerintah, tetapi anda telah mendurhakai. Sabda Nabi Saww.: “Saudaraku adalah kemegahan Arab, sepupu yang paling mulia, bapa yang paling dihormati…”

Sulaim berkata: Abu Dhar, Salman dan al-Miqdad telah memberitahuku hadis, kemudian aku telah mendengarnya pula daripada Ali bin Abu Talib a.s. Mereka berkata: Sesungguhnya seorang lelaki berasa kagum dengan Ali bin Abu Talib a.s. Maka Rasulullah Saw. bersabda kepada Ali a.s: Saudaraku (Ali) adalah kemegahan Arab. Anda adalah sepupuku yang paling mulia, bapa yang paling dihormati, saudara lelaki yang paling mulia, jiwa yang paling mulia, keturunan yang paling mulia, isteri yang paling mulia, mempunyai anak lelaki yang paling mulia, bapa saudara di sebelah bapa yang paling dihormati, paling sempurna tingkah-lakunya, paling banyak ilmunya, paling fasih membaca al-Qur’an, paling mengetahui sunnah-sunnah Allah, paling berani hatinya, paling pemurah, paling zuhud di dunia, paling menggembeling tenaga, paling baik budi pekertinya, paling benar lidahnya serta paling mencintai Allah dan aku (Rasul).
Anda akan hidup selepasku selama tiga puluh tahun. Anda akan melihat kezaliman Quraisy. Kemudian anda akan berjihad di jalan Allah sekiranya anda mendapatkan pembantu-pembantu. Anda akan berjihad kerana Takwil al-Qur’an sebagaimana anda telah berjihad kerana Tanzilnya, anda akan menentang al-Nakithin, al-Qasitin dan al-Mariqin daripada umat ini. Anda akan mati sebagai seorang syahid di mana janggut anda akan berlumuran dengan darah dari kepala anda. Pembunuh anda menyamai pembunuh al-Naqah(unta betina), dalam kemurkaan Allah dan berjauhan daripada-Nya. Pembunuh anda menyamai pembunuh Yahya bin Zakaria dan menyamai Fir‘aun yang mempunyai pancang (al-autad).

Pujian Hasan al-Basri terhadap Ali a.s.

Abban berkata: Aku telah memberitahu hadis ini kepada al-Hasan al-Basri daripada Abu Dhar. Beliau berkata: Sulaim dan Abu Dhar memang benar, bahawa Ali bin Abu Talib mempunyai pendahuluan dalam agama, keilmuan, hikmah, fiqh, pemikiran, kesihatan, kelebihan, keseder hanaan, kekeluargaan, kemenantuan (sahr), pertolongan, peperangan, dermawan, keilmuan tentang hukuman, kekerabatan dan ujian. Sesungguhnya Ali dalam setiap urusan adalah ter serah kepadaku. Justeru itu, Allah telah memberi rahmat kepada Ali dan bersalawat ke atasnya. Kemudian beliau menangis sehingga basah janggutnya. Maka aku berkata kepadanya: Wahai Abu Sa‘id! Adakah anda berkata kepada seseorang selain daripada Nabi Saw. apabila anda menyebutnya? Beliau berkata: Sebagaimana anda mengucapkan rahmat ke atas Muslimin apabila anda menyebut mereka. Salawat dan salam ke atas Muhammad dan keluarga Muham mad. Sesungguhnya Ali adalah sebaik-baik keluarga Muhammad. Maka aku berkata: Wahai Abu Sa‘id! Lebih baik daripada Hamzah, Ja‘far, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain?

Maka beliau berkata: Ya. Demi Allah! Sesungguhnya beliau adalah lebih baik daripada mereka. Dan siapakah yang mengesyaki bahawa beliau adalah lebih baik daripada mereka? Aku berkata kepadanya: Dengan apa? Beliau menjawab: Tidak pernah dikaitkan dengan nama syirik, kekafiran, penyembahan berhala dan peminuman arak ke atasnya. Malah Ali lebih baik daripada mereka kerana beliau orang pertama menerima Islam, keilmuannya dengan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda kepada Fatimah a.s.: “Suami anda adalah sebaik-baik umatku”. Sekiranya ada pada umat ini orang yang lebih baik daripadanya, nescaya beliau mengecualikannya. Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah mempersaudarakan di kalangan para sahabatnya namun beliau telah mempersaudarakan Ali dengan dirinya sendiri. Justeru itu, Rasulullah Saw. adalah orang yang terbaik dari segi diri (nafsan) dan persaudaraan (akhan).

Beliau telah melantik Ali di Hari Ghadir Khum dan mewajibkan baginya al-Wilayah ke atas manusia sebagaimana beliau telah mewajibkannya ke atas dirinya sendiri . Beliau bersabda kepadanya: “Kedudukan anda di sisiku sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa a.s.”. Beliau tidak bersabda sedemikian itu kepada seorangpun daripada Ahl Baitnya dan umatnya selain daripada Ali a.s. Beliau mempunyai keistimewaan yang banyak mendahului orang lain. Maka aku berkata kepadanya: Siapakah orang yang paling baik daripada umat ini selepas Ali? Beliau (Al-Hasan al-Basri) berkata: Isterinya dan dua orang anak lelakinya. Aku berkata lagi: Kemu dian siapa? Beliau berkata: Kemudian Ja‘far dan Hamzah adalah sebaik-baik manusia. Ashab al-Kisa’ di mana ayat al-Tathir diturunkan untuk mereka. Rasulullah Saw. telah memeluk dirinya, Ali, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain. Kemudian Beliau bersabda: Mereka itulah kepercayaanku (thiqati), ‘itrahku pada Ahl Baitku. Maka Allah telah menghilangkan daripada mereka kekotoran dosa dan membersihkan mereka sebersih-bersihnya. Maka Umm Salamah berkata: Masuk kanlah aku dalam al-Kisa’. Beliau bersabda kepadanya: Wahai Umm Salamah! Anda dalam kebaikan dan kepada kebaikan. Sesungguhnya ayat ini telah diturunkan untuk aku dan mereka itu. Maka aku berkata: Allah! Wahai Abu Sa‘id! Anda tidak meriwayatkannya tentang Ali a.s. dan aku tidak mendengar anda bercakap mengenainya. Beliau berkata: Saudaraku! Aku menja ga darahku daripada penguasa-penguasa yang zalim, Allah melaknati mereka. Wahai saudaraku! Jikalau tidak, aku akan melakukannya. Tetapi aku telah berkata apa yang aku dengar kepada seseorang, kemudian beliau menyampaikannya pula kepada mereka. Maka mereka akan menghalangku. Apa yang aku maksudkan adalah memarahi orang selain daripada Ali a.s. Lan taran itu, mereka telah menganggap aku bersama mereka. Bagiku firman Allah SWT dalam Surah al-Mukminun (23): 96. ‘‘Tolaklah kejahatan dengan cara yang paling baik” iaitu dengan bertaqiyyah”.


BAHAGIAN KEDUA

Perpecahan ummat, pengertian Iman dan Islam, hadis-hadis yang bertentangan dengan al-Qur’an, kezaliman terhadap Ahl-Bait a.s., umat akan belot selepas kewafatan Rasulullah Saww.

Pemberitahuan Ali a.s. bahawa umat akan berpecah kepada tujuh puluh tiga kum pulan

Daripada Abban, Sulaim berkata: Aku telah mendengar Ali bin Abu Talib a.s. berkata: Sesung guhnya umat ini akan berpecah kepada tujuh puluh tiga kumpulan (firqah). Tujuh puluh dua kumpulan ke Neraka. Hanya satu kumpulan ke Syurga. Tiga belas daripada tujuh puluh tiga kumpulan mencintai kami Ahl al-Bait, tetapi satu kumpulan sahaja ke Syurga. Sementara dua belas kumpulan ke Neraka. Penjelasan Ali a.s. tentang kumpulan yang berjaya dan mendapat petunjuk

Adapun kumpulan yang berjaya, mendapat petunjuk, beriman dan melakukan penyerahan yang bijaksana adalah kumpulan yang beriman denganku, menyerahkan diri kepada urusanku, mentaatiku, membersihkan dirinya daripada musuhku, mencintaiku, membenci musuhku yang telah mengetahui hak imamahku, kewajipan ketaatan kepadaku daripada Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Tidak pernah menjadi murtad dan mengesyaki hak kami dan kelebihan kami semenjak pencerahan Allah ke dalam hatinya. Justeru itu, Dia akan memasukkanya ke dalam golongan Syi‘ah kami sehingga hatinya menjadi tenang dan yakin; tidak dicampuri syak bahawa sesungguhnya aku dan para wasiku selepasku sehingga Hari Kiamat adalah pemimpin muhtadun yang mana Allah telah menyebut mereka selepas diri-Nya dan Nabi-Nya dalam beberapa ayat al-Qur’an. Dia telah membersihkan kami, menjaga kami dan menjadikan kami sebagai syuhada’ ke atas makhluk-Nya, hujah-Nya di bumi, penyimpan khazanah ilmu-Nya, hikmah-Nya dan penterjemah kepada wahyu-Nya. Dia telah menjadikan kami bersama al-Qur’an dan al-Qur’an bersama kami. Kami tidak akan memisahkannya dan ia tidak akan memisahkan kami sehingga kami mengembalikannya di Haudh Rasulullah Saw. sebagaimana sabdanya. Itulah satu kumpulan daripada tujuh puluh tiga kumpulan yang berjaya daripada Api Neraka, daripada segala fitnah, kesesatan dan syubhat. Mereka itulah daripada ahli Syurga yang sebenarnya.

Mereka adalah tujuh puluh ribu yang memasuki Syurga tanpa hisab. Kesemua tujuh puluh dua kumpulan adalah terdiri daripada orang yang berpegang kepada agama (al-Mutadayyinun) tanpa kebenaran, pembantu kepada agama syaitan yang mengambilnya daripada Iblis dan para walinya. Mereka adalah musuh Allah, Rasul-Nya dan musuh Mukminin. Mereka akan memasuki Neraka tanpa hisab. Bersih daripada Allah dan Rasul-Nya. Mereka mengsyirikkan Allah dan mengingkari-Nya. Mereka menyembah selain daripada Allah tanpa mengetahui-Nya. Mereka menyangka mereka melakukan perkara yang baik. Mereka akan berkata pada Hari Kiamat, Demi Allah! Wahai Tuhan kami! Kami bukanlah Musyrikin! Mereka bersumpah dengan nama Allah sebagaimana mereka bersumpah untuk kalian. Mereka menyangka bahawa mereka mempunyai asas, tetapi mereka adalah pembohong.

Sulaim berkata: Seorang lelaki berkata: Wahai Amir al-Mukminin! Apakah pendapat anda ten tang seorang lelaki yang berpegang pada satu pendirian, tetapi dia tidak menyalahkan kalian, tidak bermusuhan dengan kalian, tidak menentang kalian, tidak menjadikan kalian sebagai pemimpin (wali), tidak membersihkan dirinya daripada musuh kalian dan berkata: “Aku tidak mengetahui bahawa dia (Ali) adalah benar”. Ali a.s. berkata: Dia bukanlah daripada kumpulan tujuh puluh tiga. Sesungguhnya apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw. dengan tujuh puluh tiga kumpulan adalah penderhaka (al-Baghin,) penentang yang mengisytiharkan diri mereka dan diseru kepada agama mereka. Satu kumpulan daripadanya beragama dengan agama al-Rahman sementara tujuh puluh dua kumpulan beragama dengan agama Syaitan; berusaha untuk menerimanya dan membersihkan diri daripada Pencipta-Nya. Adapun orang yang mentauhidkan Allah, beriman dengan Rasulullah Saw., tetapi mereka tidak mengetahui dan tidak mengambil kesesatan musuh kami, tidak menentang sesuatupun, tidak menghalal atau mengharamkan sesuatu. Mereka tidak mengambil apa yang khilaf, tetapi mengambil apa yang diperintahkan Allah dan menahan dirinya dari melakukan perkara khilaf, malah mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah atau meninggalkan apa yang dilarang-Nya.

Mereka tidak menentang sesuatupun. Tidak menghalal atau mengharamkan sesuatu yang tidak diketahuinya, namun mereka menyerahkan apa yang dimusykilkan kepada Allah SWT. Maka mereka adalah orang yang berjaya. Kumpulan ini adalah antara kumpulan Mukminun dan Musyrikun. Mereka adalah orang yang dihormati dan disegani. Mereka itulah yang dikenali sebagai Ashab al-Hisab, al-Mizan, al-A‘raf dan Jahanamiyyun yang akan disyafa‘atkan oleh para Nabi, para Malaikat dan Mukminun. Lantas mereka akan keluar daripada Neraka. dan dinamakan al-Jahanamiyyun. Adapun Mukminun mereka akan berjaya, akan memasuki Syurga tanpa hisab. Sesunguhnya hisab akan dilakukan terhadap mereka yang mempunyai sifat-sifat antara Mukminin dan Musyrikin, orang yang dijinakkan hati mereka (al-Muallafah), pelaku dosa besar, orang yang mencampur-adukkan amalan yang baik dengan yang jahat. Adapun orang yang tertindas (al-Mustad‘afin) yang tidak mampu mencari jalan keluar daripada kekafiran dan syirik untuk menjadi Mukminin yang ‘arifin. Mereka adalah Ashab al-A‘raf. Kedudukan mereka terserah kepada kehendak Allah (masyi’ah). Jika Dia mahu, Dia memasukkan seseorang daripada mereka ke Neraka dengan dosanya. Dan jika Dia memasukkannya ke Syurga adalah kerana rahmat-Nya. Aku bertanya: Adakah Dia memasukkan Neraka seseorang Mukmin yang ‘arif dan pendakwah? Beliau (Ali) menjawab: Tidak. Aku berkata: Adakah Dia akan memasuk kan ke Syurga mereka yang tidak mengetahui imamnya? Beliau menjawab: Tidak, melainkan jika dikehendaki oleh Allah. Aku berkata: Adakah seorang kafir atau musyrik akan memasuki Syurga? Beliau berkata: Tidak akan memasuki Neraka melainkan seorang kafir, melainkan jika dikehendaki Allah. Aku berkata: Sesiapa yang menemui Allah sebagai seorang Mukmin, menge tahui imamnya dan mentaatinya termasuk golongan ahli Syurga? Beliau berkata: Ya, apabila mereka menemui Allah dalam keadaan mukmin maka mereka terdiri daripada mereka yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Surah al-An‘am (6): 82, “Orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman”

Aku berkata: Sesiapa berjumpa Allah dalam kalangan mereka yang melakukan dosa besar? Beliau menjawab: Dia di atas kehendak Allah. Jika Dia menyiksanya, adalah dengan dosanya sebaliknya jika Dia membebaskan adalah kerana rahmat-Nya. Aku berkata: Adakah Dia memasukkan ke Neraka seorang Mukmin? Beliau menjawab: Ya, kerana dosanya. Ini kerana mereka bukanlah terdiri daripada Mukminin yang dimaksudkan oleh Allah sebagai Wali al-Mukminin. Manakala apa yang dimaksudkan oleh Allah dengan firman-Nya dalam Surah Yunus (10): 62, “Tiada ketakutan bagi mereka dan tidak pula mereka berdukacita”, adalah Mukminun yang bertakwa kepada Allah yang melakukan perkara-perkara yang baik dan tidak mencam puradukkan keimanan mereka dengan kezaliman. Aku berkata: Wahai Amir al-Mukminin! Apakah Iman dan apakah Islam? Beliau berkata: Adapun Iman ialah pengakuan dengan makrifah dan Islam ialah apa yang anda perakukannya. Adapun al-Taslim (penyerahan) adalah untuk para wasi dan mentaati mereka. Dalam riwayat yang lain; Islam adalah apabila anda membuat pengakuan dengannya. Aku berkata: Iman adalah pengakuan (iqrar) selepas makrifah? Beliau berkata: Sesiapa yang Allah telah memperkenalkan diri-Nya, Nabi-Nya dan imam-Nya, kemudian mengakui ketaatan kepada-Nya, maka mereka adalah Mukmin.

Aku berkata: Makrifah adalah daripada Allah dan iqrar adalah daripada hamba? Beliau berkata: Makrifah daripada Allah adalah sebagai doa dan hujah. Dan iqrar dengan Allah adalah penerimaan hamba di mana Dia memberi limpah kurnia-Nya ke atas sesiapa yang Dia mahu. Makrifah adalah kurnian Allah di hati. Iqrar adalah perbuatan hati daripada Allah, penjagaan-Nya (‘ismah) dan rahmat-Nya. Lantaran itu, sesiapa yang Allah tidak menjadikannya sebagai seorang ‘arif, maka tidak ada hujah ke atasnya. Mereka hendaklah menahan dirinya daripada apa yang mereka tidak tahu. Maka Allah tidak akan mengazabnya kerana kejahilannya itu. Dia memujinya kerana amalan baiknya dan mengazabnya kerana amalan jahatnya. Dia berupaya untuk melakukan amalan taat dan maksiat. Dia tidak berupaya untuk mengetahui dan berupaya untuk tidak mengetahui. Ini adalah mustahil. Perkara ini tidak berlaku melainkan dengan Qadha’ Allah dan Qadar-Nya, ilmu-Nya dan Kitab-Nya tanpa paksaan. Dalam riwayat yang lain; tidak berlaku demikian itu melainkan dengan pertolongan Allah, ilmu-Nya dan kitab-Nya tanpa paksaan. Sekiranya mereka dipaksa, nescaya mereka dimaafkan dan tidak dipuji.

Dan sesiapa yang tidak mengetahui tentang usahanya, hendaklah dia merujuk kepada kami apa yang dimusykilkannya. Sesiapa yang memuji Allah di atas nikmat-Nya dan memohon ampun di atas kemaksiatannya, mencintai orang yang taat, memuji mereka kerana ketaatan mereka, membenci pelaku-pelaku maksiat dan mencela mereka, maka demikian itu sudah memadai dan kembalikanlah keilmuannya kepada kami.

Jawapan Ali a.s. kepada orang yang bertanya berkenaan Iman dan Islam

Daripada Abban bin Abu ‘Iyasy daripada Sulaim bin Qais: Beliau berkata: Aku mendengar Ali bin Abu Talib a.s. ditanya oleh seorang lelaki tentang iman. Katanya: Wahai Amir al-Mukminin! Beritahuku tentang Iman di mana aku tidak akan bertanya kepada orang lain selain daripada anda. Ali a.s. berkata: Seorang lelaki telah datang kepada Rasulullah Saw. dan bertanya kepadanya soalan yang anda tanyakan kepadaku. Maka Nabi Saw. memberikan jawapan kepa danya sebagaimana aku akan berikan jawapan kepada anda. Kemudian beliau mulai menceri takan kepadanya dan berkata: Duduklah, maka Ali a.s. telah berdepan dengan lelaki itu dan berkata: Tidakkah anda mengetahui bahawa Jibra’il telah mendatangi Rasulullah Saw. dalam bentuk seorang lelaki dan berkata kepadanya: Apakah Islam? Beliau menjawab: Syahadatain- tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan solat, memberikan zakat, mengerjakan Haji di Ka‘bah, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mandi janabah . Dia bertanya lagi: Apakah Iman? Beliau menjawab: Anda beriman dengan Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hidup selepas mati dan dengan qadar baiknya, jahatnya, manisnya dan pahitnya.

Manakala lelaki itu berdiri, Rasulullah Saw. berkata: Ini adalah Jibra’il a.s. mendatangi kalian untuk mengajar agama kalian. Setiap kali Rasulullah Saw. memberi jawapan, Jibra’il berkata: Anda memang benar. Dia bertanya: Bilakah Hari Qiamat? Beliau menjawab: Apakah yang disoal tentangnya padahal orang yang bertanya lebih mengetahui daripada orang yang ditanya! Dia berkata: Anda memang benar. Kemudian Ali a.s. berkata selepas selesai kata-kata Jibra’il: Anda memang benar. Sesungguhnya iman dibina atas empat tiang: Keyakinan, kesabaran, keadilan dan jihad. Keyakinan dibina di atas empat cabang: Syauq (kecintaan) syafaq (kebencian), zuhud dan penilain diri (taraqqub). Justeru itu, sesiapa cintakan Syurga hendaklah dia menjauhi daripa da syahwat. Sesiapa yang membencikan Neraka hendaklah dia menjauhi perkara-perkara yang ditegah. Sesiapa yang zuhud di dunia maka segala musibah adalah kecil. Sesiapa yang menilai kematian, hendaklah dia bersegera melakukan kebaikan.

Kesabaran di atas empat cabang: Pemerhatian dengan hujah, takwil dengan hikmah, nasihat yang berkesan dan sunnah terdahulu. Sesiapa yang memerhatikan dengan bijaksana akan men dapati hujah. Sesiapa yang terserlah dalam hikmahnya akan mengetahui teladan. Sesiapa yang mengetahui teladan akan menakwilkan hikmah. Sesiapa yang dapat menakwilkan hikmah akan melihat teladan. Dan sesiapa yang dapat melihat teladan, seolah-olah dia berada bersama orang terdahulu. Keadilan dibina atas empat cabang: Kesamaran fahaman, kecanggihan ilmu, hikmah yang tinggi dan taman pekerti. Sesiapa yang faham dia akan menerangkan sebahagian daripada ilmunya. Sesiapa yang mengetahui, akan menjadi ‘arif terhadap jalan-jalan hikmat. Sesiapa yang mempunyai pekerti, tidak akan melampaui urusannya dan bergaul dengan orang ramai secara terpuji.

Jihad pula dibina di atas empat cabang: amr ma‘ruf, nahyu munkar, kebenaran pada semua tem pat, memarahi kerana Allah dan menentang kejahatan orang fasiq. Sesiapa yang menyuruh mela kukan kebaikan, dia memperkukuhkan orang Mukmin. Sesiapa yang menegah kemungkaran, dia dapat menundukkan orang yang fasiq. Sesiapa yang bersifat benar pada semua tempat, akan mengalahkan musuhnya. Sesiapa yang menentang kejahatan (Munafiqin) dan memarahinya ke rena Allah, Allah akan memarahinya untuknya. Itulah Iman, tiang-tiangnya dan cabang-cabang nya. Dia berkata: Wahai Amir al-Mukminin! Apakah tahap yang paling rendah seseorang itu menjadi Mukmin? Apakah tahap yang paling rendah seseorang itu menjadi kafir? Apakah tahap yang paling rendah seseorang itu menjadi sesat (dhallan)? Beliau berkata: Anda bertanya, maka dengarlah jawapannya dengan hati yang terbuka. Tahap yang paling rendah bagi seseorang itu menjadi Mukmin ialah apabila Allah memperkenalkan diri-Nya kepadanya, maka dia mempe rakui sifat ketuhanan-Nya dan keesaan-Nya. Dia memperkenalkan kepadanya Nabi-Nya, maka dia pula memperakui kenabiannya dan risalahnya. Dia memperkenalkan kepadanya akan hujah-Nya di Bumi-Nya dan saksi-Nya atas makhluk-Nya, lantas dia memperakui ketaatan kepada nya. Dia berkata: Sekiranya dia tidak mengetahui semua perkara selain dari apa yang anda ceri takan? (Ali a.s. berkata): Ya. Apabila dia diperintahkan, dia mentaatinya. Apabila dia ditegah, dia berhenti.

Tahap yang paling rendah menjadi seorang kafir ialah dia mempercayai sesuatu perkara, kemu dian menyangka bahawa Allah memerintahkannya padahal Allah melarangnya. Lantas dia men jadikannya agama. Oleh itu, dia membersihkan dirinya dan mematuhinya. Dia menyangka baha wa dia menyembah Allah yang memerintahkannya supaya melakukannya. Tahap yang paling rendah seorang itu menjadi sesat adalah dia tidak mengetahui hujah Allah di Bumi-Nya dan sak si-Nya ke atas makhluk-Nya di mana Allah memerintahkannya supaya mentaatinya dan mewa jibkan wilayahnya ke atasnya. Dia berkata: Wahai Amir al-Mukminin! Sebutkanlah nama mere ka kepadaku. Beliau berkata: Mereka telah disebut oleh Allah selepas diri-Nya dan Nabi-Nya, maka Dia berfirman dalam Surah al-Nisa’ (4): 59, ‘‘Hai orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul dan Uli al-Amri daripada kamu”. Dia berkata: Jelaskanlah mereka kepadaku? Beliau berkata: Mereka telah disebutkan oleh Rasulullah Saw. dalam khutbahnya yang terakhir di Ghadir Khum, kemudian beliau wafat. ‘‘Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara,kalian tidak akan sesat jika kalian berpegang kepada kedua –duanya: Kitab Allah dan Ahl Baitku Sesungguhnya Yang Maha Halus Lagi Mengetahui telah berjanji kepadaku bahawa kedua-duanya tidak akan terpisah sehingga dikembalikan kepadaku di Haudh seperti kedua–dua anak jariku. Justeru itu berpeganglah kalian kepada kedua-duanya, nescaya kalian tidak akan sesat selama-lamanya. Janganlah kalian mendahului mereka, nescaya kalian akan binasa. Janganlah kalian membelakangi mereka, nescaya kalian akan berpecah. Janganlah kalian mengajari mereka, kerana mereka lebih mengetahui daripada kalian”

Dia berkata: Sebutkanlah namanya kepadaku? Dia (Ali) berkata: Orang yang dilantik oleh Rasulullah Saww. di Ghadir Khum. Maka Rasulullah Saw. telah memberitahu mereka bahawa beliau lebih aula daripada mereka berbanding diri mereka sendiri. Orang yang datang (al-Sya hid) hendaklah menyampaikanya kepada orang yang tidak datang (al-Gha’ib) daripada mereka. Maka aku berkata: Andalah orangnya, wahai Amir al-Mukminin? Beliau berkata: Akulah yang pertama daripada mereka dan yang paling afdal daripada mereka. Kemudian anak lelakiku al-Hasan selepasku yang lebih aula dengan al-Mukminin daripada diri mereka sendiri. Kemudian anak lelakiku al-Husain selepasnya yang aula dengan Mukminin daripada diri mereka sendiri. Kemudian para wasi Rasulullah Saw. sehingga mereka dikembalikan ke Haudhnya satu demi satu. Lelaki itu telah berdiri di hadapan Ali a.s. lalu mengucup kepalanya, kemudian berkata: Anda telah menjelaskan kepadaku dan menyelamatkanku serta telah menghilangkan setiap sesu atu dari hatiku.

Abban daripada Sulaim berkata: Seorang lelaki telah datang kepada Amir al-Mukminin a.s. dan bertanya kepadanya tentang Islam? Maka Ali a.s. berkata: Sesungguhnya Allah SWT telah mensyariatkan Islam dan mempermudahkan syariatnya bagi mereka yang menganutinya dan memperkuatkan rukun-rukunnya bagi mereka yang memeranginya. Dia menjadikannya satu kekuatan bagi mereka yang menganutinya. Kedamaian bagi mereka yang memasukinya. Imam bagi mereka yang berimam dengannya. Perhiasan bagi mereka yang berhias dengannya. Persediaan bagi mereka yang mencintainya. Ikatan bagi mereka yang berpegang dengannya. Talian bagi mereka yang berpegang dengannya. Bukti bagi mereka yang mempelajarinya. Caha ya bagi mereka yang mencari pencerahannya. Saksi bagi mereka yang bertengkar dengannya. Perpecahan bagi mereka yang menentangnya. Keilmuan bagi mereka yang menjaganya. Hadis bagi mereka yang meriwayatkannya. Hukuman bagi mereka yang melaksanakannya. Pekerti bagi mereka yang mencubanya. Penyembuhan bagi mereka yang memikirnya. Fahaman bagi mereka yang menghalusinya. Keyakinan bagi mereka yang menggunakan akalnya. Matahati bagi mereka yang cekal. Petanda bagi mereka yang tawsum (sujud).

Teladan bagi mereka yang menerima nasihat. Kejayaan bagi mereka yang benar. Kasih sayang bagi mereka yang inginkan islah. Kedekatan bagi mereka yang ingin mendekatinya. Keperca yaan bagi mereka yang bertawakal. Harapan bagi mereka yang menyerah. Pendahuluan bagi mereka yang melakukan kebaikan. Kebaikan bagi mereka yang menyegerakannya. Perisai bagi mereka yang bersabar. Pakaian bagi mereka yang bertakwa. Keterserlahan bagi mereka yang cerdik. Gua bagi mereka yang mencari keamanan. Kedamaian bagi mereka yang menyerahkan dirinya. Roh bagi mereka yang benar. Nasihat bagi mereka yang bertakwa. Kejayaan bagi mere ka yang berjaya. Demikianlah kebenaran di mana jalannya adalah petunjuk. Sifatnya adalah ke baikan. Kesannya adalah ketinggian. Manhaj yang baik. Tempat lahirnya pencerahan. Lampu pe tunjuk. Halus matlamat. Mudah isi kandungannya. Bersifat keseluruhan. Pelumba yang menang. Penderitaan bagi kecelakaan. Persediaan yang lama. Panglima yang mulia. Keimanan adalah manhajnya. Amalan yang baik adalah mercunya. Kefahaman adalah lampunya. Kematian adalah matlamatnya. Dunia adalah isi kandungannya. Kiamat adalah pembungkusnya. Syurga adalah matlamatnya. Api Neraka adalah kecelakaannya.

Ketakwaan adalah persediaannya. Orang yang baik adalah panglima-panglimanya. Dengan kei manan, ia menjadi pengukur ke atas kebaikan. Kebaikan akan melahirkan kefahaman. Dengan kefahaman, mereka akan takutkan kematian. Dengan kematian berakhirlah Dunia. Dengan Du nia akan melewati Kiamat. Dengan Kiamat akan menghampiri Syurga. Syurga menjadi idaman ahli Neraka. Neraka adalah peringatan bagi mereka yang bertakwa. Takwa adalah asas Iman. Maka itulah Islam.

Jawapan Ali a.s. berkenaan dengan hadis-hadis yang bertentangan dan penjela san tentang periwayatnya

Abban daripada Sulaim berkata: Aku berkata: Wahai Amir al-Mukminin! Sesungguhnya aku telah mendengar daripada Salman, al-Miqdad dan Abu Dhar sesuatu daripada tafsir al-Qur’an dan riwayat daripada Nabi Saw. Kemudian aku telah mendengar anda membenarkan apa yang aku dengar daripada mereka. Aku melihat di tangan manusia banyak tafsir al-Qur’an dan Hadis Nabi (Saw.) menyalahi apa yang aku dengar daripada kalian sedangkan kalian pula beranggapan bahawa itu adalah batil. Direka untuk membohongi Rasulullah (Saw.) dengan sengaja. Mereka mentafsirkan al-Qur’an dengan fikiran mereka. Sulaim berkata: Ali a.s. telah berhadapan de nganku dan berkata kepadaku: Wahai Sulaim! Anda bertanya, maka fahamilah jawapannya. Se sungguhnya di tangan manusia (terdapat) kebenaran dan kebatilan, kebenaran dan pemboho ngan, nasikh dan mansukh, khas dan ‘am, muhkam dan mutasyabih. Hafaz dan waham. Sesung guhnya Rasulullah Saww. telah dibohongi pada masa hidupnya sehingga beliau berdiri memberi khutbah dan berkata: “Wahai manusia! Telah banyak pembohongan ke atasku. Sesiapa yang telah berbohong ke atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia menyediakan tempat duduknya daripada Neraka”. Kemudian telah berbohong pula mereka yang datang selepasnya setelah beliau wafat. Semoga Allah mencucuri rahmat-Nya ke atas Nabi-Nya dan bersalawat ke atasnya dan keluarganya. Sesungguhnya Hadis dibawa kepada anda oleh empat orang, tidak ada yang kelima .

Seorang lelaki munafiq yang melahirkan keimanannya, berpura-pura Islam, tidak rasa berdosa dan keberatan untuk berbohong ke atas Rasulullah (Saw.) dengan sengaja. Sekiranya Muslimun mengetahui bahawa dia adalah seorang Munafiq, pembohong, nescaya mereka tidak akan mene rima hadis daripadanya dan tidak akan membenarkannya. Tetapi mereka berkata: Ini adalah sahabat Rasulullah Saw. di mana dia melihat dan mendengar daripadanya. Dia bukanlah pembo hong dan mustahil dia membohongi Rasulullah Saw. Sesungguhnya Allah telah memberitahu ten tang Munafiqin dan menerangkan sifat-sifat mereka sebagaimana firmannya dalam Surah al-Munafiqin (63): 4 “Dan apabila engkau melihat mereka, nescaya tubuh badan mereka mempe sonakan engkau. Dan sekiranya mereka bercakap, nescaya anda mendengar percakapan mere ka” Kemudian mereka terus berada selepasnya, menghampirkan diri mereka kepada para imam yang sesat dan pendakwah ke Neraka dengan penuh pembohongan. Justeru itu, mereka dilantik untuk menjalankan tugas mereka dan menguasai orang ramai. Dengan cara ini, mereka mengua sai dunia . Sesungguhnya manusia bersama pemerintah dan dunia melainkan mereka yang dipeli hara oleh Allah. Ini adalah yang pertama daripada empat.

Kedua: Seorang lelaki telah mendengar daripada Rasulullah (Saw.), tetapi dia tidak menghafaz nya, malah dia menjadi kesamaran mengenainya. Dia tidak sengaja berbohong, meriwayat dan beramal dengannya. Dia berkata: Aku telah mendengarnya daripada Rasulullah (Saw.). Sekira nya Muslimun mengetahui bahawa dia dalam kesamaran (waham) mengenainya, nescaya mereka tidak akan menerimanya. Sebaliknya, jika dia sendiri mengetahui bahawa dia berada dalam kesamaran mengenainya, dia sendiri akan menolaknya.

Ketiga: Seorang lelaki telah mendengar sesuatu daripada Rasulullah (Saw.) di mana beliau memerintahkan supaya ia dilakukan, kemudian beliau melarangnya pula sedangkan dia tidak mengetahuinya. Atau dia telah mendengar sesuatu yang dilarang, kemudian diperintahkan supaya dilakukan pula sedangkan dia tidak mengetahui nasikh dan mansukh. Sekiranya dia mengetahui bahawa ia telah dimansuh, nescaya dia sendiri akan menolaknya. Begitu juga jika Muslimun mengetahui bahawa ia telah dimansuh, nescaya mereka menolaknya.

Keempat: Seorang lelaki telah mendengar sesuatu daripada Rasulullah (Saw.), dia tidak melaku kan pembohongan terhadap Allah dan Rasul-Nya, kerana benci kepada pembohongan, takutkan Allah, menghormati Rasulullah (Saw.). Dia bukanlah berada dalam kesamaran malah telah menghafaz apa yang didengarnya. Dia meriwayatkannya tanpa menambah atau mengurang kannya. Dia menghafaz nasikh dan mansukh, lalu beramal dengan nasikh dan menolak mansukh. Sesungguhnya perintah Rasulullah Saw. dan larangannya sepertilah al-Qur’an, ada nasikh dan mansukh, ‘am dan khas, muhkam dan mutasyabih. Terdapat sabda (kalam) Rasulullah Saw. yang mempunyai dua pengertian, khas dan ‘am sepertilah al-Qur’an, didengari oleh orang yang tidak mengetahui apa yang dimaksudkan oleh Allah SWT dan apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw. Bukan semua sahabat Rasulullah (Saw.) yang bertanya dan memahaminya . Di kalangan mereka ada yang bertanya tetapi tidak meminta penjelasan daripadanya. Sehingga mereka lebih suka jika ada orang yang datang atau badwi bertanyakan Rasulullah (Saw.) sehingga mereka mendengar jawapan daripadanya.

Aku telah masuk berjumpa Rasulullah Saw. setiap hari sekali dan setiap malam sekali. Maka beliau membiarkan aku pergi bersamanya di mana saja. Sesungguhnya para sahabat Rasulullah (Saw.) telah mengetahui bahawa beliau tidak melakukan sedemikian itu kepada seorangpun selain daripadaku. Mungkin ia berlaku di rumahku atau apabila aku berjumpa dengannya di beberapa tempat kediamannya, hanya aku bersama beliau. Beliau telah meminta isteri-isterinya meninggalkan tempat itu, sehingga tidak ada yang tinggal selain daripada kami berdua. Apabila beliau datang ke rumahku untuk bersendirian. Fatimah (a.s.) tidak meninggalkan tempatnya, begitu juga tidak seorangpun daripada anak-anakku meninggalkan tempat mereka. Apabila aku bertanyakan kepadanya, beliau memberi jawapan kepadaku. Apabila aku berdiam seketika atau mengutarakan masalahku, beliau akan memulakan percakapan denganku. Tiada satu ayatpun daripada al-Qur’an yang turun ke atasnya melainkan beliau membaca dan mengimla’nya kepa daku, lalu aku menulisnya dengan tulisan tanganku (khat). Beliau berdoa kepada Allah supaya memahamkan aku mengenainya dan menjagaku. Aku tidak pernah melupai, meskipun satu ayat daripada Kitab Allah semenjak aku menghafaznya. Beliau telah mengajarku takwilnya, maka aku menghafaznya. Beliau mengimla’nya kepadaku, lalu aku menulisnya.

Beliau tidak meninggalkan sesuatupun yang diajar oleh Allah sama ada perkara halal, haram, su ruhan atau larangan, kecuali beliau memerintahkan aku supaya menulisnya. (Aku bertanya) Adakah anda takut aku melupainya? Maka beliau bersabda: Wahai saudaraku! Aku bukanlah takut anda melupainya atau jahil mengenainya.

Penjelasan Rasulullah Saww. kepada Ali a.s. tentang para wasi dan nama mereka

Sesungguhnya Allah telah memberitahuku bahawa Dia telah mengabulkan doaku untuk anda dan syuraka’i-ka selepas anda. Aku bertanya: Wahai Nabi Allah! Siapakah syuraka’i? Beliau bersabda: Mereka ialah orang yang disebut oleh Allah dengan diri-Nya dan diriku bersama-Nya. Mereka ialah orang yang Dia telah berfirman tentang hak mereka dalam Surah al-Nisa’ (4): 59, “Wahai orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul-Nya dan Uli al-Amr daripada kamu. Dan sekiranya kamu berbantah-bantah di dalam sesuatu (perkara), maka kem balilah kepada Allah, Rasul dan Uli al-Amr daripada kalian”.

Aku bertanya: Wahai Nabi Allah! Siapakah para wasi itu? Beliau bersabda: Para wasi itu akan dikembalikan ke Haudhku, semuanya pembimbing yang mendapat hidayah. Mereka tidak akan dimudaratkan oleh tipu daya orang yang menipu mereka. Tidak pula hina oleh penghinaan mere ka. Mereka bersama al-Qur’an dan al-Qur’an bersama mereka. Mereka tidak akan memisahkan nya dan al-Qur’an tidak akan memisahkan mereka. Dengan merekalah Allah membantu um matku. Melalui merekalah rahmat akan dilimpahi. Dia mempertahankan mereka dengan menga bulkan doa mereka. Maka aku berkata: Sebutkanlah nama mereka kepadaku? Beliau bersabda: Anak lelakiku ini-Beliau meletakkan tangannya ke atas kepala al-Hasan. Kemudian anak lelaki kepada anak lelaki ku ini-Dia meletakkan tangannya di atas kepala al-Husain-kemudian anak nya di atas namaku, namanya Muhammad, penyimpan ilmuku dan penyimpan wahyu Allah. Ali akan dilahirkan pada masa hidup anda, wahai saudaraku! maka sampaikanlah salamku kepa danya. Kemudian beliau berdepan dengan al-Husain, lalu bersabda: Akan lahir untuk anda Mu hammad bin Ali pada masa hidup anda, maka sampaikanlah salamku kepadanya. Kemudian sempurnalah dua belas imam-sebelas daripadanya adalah anak cucu anda, wahai saudaraku! Ma ka aku berkata: Wahai Nabi Allah! Sebutkanlah nama mereka kepadaku? Maka beliaupun menyebutkan nama mereka kepadaku seorang demi seorang daripada mereka. Demi Allah! Wahai Bani Hilal (Sulaim)! Mahdi umat inilah yang akan memenuhi bumi ini dengan kesak samaan dan keadilan sebagaimana sebelumnya ia dipenuhi dengan kezaliman dan kekeja man. Demi Allah! aku mengetahui semua mereka yang akan memberi bai‘ah kepadanya di hadapan Ka‘bah. Aku mengetahui kesemua nama mereka serta kabilah mereka.

Sulaim berkata: Kemudian aku berjumpa al-Hasan dan al-Husain Salawatu Llahi ‘alaihima di Madinah selepas Amir al-Mukminin Salawatu Llahi ‘alaihi dibunuh. Akupun memberitahu mere ka berdua tentang hadis ini (yang aku dengar) daripada bapa mereka. Merekapun berkata: Anda memang benar. Sesungguhnya bapa kami Ali telah memberitahu anda tentang hadis ini ketika itu kami sedang duduk. Sesungguhnya kami telah menghafaznya daripada Rasulullah (Saw.) sebagaimana bapa kami telah memberitahu anda satu persatu, tidak lebih dan tidak pula kurang. Sulaim berkata: Kemudian aku berjumpa Ali bin al-Husain a.s. dan di sisinya adalah anaknya Muhammad bin Ali a.s. Maka aku memberitahunya apa yang aku dengar daripada bapanya dan bapa saudaranya dan apa yang aku dengar daripada Ali a.s. Maka Ali bin al-Husain a.s. berkata: Sesungguhnya Amir al-Mukminin a.s. telah membacakan salam daripada Rasulullah Saw. kepadaku ketika itu beliau sedang sakit dan aku masih kanak-kanak. Kemudian Muhammad a.s. berkata: Sesungguhnya datukku al-Husain a.s. telah membacakan salam daripada Rasulullah (Saw.) kepadaku ketika itu beliau sedang sakit.

Abban berkata: Aku telah memberitahu Ali bin al-Husain a.s. semua (yang aku dengar) daripada Sulaim. Maka beliau berkata: Sulaim memang benar. Jabir bin Abdullah al-Ansari telah datang kepada anak lelakiku yang masih kecil dan sedang memegang al-Qur’an. Beliau telah mengucupnya dan membaca kepadanya salam daripada Rasulullah (Saw.). Abban berkata: Ketika pergi mengerjakan Haji, aku telah berjumpa dengan Abu Ja‘far Muhammad bin Ali a.s. Akupun memberitahu kesemuanya tentang hadis ini, tanpa meninggalkan satu huruf darinya. Maka kedua-dua matanya berlinang, kemudian beliau berkata: Sulaim memang benar. Sesungguhnya beliau mendatangiku selepas pembunuhan datukku al-Husain a.s., ketika itu aku sedang duduk di sisi bapaku, lalu beliau memberitahuku hadis yang sama. Maka bapaku telah berkata kepdanya: Anda memang benar. Sesungguhnya bapaku telah memberitahu anda tentang hadis ini daripada Amir al-Mukminin (a.s.) dan kami menjadi saksi. Kemudian kedua-duanya telah memberitahunya apa yang mereka dengar daripada Rasulullah (Saw.)

Kata-kata Imam al-Baqir a.s: “Kami Ahl al-Bait menghadapi kezaliman daripada Quraisy…”

Abban berkata: Abu Ja‘far al-Baqir a.s. berkata kepadaku: Kami Ahl al-Bait telah menghadapi kezaliman daripada Quraisy, penentangan mereka terhadap kami dan pembunuhan mereka akan kami. Perkara yang sama akan dihadapi oleh Syi‘ah kami dan pencinta-pencinta kami. Sesungguhnya Rasulullah Saw. ketika wafat, beliau telah melaksanakan hak kami. Beliau telah memerintahkan supaya kami ditaati, mewajibkan wilayah kami dan kasih sayang (al-Mawaddah) kepada kami. Justeru itu, beliau telah memberitahu mereka bahawa kami lebih aula (utama) daripada diri mereka sendiri. Beliau memerintahkan supaya orang yang hadir (al-Syahid) supaya menyampaikannya kepada orang yang tidak hadir (al-Ghaib). Sebaliknya mereka telah menentang Ali a.s., lalu mereka berhujah dengan beliau dengan hujah Rasulullah (Saw.) dan hujah orang ramai mengenainya. Mereka berkata: Anda memang benar. Sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah bersabda sedemikian, tetapi beliau telah membatal kannya (nasakha-hu) dan bersabda: “Sesungguhnya kami Ahl al-Bait telah dimuliakan dan dipilih oleh Allah (SWT). Dia tidak meredai kami dengan Dunia. Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan untuk kami kenabian dan khilafah”. Empat orang telah memberi penyaksian mengenainya. Mereka adalah Umar, Abu Ubaidah, Mu‘adh bin Jabal dan Salim (maula Abu Hudhaifah).

Justeru itu, mereka telah menabur bibit kesamaran kepada orang ramai (syabbahu-hum), lalu membenarkan mereka, menolak mereka ke belakang dan mengeluarkan khilafah daripada sumber yang telah dijadikan oleh Allah. Mereka telah berhujah dengan kaum Ansar dengan hak kami dan hujah kami. Lantaran itu, mereka telah memberi bai‘ah kepada Abu Bakr. Kemudian Abu Bakr telah memberikannya pula kepada Umar sebagai membalas jasanya mengenai khilafah. Kemudian Umar menjadikanya (khilafah) syura di kalangan enam orang. Kemudian Abd Rahman bin Auf telah menjadikannya untuk Uthman dengan syarat dia mengembalikannya kepadanya. Tetapi Uthman telah mungkir janji lalu Abd Rahman bin Auf telah melahirkan keingkarannya dan kejahilannya. Kemudian dia dijangkiti penyakit taun pada masa hidupnya. Tetapi anak lelakinya telah menyangka bahawa Uthman telah meracuninya sehingga mati. Kemudian Talhah dan al-Zubair telah mengambil bahagian, lalu mereka telah memberi bai‘ah kepada Ali (a.s.) secara suka rela tanpa paksaan. Kemudian mereka menarik balik bai‘ah mereka daripada Ali (a.s.) dan mengkhianatinya pula. Mereka berdua telah pergi bersama ‘Aisyah ke Basrah. Kemudian Mu‘awiyah, thughat ahli Syam telah menyeru untuk menuntut darah Uthman, lalu mengisytiharkan perang ke atas kami. Kemudian Ahli Haura’ (Khawarij) menentangnya supaya dia menghukum dengan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Jika mereka menghakimi dengan apa yang disyaratkan ke atas kedua-duanya, nescaya mereka menghakimi Ali Amir al-Mukminin sebagaimana dalam Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Kemudian Ahli Nahrawan telah menentangnya dan memeranginya. Kemudian mereka memberi bai‘ah kepada al-Hasan bin Ali a.s. selepas bapanya dan membuat perjanjian dengannya. Kemudian mereka telah mengkhianatinya, menyerahkannya dan menghinanya. Kemudian mereka telah menikamnya dengan khanjar di pahanya. Mereka telah memusnahkan tentera-tenteranya dan mereka telah memperbaiki gelang kaki ummahat al-Aulad. Lantaran itu, beliau terpaksa berdamai dengan Mu‘awiyah, kerana menjaga darahnya, darah Ahl Baitnya dan Syi‘ahnya.

Mereka adalah sedikit, hak yang sedikit dan ketika itu beliau pula tidak mendapati pembantu-pembantu. Kemudian al-Husain a.s. telah dibai‘ah oleh lapan belas ribu ahli Kufah. Namun akhirnya mereka telah mengkhianatinya, menentangnya sehingga beliau dibunuh. Seterusnya kami dihina, disisih, dihalang, dibunuh dan diusir. Kami menjadi takut kerana darah kami dan setiap orang yang mencintai kami. Pembohong-pembohong telah mendapat tempat kerana pembohongan mereka. Mereka telah mendekatkan diri kepada pemerintah-pemerintah dan kakitangan mereka melalui pembohongan mereka di setiap tempat dan menceritakan permusuhan kami dengan pemerintah-pemerintah mereka yang lalu dengan hadis-hadis palsu. Mereka telah meriwayatkan tentang kami apa yang kami tidak kata untuk menghina kami. Mereka telah melakukan pembohongan ke atas kami bagi mendekatkan diri mereka dengan pemerintah dan pembesar mereka dengan licik dan pendustaan.

Ini telah banyak berlaku pada zaman Mu‘awiyah, selepas kematian al-Hasan a.s. Justeru itu, Syi‘ah dibunuh di setiap tempat. Dipotong tangan dan kaki mereka. Disula semata-mata disebabkan tohmah dan prasangka kerana cinta dan setia kepada kami. Kemudian penindasan telah berlaku lebih dahsyat lagi sehingga ke zaman Ibn Ziyad selepas pembunuhan al-Husain (a.s.). Kemudian datang al-Hajjaj, lalu dia telah membunuh mereka (Syi‘ah) dengan sewenang-wenangnya; berdasarkan tohmah dan prasangka sehingga seseorang lelaki itu dikatakan sebagai seorang zindiq atau majusi adalah lebih disenanginya daripada dikatakan bahawa dia adalah Syi‘ah al-Husain salawatullahi ‘alaihi. Kadangkala anda melihat seorang lelaki dikatakan baik, warak dan benar telah meriwayatkan hadis-hadis yang besar dan pelik, melebih-lebihkan sesetengah pemerintah terdahulu di mana Allah tidak menjadikan untuk mereka sedemikian! Dia telah menyangka bahawa hadis-hadis tersebut adalah benar. Sementara orang ramai pula telah mendengar hadis-hadis tersebut daripadanya dan tidak mengenali tentang pembohongan dan keburukannya. Mereka telah meriwayatkan perkara-perkara yang buruk, hanya Allah sahaja yang mengetahui tentang Ali, al-Hasan dan al-Husain (a.s.). Sesungguhnya mereka telah meriwayatkan hadis-hadis palsu dan penuh dengan pembohongan.

Aku berkata kepadanya: Aslaha-ka llahu. Sebutkan hadis-hadis tersebut kepadaku? (Beliau berkata): Mereka telah meriwayatkan bahawa ‘‘Dua penghulu bagi orang tua di Syurga adalah Abu Bakr dan Umar”, ‘‘Umar adalah Muhdathun”, ‘‘Malaikat mengajarnya”, ‘‘Kebenaran terdapat pada lidahnya (Umar)”, ‘‘Malaikat berasa malu kepada Uthman” sehingga Abu Ja‘far a.s. telah menyebutkan lebih daripada seratus hadis. Mereka telah menyangka bahawa semua hadis tersebut adalah benar. Kemudian beliau berkata: Demi Tuhan! Semua hadis tersebut adalah bohong. Aku berkata: Aslaha-ka llahu! Hadis-hadis tersebut tidak ada nilainya. Beliau a.s. berkata: Hadis-hadis tersebut ada yang palsu dan ada yang diubahsuai. Umumnya hadis-hadis tersebut adalah bohong dan batil. Wahai Tuhanku! Jadikanlah perkataanku ini perkataan Rasulullah Saw. dan perkataan Ali a.s. (Semoga) Umat Muhammad tidak akan berselisih faham mengenainya selepasnya sehingga Allah mengutuskan al-Mahdi a.s.

Penjelasan Ali a.s. mengenai kelebihannya dan Ahl Bait berbanding dengan Quraisy

Abban daripada Sulaim: Beliau berkata: Aku telah melihat Ali a.s. di Masjid Rasulullah Saw. pada masa pemerintahan Uthman dan beberapa kumpulan sedang bercakap-cakap dan bermuzakarah tentang Fiqh dan Hadis. Mereka telah menyebut tentang Quraisy, kelebihannya, keutamaannya, hijrahnya dan sabda Rasulullah Saw. mengenai mereka. Umpama sabdanya (Saw.): Para imam itu adalah daripada Quraisy. Dan sabdanya: Orang ramai adalah pengikut kepada Quraisy dan Quraisy adalah pemimpin Arab. Dan sabdanya: Janganlah kalian mencaci Quraisy . Dan sabdanya: Bagi Quraisy kekuatan dua orang bukan Quraisy. Sabdanya: Allah memarahi mereka yang memarahi Quraisy. Dan sabdanya: Sesiapa mahu menghina Quraisy, Allah menghinanya. Mereka menyebut tentang kaum Ansar, kelebihannya, keutamaannya, pertolongannya, pujian Allah ke atas mereka dalam kitab-Nya dan sabda Rasulullah Saw. tentang kelebihan mereka. Mereka menyebut sabda Rasulullah Saw. tentang Sa‘d bin Mu‘adh pada jenazahnya, Ghassil al-Malaikah, dan orang yang dikerumuni lebah sehingga mereka tidak meninggalkan sesuatupun daripada kelebihan mereka. Maka dia berkata: Setiap suku daripada kami adalah fulan dan fulan. Quraisy berkata: Rasulullah Saw. adalah daripada kami, Hamzah dan Ja‘far adalah daripada kami. Daripada kami Ubaidah bin al-Harith, Zaid bin al-Harithah, Abu Bakr, Umar, Sa‘ad, Abu Ubaidah, Salim dan Ibn Auf. Mereka tidak meninggalkan seorangpun daripada suku mereka terdahulu melainkan telah menyebutnya. Di perkarangan Masjid terdapat lebih daripada dua ratus lelaki. Di kalangan mereka ada yang sedang mengadap Qiblat dan ada yang berada di sekitar perkarangannya.

Aku ingat daripada Quraisy adalah Ali bin Abu Talib salawatullahi alaihi, Sa‘d, Ibn Auf, al-Zubair, Talhah, Ammar, al-Miqdad, Abu Dhar, Hasyim bin Atabah, Abdullah bin Umar, al-Hasan, al-Husain, Ibn Abbas, Muhammad bin Abu Bakr, Ubaidillah bin Ja‘far dan Ubaidillah bin Abbas. Daripada kaum Ansar adalah Ubayy bin Ka‘ab, Zaid bin Thabit, Abu Ayyub, Abu al-Haitham bin al-Taihan, Muhammad bin Salmah, Qais bin Sa‘d, Jabir bin Abdullah, Abu Maryam, Anas bin Malik, Zaid bin Arqam, Abdullah bin Ubayy, Auf dan Abu Laila bersama anak lelakinya Abd al-Rahman di dalam keadaan duduk dan di sisinya seorang budak yang berseri-seri mukanya. Tiba-tiba Abu al-Hasan al-Basri datang bersama anak lelakinya al-Hasan yang berseri-seri mukanya dan mempunyai ketinggian yang sederhana. Aku mulai melihat kepadanya dan kepada Abd al-Rahman bin Abu Laila, tetapi aku tidak tahu yang mana satu yang lebih tampan. Al-Hasan adalah lebih besar dan tinggi. Mereka telah berhimpun dari pagi sehingga solat pertama. Uthman berada di rumahnya. Beliau tidak tahu apa yang sedang berlaku.

Ali bin Abu Talib a.s. diam seketika dan tidak seorangpun daripada Ahl-Baitnya yang bercakap. Mereka datang kepada Ali a.s. dan berkata: Wahai Abu al-Hasan! Apa yang menghalang anda daripada bercakap? Beliau berkata: Tidak ada seorangpun daripada suku-suku melainkan disebut kelebihannya. Beliau berkata: Memang benar. Kemudian beliau berkata: Wahai kaum Quraisy dan Ansar! Dengan siapakah Allah kurniakan kepada kalian kelebihan ini? Adakah dengan diri kalian, kabilah kalian dan Ahl Bait kalian atau selain daripada kalian? Mereka menjawab: Allah kurniakan kepada kami dengan Rasulullah Saw. bukan dengan diri kami, kabilah kami atau keluarga kami. Beliau berkata: Kalian memang benar wahai kaum Ansar! Adakah kalian mengakui bahawa orang yang menjadikan kalian mencapai kebaikan dunia dan akhirat ialah daripada kami khususnya Ahl al-Bait bukan kalian? Sesungguhnya sepupuku Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku dan saudaraku Ali bin Abu Talib adalah daripada tanah bapaku Adam. Ahli Badr, Uhud dan orang yang terawal Islam semuanya berkata: Ya, kami telah mendengarnya daripada Rasulullah Saw.

Dalam riwayat yang lain: Kami adalah cahaya yang berjalan di hadapan Allah sebelum Allah menjadikan Adam empat belas ribu tahun. Apabila menjadikan Adam, Dia telah meletakkan cahaya tersebut pada sulbinya dan Dia telah menurunkannya ke Bumi. Kemudian Dia telah membawanya ke dalam bahtera pada sulbi Nuh. Kemudian Dia telah mencampakkannya ke dalam api pada sulbi Ibrahim. Kemudian Allah sentiasa memindahkan kami daripada sulbi-sulbi yang mulia kepada rahim-rahim yang suci. Dan daripada rahim-rahim yang suci kepada sulbi-sulbi yang mulia terdiri daripada bapa-bapa dan ibu-ibu. Kemudian tiada seorangpun daripada mereka telah melakukan zina. Maka ahli Badr, Uhud, orang terawal dan terkemudian semuanya berkata: Ya, kami telah mendengar demikian itu daripada Rasulullah Saw.

Orang ramai mengakui kelebihan Ali a.s. selepas beliau menyeru mereka dengan nama Allah

Ali a.s. berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah mempersaudarakan di antara setiap dua lelaki daripada sahabatnya dan beliau telah mempersaudarakanku dengan dirinya lalu bersabda: Anda adalah saudaraku dan aku adalah saudara anda di Dunia dan di Akhirat? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah membeli tapak Masjidnya dan rumah-rumahnya, lalu beliau telah meminta aku bermalam di rumahnya. Kemudian beliau telah membina sepuluh rumah; sembilan untuknya dan menjadikan untukku yang kesepuluhnya pada tengahnya. Beliau telah menutup setiap pintu jalan ke Masjid selain daripada pintuku. Justeru itu, telah bercakaplah mereka yang bercakap mengenainya. Maka beliau bersabda: Aku bukanlah menutup pintu-pintu kalian dan membuka pintunya, tetapi Allah telah memerintahkan aku menutup pintu-pintu kalian dan membuka pintunya. Sesungguhnya beliau telah melarang orang ramai tidur di Masjid selain daripadaku. Aku pernah berjunub di masjid, di rumahku dan di rumah Rasulullah (Saw.). Di masjidlah dilahirkan (anak-anakku) untuk Rasulullah (Saw.) dan di masjidlah aku mendapat anak-anak. Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Umar telah menebuk satu lubang di dinding rumahnya sebesar biji matanya ke arah Masjid, maka Rasulullah (Saw.) membantahnya. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya Allah telah memerintahkan Musa supaya membina sebuah masjid yang bersih (tahir) di mana tidak boleh didiami di dalamnya selain daripadanya, Harun dan dua anak lelakinya . Sesungguhnya Allah telah memerintahkan aku supaya membina sebuah masjid yang bersih (tahir) di mana tidak didiami di dalamnya selain daripadaku, saudaraku dan dua anak lelakiku? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.
Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda dalam peperangan Tabuk: Kedudukan anda di sisiku sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa dan anda adalah wali setiap mukmin selapasku? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah Saw. ketika menyeru ahli Najran bermubahalah, beliau tidak datang melainkan denganku, isteriku dan dua anak lelakiku? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Adakah kalian mengetahui bahawa sesungguhnya beliau telah memberi kepadaku bendera Khaibar kemudian bersabda: Esok, aku pasti akan memberi bendera kepada seorang lelaki yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, beliau bukan pengecut dan bukan pula melarikan diri, Allah akan membuka (negeri) di tangannya? Mereka berkata: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah mengutusku dengan Surah al-Bara’ah dan bersabda: Tidak akan menyampaikannya melainkan seorang lelaki daripadaku? Mereka berkata: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah Saw. apabila berlaku perkara yang penting, beliau mendahulukan aku kerana kepercayaannya kepadaku. Beliau tidak memanggil dengan namaku melainkan bersabda: Wahai saudaraku! Dan masuklah kalian berjumpa saudaraku? Mereka berkata: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah Saw. telah menyelesaikan di antara aku dan Ja‘far serta Zaid mengenai anak perempuan Hamzah dan beliau bersabda: Wahai Ali! Anda adalah daripadaku dan aku daripada anda. Dan anda adalah wali setiap Mukmin selepasku? Mereka berkata: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya aku telah berjumpa Rasulullah Saw. satu kali setiap hari dan malam. Dan apabila aku meminta kepadanya, beliau memberikan kepadaku. Dan apabila aku diam seketika, beliau akan memulakan percakapannya? Mereka berkata: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah Saw. telah melebihkan aku ke atas Ja‘far dan Hamzah, lalu beliau bersabda kepada Fatimah: Sesungguhnya aku nikahkan anda dengan keluargaku yang terbaik, umatku yang terbaik, orang yang pertama memeluk Islam, mempunyai pekerti yang tertinggi serta ilmu yang terbanyak? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: Aku adalah penghulu anak Adam dan saudaraku Ali adalah penghulu Arab. Fatimah adalah penghulu wanita Syurga? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah Saw. telah memerintahkan aku memandikan jenazahnya dan memberitahuku bahawa Jibril akan membantuku mengenainya? Mereka menjawab: Wahai Tuhan! Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengakui bahawa sesungguhnya Rasulullah (Saw.) bersabda pada akhir khutbah yang diucapkan kepada kalian: Wahai manusia! Sesungguhnya aku tinggalkan pada kalian dua perkara di mana kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang kepada kedua-duanya; Kitab Allah dan Ahli Baitku. Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Sulaim berkata: Beliau tidak meninggalkan sesuatupun daripada ayat-ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah Saw. mengenainya dan Ahli Baitnya secara khusus melainkan beliau telah menyeru mereka dengan nama Allah tentangnya. Kebanyakan mereka menjawab: Ya. Dan ada juga di kalangan mereka yang diam. Orang yang diam pula berkata: Kalian boleh dipercayai di sisi kami. Sesungguhnya orang yang selain daripada kalian yang kami percaya telah meriwayatkan kepada kami sesungguhnya mereka telah mendengarnya daripada Rasulullah Saw.

Kemudian beliau berkata ketika mengakhiri ucapannya: Wahai Tuhanku! Persaksikanlah ke atas mereka. Mereka menjawab: Wahai Tuhan kami! Persaksikanlah. Sesungguhnya kami tidak berkata melainkan perkara yang benar. Dan apa yang telah kami dengar daripada Rasulullah Saw. sesungguhnya telah diriwayatkan oleh mereka yang kami percaya, sesungguhnya mereka telah mendengarnya daripada Rasulullah Saw. Beliau berkata: Adakah kalian mengakui sesungguhnya Rasulullah Saw.bersabda: Sesiapa yang menyangka sesungguhnya dia mencintaiku dan membenci Ali maka sesungguhnya dia telah berbohong, dia bukan mencintaiku. Beliau meletakkan tangannya di atas dadaku. Ada orang bertanya: Bagaimana begitu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Kerana beliau adalah daripadaku dan aku adalah daripadanya. Sesiapa yang mencintainya maka sesungguhnya dia mencintaiku. Dan sesiapa yang mencintaiku maka dia mencintai Allah. Sesiapa yang memarahinya maka dia memarahiku. Sesiapa yang memarahiku maka dia memarahi Allah. Beliau telah berucap sedemikian di hadapan dua puluh orang kenamaan daripada semua suku. Mereka berkata: Wahai Tuhanku! Ya. Bagi yang diam pula Ali a.s. bertanya: Kenapa diam? Mereka menjawab: Mereka yang telah membuat penyaksian di sisi kami, adalah boleh dipercayai (thiqah) dari segi kebenaran, kelebihan dan keutamaan mereka. Maka Ali a.s. berkata: Wahai Tuhanku! Persaksikanlah ke atas mereka.

Percakapan Ali a.s. dengan Talhah mengenai haknya

Maka Talhah bin Ubaidillah, seorang yang licik daripada Quraisy berkata: Bagaimana kita akan lakukan terhadap dakwaan Abu Bakr, Umar dan para sahabatnya yang telah membenarkan dan mempersaksikan kata-katanya pada hari mereka membawa anda bersamanya di mana tengkuk anda diikat dengan tali. Mereka pula telah membenarkan hujah anda. Kemudian dia (Abu Bakr) telah mendengar Nabi (Saw.) bersabda: Sesungguhnya Nabi (Saw.) telah memberitahuku bahawa sesungguhnya tidak akan berkumpul bagi kami Ahl al-Bait, al-Nubuwwah dan khilafah.
Maka Umar, Abu Ubaidah, Salim dan Mu‘adh bin Jabal telah membenarkannya. Kemudian Talhah telah bersemuka dengannya dan berkata: Setiap apa yang anda sebut dan tuntut itu adalah benar. Begitu juga apa yang anda hujahkannya terhadap orang kenamaan, kami mengakuinya dan kami mengetahuinya. Adapun mengenai khilafah, maka lima orang telah mempersaksikan apa yang telah anda dengar.

Maka Ali a.s. ketika itu berkata sambil memarahi Talhah. Dia telah mengeluarkan sesuatu yang dia sembunyikan dan dia menafsirkan sesuatu yang telah dia ucapkan pada hari kematian Umar, tetapi beliau (Sulaim) tidak tahu apa yang dimaksudkan dengannya. Lantas Ali a.s. berhadapan dengan Talhah dan orang ramai mendengarnya. Beliau berkata: Demi Tuhan! Sahifah di mana Allah akan mencampakkannya pada Hari Kiamat lebih aku cintai daripada Sahifah mereka berlima di mana mereka telah membuat perjanjian kesetiaan di hadapan Ka‘bah semasa Haji Wida’: Sekiranya Allah membunuh Muhammad atau mematikannya, mereka akan menjauhkanku dan menentangku. Lantaran itu, aku tidak akan sampai ke jawatan khalifah.
Ali a.s. berkata: Dalil ke atas aku adalah batil kerana sabda Nabi Saw. pada Hari Ghadir Khum: Sesiapa yang aku adalah aula dengannya daripada dirinya, maka Ali adalah aula dengannya daripada dirinya ‘‘Bagaimana aku menjadi aula dengan mereka daripada diri mereka sendiri sedangkan mereka adalah pemerintah (umara’) dan penguasa ke atasku?” Dan sabda Rasulullah Saw.: Kedudukan anda di sisiku sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa selain daripada kenabian (al-Nubuwwah).

Adakah kalian mengetahui bahawa khilafah bukanlah kenabian. Sekiranya kenabian bersama khilafah, nescaya Rasulullah Saw. telah mengecualikannya. Dan sabdanya: Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang kepada kedua-duanya; Kitab Allah dan ‘Itrahku. Janganlah kalian mendahului mereka, janganlah kalian membelakangi mereka dan janganlah kalian mengajari mereka, kerana mereka lebih mengetahui daripada kalian. Tidakkah wajar khalifah umat ini orang yang paling alim tentang Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah Saw. sebagaimana firman-Nya dalam Surah Yunus (10): 35: “Manakah yang lebih berhak diikuti, orang yang dapat menunjuki kepada kebenarankah atau yang tidak dapat memberi petunjuk? Dan firman-Nya dalam Surah al-Baqarah (2): 247, “Dia menambahkannya dengan ilmu yang luas dan tubuh yang kuat”. Dan sabda Rasulullah Saw.: “Umat tidak akan melantik seseorang lelaki sedangkan terdapat pada mereka orang yang lebih alim daripadanya melainkan urusan mereka sentiasa terkebawah sehingga mereka kembali kepada apa yang telah mereka tinggalkan; (iaitu) wilayah”.

Lantaran itu, wilayah bukanlah imarah (pemerintahan) ke atas umat. Sebagai bukti kepada pembohongan, kebatilan dan kejahatan mereka bahawa mereka telah menerimaku untuk memimpin Mukminin dengan perintah Rasulullah Saw. Ia menjadi hujah ke atas mereka dan anda secara khusus, ke atas Nabi ini, bersama anda iaitu al-Zubair, ke atas umat secara terus, ke atas Sa‘d, Ibn ‘Auf, dan khalifah kalian yang sedang menduduki jawatan sekarang (Uthman). Kami ahli Syura masih hidup sekarang. Kenapa Umar menjadikan aku daripada ahli Syura, sekiranya dia dan para sahabatnya benar ke atas Rasulllah (Saw.). Adakah dia telah menjadikan kita ahli Syura tentang khilafah atau selain daripadanya? Sekiranya kalian menyangka bahawa dia telah menjadikannya Syura selain daripada imarah, maka tiada bagi Uthman imarah. Lantaran itu, kita pasti bermesyuarat perkara selain daripadanya kerana dia telah memerintahkan kita melakukan sedemikian. Sekiranya Syura mengenai khilafah, kenapa dia memasukkan aku di kalangan mereka. Tidakkah dia telah mengeluarkanku? Dia berkata bahawa sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah mengeluarkan Ahl Baitnya daripada khilafah dan memberitahu bahawa mereka tiada habuan mengenainya.

Kenapa Umar berkata ketika memanggil kita seorang demi seorang di hadapan anaknya Abdullah? Aku menyeru anda dengan nama Allah apakah yang telah dia katakan kepada anda ketika kami keluar? Abdullah menjawab: Disebabkan anda telah menyeruku, maka sesungguhnya dia berkata: Jika mereka memberi bai‘ah kepada si botak (asla’) Bani Hasyim, nescaya dia akan membawa mereka kepada hujah yang putih dan membuatkan mereka menurut kitab Tuhan mereka dan Sunnah Nabi mereka. Kemudian Ali a.s. berkata: Wahai Ibn Umar! Apakah yang telah anda katakan ketika itu? Dia berkata: Aku telah berkata kepadanya: Apakah yang menghalang anda daripada melantiknya sebagai khalifah? Ali a.s. berkata: Apakah yang dijawabnya kepada anda? Ibn Umar berkata: Dia menjawab kepadaku sesuatu yang aku menyembunyikannya. Ali a.s. berkata: Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah memberitahuku setiap sesuatu yang diperkatakannya kepada anda. Dia berkata: Bilakah beliau memberitahu anda?

Ali a.s. berkata: Beliau telah memberitahuku semasa hidupnya. Kemudian beliau memberita huku mengenainya pada malam bapa anda mati di dalam mimpiku. Sesiapa yang melihat Rasulullah (Saw.) di dalam mimpinya, sesungguhnya dia melihatnya semasa jaga. Dia berkata: Apakah yang telah beliau beritahu anda? Ali a.s. berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah wahai Ibn Umar! Sekiranya aku memberitahu anda mengenainya, nescaya anda mempercayainya. Dia berkata: Atau aku diam. Ali a.s. berkata: Sesungguhnya beliau berkata kepada anda ketika anda berkata kepadanya: Apa yang menghalang anda daripada melantiknya sebagai khalifah? Dia menjawab: Sahifah yang telah kami menulisnya di kalangan kami dan janji kami di Ka‘bah semasa Haji Wida’. Maka Ibn Umar diam seketika. Dan Ali a.s. berkata: Aku bertanya anda dengan hak Rasulullah, kenapa anda telah menahanku daripada menjadi khalifah?


Kata-kata Ali a.s. bahawa Imamah tidak layak melainkan untuk mereka a.s.

Abban daripada Sulaim berkata: Aku melihat Ibn Umar di majlis tersebut dalam keadaan hiba dan dua matanya berlinangan. Kemudian Ali a.s. sedang berhadapan dengan Talhah, al-Zubair, Ibn Auf dan Sa‘d. Beliau berkata: Demi Tuhan! Sekiranya mereka berlima telah berbohong terhadap Rasulullah (Saw.), maka tidak halal bagi kalian mewalikan mereka. Dan sekiranya mereka benar, maka tidak halal wahai kalian berlima! memasukkan aku bersama kalian dalam Majlis Syura. Kerana memasukkan aku di dalamnya adalah menyalahi Rasulullah (Saw.) dan itulah kehendaknya! Kemudian beliau berhadapan dengan orang ramai dan berkata: Beritahukan kedudukanku di sisi kalian dan apa yang kalian tahu tentangku. Adakah aku ini benar (saduq) di sisi kalian atau pembohong (kadhdhab)? Mereka menjawab: Benar lagi benar (siddiq sadduq). Tidak! Kami tidak pernah mengetahui anda berbohong semasa Jahiliah dan Islam. Ali a.s. berkata: Demi Dia yang memuliakan kami Ahl al-Bait dengan kenabian, maka Dia telah menjadikan Muhammad daripada kami dan Dia memuliakan kami selepasnya dengan menjadikan kami Imam al-Mukminin. Tidak ada seorangpun yang akan mencapainya dalam ertikata yang sebenar selain daripada kami.

Tidak layak imamah dan khilafah melainkan pada kami. Allah tidak menjadikannya sebagai habuan dan hak kepada orang lain. Adapun Rasulullah Saw. adalah penutup segala nabi, tidak ada selepasnya rasul atau nabi. Dia telah menutup para nabi dengan Rasulullah (Saw.) sehingga Hari Kiamat. Dia telah menutup kitab-kitab-Nya dengan al-Qur’an. Dia telah menjadikan kami selepas Muhammad sebagai khalifah (khulafa’) di Bumi-Nya dan para saksi (syuhada’) ke atas makhluk-Nya. Dia telah mewajibkan ketaatan kepada kami di dalam kitab-Nya. Dia telah menyertakan kami dengan diri-Nya dan Nabi-Nya dalam ketaatan bukan dalam satu ayat daripada al-Qur’an. Allah telah menjadikan Muhammad seorang nabi dan menjadikan kami khalifah selepasnya pada makhluk-Nya dan sebagai para saksi ke atas makhluk-Nya. Dia telah mewajibkan ketaatan kepada kami di dalam kitab yang diturunkan-Nya.

Kemudian Allah SWT telah memerintahkan Nabi-Nya supaya menyampaikan kepada umatnya, maka beliau telah menyampaikannya kepada mereka sebagaimana Dia memerintahkannya. Justeru itu, siapakah yang lebih berhak dengan majlis Rasulullah (Saw.) dan kedudukannya? Sesungguhnya kalian telah mendengar Rasulullah (Saw.) ketika beliau mengutusku dengan Surah al-Bara’ah. Beliau bersabda: Tidak layak untuk menyampaikan tentang diriku melainkan aku atau seorang lelaki daripadaku. Lantaran itu, sahabat kalian (Abu Bakr) telah tidak layak untuk menyampaikan Sahifah sebesar empat jari daripadanya. Dia tidak layak untuk menyampaikannya selain daripadaku. Siapakah yang lebih layak dengan majlisnya dan tempatnya yang telah dinamakan secara khusus daripada Rasulullah?

Talhah berkata: Berikan penafsiran kepada kami bagaimana orang lain tidak layak menyampaikan (sesuatu) daripada Rasulullah sedangkan beliau telah bersabda kepada kita dan kepada semua orang: Hendaklah al-syahid menyampaikannya kepada al-ghaib. Dan beliau bersabda ketika Haji Wida’: Allah memberi rahmat kepada orang yang mendengar sabdaku lalu menjaganya. Kemudian beliau menyampaikannya kepada orang lain. Mungkin orang yang membawa ilmu tidak memahaminya. Dan mungkin pembawa ilmu membawanya kepada orang yang lebih alim daripadanya. Tiga perkara di mana hati seorang muslim tidak akan lalai: Ikhlas amalan untuk Allah, dengar, taat dan menasihati pemerintah serta menyertai kumpulan mereka, kerana dakwah mereka meliputi orang di belakang mereka. Beliau Saw. telah berada di pelbagai tempat dan bersabda: Hendaklah al-syahid menyampaikannya kepada al-ghaib.

Maka Ali a.s. berkata: Sesungguhnya sabda Rasulllah pada Hari Ghadir Khum, pada Hari ‘Arafah semasa Haji Wida’ dan pada hari beliau wafat, dan pada akhir khutbah ketika beliau bersabda: “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara di mana kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang kepada kedua-duanya; Kitab Allah dan Ahl Baitku. Kerana Yang Maha Halus dan Yang Maha Alim telah menjanjikan kepadaku bahawa sesungguhnya kedua-duanya tidak akan terpisah sehingga kedua-duanya dikembalikan kepadaku di al-Haudh seperti dua anak jari ini. Kerana salah satu daripada keduanya mendahului yang lain. Justeru itu, berpeganglah kalian dengan kedua-duanya, nescaya kalian tidak akan sesat dan tergelincir. Janganlah kalian mendahului mereka. Janganlah kalian berselisih dengan mereka dan janganlah kalian mengajari mereka, kerana mereka lebih alim daripada kalian”.

Sesungguhnya beliau Saw. telah memerintahkan orang ramai (al-‘Ammah) supaya menyam paikan kepada mereka yang ditemuinya di kalangan orang ramai tentang wajib mentaati para imam daripada Ali sehngga kepada Muhammad al-Mahdi dan wajib mentaati hak mereka. Justeru itu, perkara-perkara lain tidak dimaksudkan oleh beliau sedemikian selain daripada perkara tersebut. Sesungguhnya beliau telah memerintahkan orang ramai supaya menyampaikan kepada orang lain dengan alasan mereka tidak menyampaikannya daripada Rasulullah Saw. semua perkara yang diutuskan oleh Allah kepada orang lain. Perhatikanlah, wahai Talhah! Beliau bersabda kepadaku dan kalian sedang mendengarnya: “Wahai saudaraku! Sesungguhnya tidak akan membayar hutangku dan tidak akan membersihkan dhimmahku (diriku) selain daripada anda. Andalah yang akan membersihkan dhimmahku dan akan berperang di atas Sunnahku”. Manakala Abu Bakr dilantik menjadi khalifah, beliau tidak membayar hutang Rasulullah (Saw.), maka kalian telah memberi bai‘ah kepadanya. Akulah yang telah membayar hutangnya. Beliau telah memberitahu kalian bahawa hutangnya tidak akan dibayar melainkan olehku. Dan apa yang diberikan oleh Abu Bakr kepada mereka bukanlah sebagai membayar hutangnya, kerana orang yang membayar hutangnya adalah orang yang membersihkan agamanya dan menunaikan amanahnya. Sesungguhnya orang yang menyampaikan daripada Rasulullah (Saw.) akan apa yang datang daripada Allah SWT adalah para imam yang diwajibkan oleh Allah mentaati mereka di dalam kitab-Nya dan Dia telah memerintahkan supaya mewalikan mereka, kerana orang yang mentaati mereka sesungguhnya mentaati Allah. Sesiapa menderhakai mereka, mendurhakai Allah.

Talhah berkata: Anda telah membebaskan aku daripada apa yang aku tidak tahu; tentang apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah (Saw.) sehingga anda menafsirkannya kepadaku. Semoga Allah memberi pahala semua umat ini kepada anda, wahai Abu al-Hasan! Wahai Abu al-Hasan! Satu perkara aku ingin bertanya kepada anda. Aku telah melihat anda keluar dengan kain yang tertutup (makhtum), anda berkata: “Aku masih sibuk dengan Rasulullah (Saw.); memandi dan mengafankannya”. Kemudian anda pula sibuk dengan Kitab Allah sehingga anda telah mengumpulkannya tanpa meninggalkan meskipun satu huruf. Tetapi aku tidak pernah melihat apa yang anda tulis dan susun. Aku melihat Umar mengutus kepada anda ketika beliau dilantik menjadi khalifah supaya menghantarkannya kepadaku, tetapi anda telah menolaknya. Lantas Umar telah memanggil orang ramai. Apabila dua orang lelaki telah memberi penyaksian ke atas satu ayat al-Qur’an, beliau telah menulisnya. Dan apa yang dipersaksikan hanya oleh seorang lelaki, maka ditolaknya tanpa menulisnya. Umar telah berkata dan aku mendengarnya: “Banyak lelaki yang hafaz al-Qur’an telah terbunuh di Yamamah”. Justeru itu, al-Qur’an telah hilang. Seekor kambing betina (syatun) telah datang ke sahifah (catatan) di mana para penulis Umar sedang menulis, lalu ia memakannya. Maka hilanglah apa yang tertulis padanya.

Dan penulis pada hari itu adalah Uthman, apa pendapat anda? Aku mendengar Umar dan para sahabatnya yang menulis al-Qur’an pada masanya dan pada masa Uthman berkata: Sesungguhnya al-Ahzab menyamai surah al-Baqarah , al-Nur adalah seratus enam puluh ayat, al-Hujurat adalah enam puluh ayat. Di dalam riwayat yang lain, al-Hujurat adalah seratus sembilan puluh ayat. Apakah ini semua? Apakah yang menghalang anda-semoga Allah memberi rahmat kepada anda daripada mengeluarkan apa yang anda telah susun (allafta) untuk orang ramai. Dan aku telah menyaksikan Uthman ketika dia mengambil apa yang telah disusun oleh Umar. Maka dia mengumpulkan untuknya satu kitab. Dan dia memaksa orang ramai membaca satu Qira’at (bacaan). Dia mengoyak-ngoyakkan mushaf Ubayy bin Ka‘ab dan Abdullah bin Mas‘ud, lalu membakarnya dengan api. Apakah semua ini?

Amir al-Mukminin a.s. berkata: Wahai Talhah! Sesungguhnya setiap ayat yang diturunkan oleh Allah ke atas Muhammad adalah di sisiku dengan imla’ Rasulullah (Saw.). Setiap halal, haram, had, hukum atau perkara yang dihajati oleh umat sehingga Hari Kiamat ada di sisiku, tertulis dengan imla’ Rasulullah (Saw.) dan dengan tulisan tanganku sehingga peraturan penghormatan diri (arsy al-khidasy). Talhah berkata: Setiap sesuatu sama ada kecil, besar, khas dan umum, baik yang telah berlaku dan akan berlaku sehingga Hari Kiamat tertulis di sisi anda? Beliau a.s. menjawab: Ya. Di samping itu Rasulullah ketika sakitnya telah memberitahu kepadaku anak kunci (miftah) seribu bab ilmu. Setiap bab mengandungi seribu bab. Sekiranya umat ini semenjak Rasulullah wafat mengikutiku dan mentaatiku, nescaya mereka dikurniakan oleh Allah dengan rezeki yang banyak.

Wahai Talhah! Tidakkah anda menyaksikan Rasulullah menyeru supaya dibawakan kertas untuk menulis padanya perkara di mana umat tidak akan sesat dan bersengketa. Maka sahabat anda (Umar) berkata: “Sesungguhnya Nabi Allah sedang meracau (yahjuru)”. Maka Rasulullah Saw. menjadi marah? Talhah berkata: Ya. Sesungguhnya aku telah menyaksikannya. Ali a.s. berkata: Apabila kalian keluar, beliau telah memberitahuku apa yang beliau ingin tulis. Orang ramai menjadi berat untuk menerimanya. Maka Jibra’il memberitahunya bahawa sesungguhnya Allah SWT telah mengetahui akan perselisihan umat dan perpecahan mereka. Kemudian beliau menyeru supaya dibawakan sahifah (kertas catatan), lalu beliau telah mengimla’kan kepadaku apa yang mahu ditulisnya di atas kertas. Aku telah dipersaksikan oleh tiga orang; Salman, Abu Dhar dan al-Miqdad.

Beliau (Saw.) telah menamakan mereka yang akan menjadi para imam petunjuk (al-Huda) di mana Allah memerintahkan supaya mentaati mereka sehingga Hari Kiamat. Maka beliau menamakan aku sebagai orang pertama daripada mereka. Kemudian anakku al-Hasan, kemudian al-Husain, kemudian sembilan daripada anak lelaki kepada anak lelakiku ini iaitu al-Husain. Tidakkah begitu wahai Abu Dhar! Anda wahai al-Miqdad? Mereka berdua berkata: “Kami telah menyaksikan demikian itu di hadapan Rasulullah (Saw.)”. Talhah berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda kepada Abu Dhar: Langit dan bumi sedikit sekali mempunyai orang yang lahjahnya lebih benar dan lebih baik daripada Abu Dhar. Aku naik saksi bahawa sesungguhnya mereka berdua tidak memberi penyaksian melainkan ke atas perkara yang benar. Dan anda (Ali a.s.) lebih benar di sisiku daripada mereka berdua. Kemudian Ali a.s. bersemuka dengan Talhah, lalu berkata: Bertakwalah anda kepada Allah. Anda wahai al-Zubair! Anda wahai Sa‘d! Anda wahai Ibn Auf! Bertakwalah kalian kepada Allah. Cintalah kalian kepada keridhaan-Nya. Pilihlah kalian apa yang ada di sisi-Nya. Janganlah kalian takut, kerana Allah, akan celaan orang yang mencela.

Talhah berkata: Aku tidak fikir wahai Abu al-Hasan! anda telah memberi jawapan kepada soalanku tentang al-Qur’an, kenapa anda tidak menzahirkanya kepada orang ramai? Beliau berkata: Wahai Talhah! Aku sengaja tidak memberi jawapan kepada soalan anda. Beliau berkata lagi: Beritahuku tentang apa yang ditulis oleh Umar dan Uthman. Adakah ia semuanya al-Qur’an atau sebahagiannya bukan al-Qur’an? Talhah menjawab: Malah semuanya al-Qur’an.
Beliau a.s. berkata: Sekiranya kalian mengambil apa yang ada di dalamnya, nescaya kalian akan berjaya daripada Api Neraka. Dan kalian memasuki Syurga, kerana di dalamnya hujah kami, penerangan tentang hak kami dan kewajipan mentaati kami. Talhah berkata: Memadailah bagiku jika ia adalah al-Qur’an. Talhah berkata lagi: Beritahuku tentang al-Qur’an yang ada di tangan anda, takwilnya, ilmu halal dan haram, kepada siapakah akan anda berikan? Siapakah orangnya selepas anda? Beliau a.s. menjawab: Kepada orang di mana Rasulullah (Saw.) memerintahkan aku supaya memberikannya kepadanya. Talhah berkata:Siapakah orangnya? Ali a.s. berkata: Wasiku dan orang yang paling aula dengan orang ramai selepasku iaitu anak lelakiku ini, al-Hasan. Kemudian anak lelakiku, al-Hasan akan menyerahkannya ketika kematiannya kepada anak lelakiku, al-Husain. Kemudian akan berpindah seorang kepada seorang daripada anak lelaki al-Husain sehingga yang akhir mereka mengembalikan kepada Rasulullah di Haudhnya. Mereka bersama al-Qur’an dan al-Qur’an bersama mereka. Mereka tidak akan berpisah dengannya dan ia tidak akan berpisah dengan mereka.

Adapun Mu‘awiyah dan anak lelakinya akan mengikuti selepas Uthman. Kemudian dia akan diikuti oleh tujuh orang daripada anak lelaki al-Hakam bin Abi al-As seorang selepas seorang melengkapi dua belas imam yang sesat. Mereka itulah yang dilihat oleh Rasulullah (Saw.) di atas mimbarnya menolak umatnya mundur ke belakang. Sepuluh daripada mereka adalah daripada Bani Umayyah dan dua orang lelaki yang telah mengasaskannya untuk mereka. Dan ke atas mereka berdua seumpama dosa umat ini. Mereka berkata: Semoga Allah memberi rahmat kepada anda, wahai Abu al-Hasan dan Allah akan membalas anda dengan sebaik-baik balasan daripada kami.

Ucapan Ali a.s. semasa seseorang bertanya: “Sekiranya anda menggesa orang ramai pergi?”

Abban daripada Sulaim berkata: Kami telah duduk di sekitar Amir al-Mukminin a.s. dan di sekitarnya ada sekumpulan para sahabatnya. Seseorang bertanya kepadanya: Wahai Amir al-Mukminin! Sekiranya anda menggesa orang ramai pergi? Beliau berdiri dan berkhutbah: Aku telah menggesa kalian pergi, tetapi kalian tidak menghiraukannya. Aku telah menyeru kalian, tetapi kalian tidak mendengarnya. Kalian datang seperti tidak datang, hidup seperti mati,.pekak seperti tidak mempunyai telinga. Aku akan membaca ke atas kalian hikmah. Aku akan memberi nasihat kepada kalian dengan nasihat yang lengkap dan menyembuhkan. Aku menggalakkan kalian berjihad menentang orang zalim. Tetapi belum sempat aku mengakhiri ucapan, aku melihat kalian bersurai, membaca syair dan perumpamaan, kalian bertanyakan harga gandum dan susu. Binasalah tangan kalian!

Sesungguhnya kalian telah jemu berperang dan membuat persediaan untuknya, sehingga hati kalian kosong daripada menyebutnya. Kalian telah memenuhinya dengan kebatilan dan kesesatan. Celaka kalian! Perangilah mereka sebelum mereka memerangi kalian. Demi Tuhan! tidak berperang satu kaum di tempat mereka melainkan mereka dihina. Demi Tuhan! Aku tidak menyangka kalian akan melakukannya sehingga mereka melakukannya kepada kalian. Kemudian aku mahu sesungguhnya aku melihat mereka, maka aku telah berjumpa Allah di atas kesedaran dan keyakinanku. Aku beristirehat daripada perlakuan kalian. Kalian adalah seperti unta banyak yang tersesat daripada pengembalanya. Apabila didekati dari satu sudut lantas berkeliaran di satu sudut yang lain. Demi Tuhan! Seolah-olah aku dengan kalian, pada pandanganku, jika dipertingkatkan ketegangan maka banyaklah kematian, sesungguhnya kalian telah terlepas daripada Ali bin Abu Talib seperti terlepasnya perempuan daripada Qubulnya, tanpa menghalang tangan yang menyentuhinya (ketika bersalin).

Percakapan Ali a.s. semasa beliau dikritik oleh al-Asy‘ath bin Qais

Al-Asy‘ath bin Qais berkata: Kenapa anda tidak melakukanya sepertimana dilakukan oleh Ibn Affan? Ali a.s. berkata: Sepertimana dilakukan oleh Ibn Affan, kalian telah melihat aku melakukannya? Aku memohon perlindungan dengan Allah daripada kejahatan kata-kata kalian. Wahai Ibn Qais! Demi Tuhan! Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh Ibn Affan adalah amat memalukan; bagi orang yang tidak mempunyai agama. Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan aku di atas keterangan daripada Tuhanku, hujah di tanganku, kebenaran bersamaku.
Demi Tuhan! Seseorang yang dapat menguasai musuhnya sendiri, lalu mengharuskan dagingnya, mencalarkan kulitnya, mematahkan tulangnya dan mengalirkan darahnya sedangkan dia berupaya menghalangnya, maka besar dosanya. Jadilah anda sedemikian wahai Ibn Qais! Adapun aku, Demi Tuhan! Jika diberi kemampuan sedemikian, tidak akan melakukannya. Wahai Ibn Qais! Sesungguhnya seseorang Mukmin akan mati dengan pelbagai cara, tetapi dia tidak boleh membunuh dirinya sendiri. Sesiapa yang mampu menjaga darahnya, kemudian dia membiarkan orang lain membunuhnya, maka dia adalah pembunuh kepada dirinya sendiri.

Wahai Ibn Qais! Sesungguhnya umat ini akan berpecah kepada tujuh puluh tiga kumpulan. Satu kumpulan ke Syurga. Sementara tujuh puluh dua kumpulan ke Neraka. Dan yang paling jahat, paling dimurkai Allah dan paling jauh daripada-Nya adalah kumpulan al-Samirah yang berkata: Tidak ada peperangan. Sesungguhnya mereka berbohong, sedangkan Allah telah memerintah supaya memerangi al-Baghin (pemberontak) di dalam kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya, begitu juga dengan al-Mariqah. Maka Ibn Qais memarahi kata-kata beliau a.s. lalu berkata: Apakah yang telah menghalang anda wahai Ibn Abi Talib ketika Abu Bakr, saudara Bani Taim, saudara Bani ‘Adi bin Ka’ab dan saudara Bani Umayyah dibai‘ah, (adakah) anda memerangi dan menghunus pedang anda? Anda tidak memberi khutbah kepada kami semenjak anda datang ke Iraq. Anda tidakpun menyebutnya di dalam khutbah sebelum anda turun daripada mimbar, “Demi Allah! Sesungguhnya aku adalah orang paling aula. Dan aku sentiasa dizalimi semenjak Muhammad Rasulullah (Saw.) wafat”. Apakah yang menghalang anda daripada menghunus pedang tanpa anda dizalimi? Beliau berkata: Wahai Ibn Qais! Dengarlah jawapannya. Sifat pengecut dan benci berjumpa dengan Tuhanku bukanlah menghalangku. Aku tidak akan menjadi lebih mengetahui bahawa sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untukku daripada dunia dan kekal di dalamnya. Tetapi perintah Rasulullah (Saw.) dan janjinya kepadaku telah menghalangku daripadanya.

Pemberitahuan Ali a.s. bahawa umat akan belot selepas Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. telah memberitahuku bahawa umat akan belot selepasnya (sani‘ah). Tetapi penyaksianku terhadap apa yang mereka lakukan bukanlah membuatku lebih mengetahui dan lebih meyakinkanku daripada sebelumnya. Kerana aku lebih meyakini sabda Rasulullah daripada apa yang aku lihat dengan mata kepalaku. Aku berkata: Wahai Rasulullah! Apakah janji anda kepadaku apabila ia berlaku? Beliau bersabda: “Jika anda mendapati pembantu-pembantu (a‘wanan), tentangilah mereka. Jika anda tidak mendapati pembantu-pembantu, maka tahankan tangan anda dan jagalah darah anda sehingga anda mendapati pembantu-pembantu bagi mendirikan agama, Kitab Allah dan Sunnahku”. Rasulullah (Saw.) memberitahuku bahawa sesungguhnya umat akan mengkhianatiku, memberi bai‘ah kepada selain daripadaku dan mengikuti selain daripadaku.

Dan Rasulullah (Saw.) memberitahuku bahawa sesungguhnya umat selepasnya akan menjadi sama dengan kedudukan Harun dan pengikut-pengikutnya. Al-‘Ijl dan pengikut-pengikutnya. Manakala Musa berkata kepadanya: Wahai Harun! Apakah yang menghalang anda semasa anda melihat mereka sesat Kenapakah anda tidak mengikutiku? Adakah anda telah menderhakai perintahku? Ini bererti bahawa sesungguhnya Musa telah memerintahkan Harun ketika beliau melantiknya ke atas mereka, jika mereka sesat dan beliau pula mendapati pembantu-pembantu, maka hendaklah memerangi mereka. Dan jika tidak mendapati pembantu-pembantu, hendaklah beliau menahan tangannya, menjaga darahnya dan janganlah memecah belahkan di kalangan mereka. Begitu juga aku takut saudaraku Rasulullah (Saw.) bersabda kepadaku: Kenapakah anda memecah belahkan di kalangan umat tanpa menjaga sabdaku? Sesungguhnya aku telah berjanji dengan anda, jika anda tidak mendapati pembantu-pembantu, hendaklah anda menahan tangan anda, menjaga darah anda, darah keluarga anda dan Syi‘ah anda. Apabila Rasulullah wafat, orang ramai cenderung kepada Abu Bakr. Lalu mereka memberi bai‘ah kepadanya. Sementara aku sibuk dengan Rasulullah, memandi dan mengafankannya. Kemudian aku sibuk dengan al-Q`ur’an.
Maka aku telah bersumpah tidak akan memakai jubah melainkan untuk solat sehingga aku mengumpulkannya di dalam satu kitab. Maka aku telah melakukannya. Kemudian aku membawa Fatimah di atas keldai dan memegang al-Hasan dan al-Husain dengan tanganku. Aku tidak meninggalkan seorangpun daripada ahli Badr dan orang terawal daripada Muhajirin dan Ansar melainkan aku menyeru mereka dengan nama Allah akan hakku dan aku telah menyeru mereka supaya membantuku. Maka orang ramai tidak menyahut seruanku melainkan empat orang; al-Zubair, Salman, Abu Dhar dan al-Miqdad.

Tiada seorangpun bersamaku daripada keluargaku, dapat membantuku. Adapun Hamzah telah terbunuh (qutila) pada Hari Uhud. Manakala Ja’far telah terbunuh pada Hari Mu’tah. Maka tinggallah aku di antara dua orang yang tidak bertamadun; Huqair bin al-Abbas dan Uqail. Mereka berdua masih hampir dengan kekufuran. Sementara itu orang ramai pula membenciku, lantas memaksaku. Maka aku berkata sebagaimana Harun berkata kepada saudaranya dalam Surah al-A‘raf (7): 150: Hai anak ibuku! Sesungguhnya kaumku telah menindasku, mereka hampir membunuhku”. Maka Harun bagiku adalah ikutan yang baik dan bagiku janji Rasulullah kepadaku adalah hujah yang kuat. Al-Asy‘ath berkata: Begitulah juga yang dilakukan oleh Uthman. Dia memohon bantuan orang ramai dan menyeru mereka supaya membantunya. Maka dia tidak mendapati pembantu-pembantu, lalu menahan tangannya sehingga dia dibunuh dalam keadaan dizalimi.

Ali a.s berkata: Celaka anda wahai Ibn Qais! Sesungguhnya orang ramai ketika memaksa dan menindasku, mereka hampir membunuhku. Sekiranya mereka berkata kepadaku: Kami tetap akan membunuh anda, nescaya aku akan menghalang mereka daripada membunuhku sekalipun tidak mendapati selain daripada diriku. Tetapi mereka berkata: Sekiranya anda memberi bai‘ah, nescaya kami akan membebaskan anda. Kami akan memuliakan anda. Kami akan mendekati anda. Kami akan menghormati anda. Sekiranya anda tidak melakukannya, nescaya kami membunuh anda. Manakala tidak mendapati seorangpun, lalu akupun memberi bai‘ah kepada mereka. Dan bai‘ahku kepada mereka, tidak membenarkan kebatilan mereka dan tidak pula mewajibkan kebenaran untuk mereka. Sekiranya Uthman ketika orang ramai berata kepa danya: Letaklah jawatan, kami akan membebaskan anda, nescaya mereka tidak membunuhnya. Tetapi dia berkata: Aku tidak akan meletak jawatan, lantas mereka berkata: Kami akan membunuh anda. Maka dia menahan dirinya daripada mereka sehingga mereka membunuhnya. Bagiku perletakan jawatannya adalah lebih baik baginya kerana dia mengambilnya tanpa hak. Dia tidak mempunyai habuan untuknya. Dia mendakwa bukan haknya. Malah dia mengambil hak orang lain.

Celaka anda wahai Ibn Qais! Sesungguhnya Uthman tidak dikira menjadi salah seorang daripada dua lelaki. Sama ada dia menyeru orang ramai supaya membantunya, tetapi mereka tidak membantunya atau kaum menyerunya supaya mereka membantunya. Maka dia telah melarang mereka daripada membantunya. Dia tidak boleh melarang Muslimin daripada membantu imam hadi muhtadi yang tidak pernah melakukan bai‘ah dan tidak pula pernah melindungi pelaku bid‘ah. Sejahat-jahat apa yang dilakukannya ketika dia melarang mereka. Dan sejahat-jahat apa yang mereka lakukan ketika mereka mentaatinya. Sama ada mereka melihatnya sebagai seorang yang tidak layak dibantu kerana kezalimannya dan pemerintahannya yang menyalahi Kitab dan Sunnah. Bersama-sama Uthman (ketika itu) melebihi empat ribu lelaki yang terdiri daripada keluarganya, hamba-hambanya dan para sahabatnya. Jika dia mahu menghalang mereka, nescaya dia telah melakukannya. Justeru itu, kenapa dia melarang mereka daripada membantunya?

Sekiranya aku mendapati pada Hari Abu Bakr diberi bai‘ah empat puluh lelaki yang taat setia, nescaya aku memerangi mereka. Adapun tidak pada Hari Umar dan Uthman di beri bai‘ah, kerana aku telah memberi bai‘ah. Orang sepertiku tidak akan menarik balik bai‘ahnya. Celaka anda wahai Ibn Qais! Bagaimanakah anda fikir perlakuanku ketika Uthman dibunuh dan aku mendapati pembantu? Adakah anda fikir kegagalanku, kebaculanku atau kecuaianku dalam pertempuranku di Basrah? Mereka yang di sekitar unta mereka dilaknati (mal‘un), begitu juga mereka yang bersamanya. Dilaknati mereka yang dibunuh di sekitarnya. Dilaknati mereka yang kembali selepasnya bukan dalam keadaan bertaubat dan bukan dalam keadaan beristighfar. Kerana mereka membunuh pembantu-pembatuku dan mengkhianati bai‘ahku. Mereka juga mewakili gabenorku. Mereka menderhakaiku. Maka aku berjalan kepada mereka dengan dua belas ribu lelaki. (Di dalam riwayat yang lain kurang daripada sepuluh ribu). Mereka melebihi seratus dua puluh ribu. (Di dalam riwayat yang lain pula melebihi lima puluh ribu). Maka Allah telah menolongku ke atas mereka dan Dia membunuh mereka dengan tangan kami dan lapanglah dada kaum Mukminin.

Bagaimana anda melihat wahai Ibn Qais pertempuran kami di Siffin dan apa yang Allah telah membunuh mereka dengan tangan kami sebanyak lima puluh ribu pada satu tempat dan secara langsung ke Neraka. (Di dalam riwayat yang lain tujuh puluh ribu). Bagaimanakah anda melihat kami pada Hari Nahrawan semasa aku berjuang menentang al-Mariqin (khawarij) sedangkan mereka kelihatan berpegang teguh kepada agama. Firman-Nya dalam surah al-Kahfi (18): 104, ‘‘Sesungguhnya telah sesat usaha mereka di dalam kehidupan dunia. Mereka menyangka melakukan perkara yang baik” Maka Allah membunuh mereka pada satu tempat dan secara langsung ke Neraka. Tidak tinggal kumpulan mereka melainkan sepuluh orang. Dan tidak terbunuh Mukminin melainkan sepuluh orang. Celakalah anda wahai Ibn Qais! Adakah anda melihat bendera dikembalikan kepadaku, anda menghinaku wahai Ibn Qais! Aku adalah sahabat Rasulullah pada semua tempat. Orang yang pertama menyahuti cabaran di hadapannya. Aku tidak pernah melarikan diri, tidak pernah mencari perlindungan dan aku tidak pernah memberi belakangku kepada musuh. Kerana tidak harus bagi nabi atau wasi nabi apabila menentang musuhnya, mereka kembali sehingga dibunuh atau Allah memberi kemenangan kepadanya.

Wahai Ibn Qais! Adakah anda mendengarku lari wahai Ibn Qais? Demi Yang Memecahkan Bijian dan Menghidupkan Makhluk yang hidup. Sekiranya aku mendapati pada Hari Abu Bakr diberi bai‘ah di mana anda telah menghinaku kerena bai’ahku kepadanya, empat puluh orang lelaki yang setia seperti empat lelaki yang aku dapati, nescaya aku tidak menahan tanganku bagi menentang mereka. Tetapi aku tidak dapati lelaki yang kelima. Al-Asy‘ath berkata: Siapakah empat lelaki itu wahai Amir al-Mukminin? Beliau menjawab: Salman, Abu Dhar, al-Miqdad dan al-Zubair bin Safiyyah sebelum dia mengkhianati bai‘ahku. Sesungguhnya dia telah mengkhianatiku dua kali. Adapun bai‘ahnya yang pertama dilakukan apabila Abu Bakr diberi bai‘ah, empat puluh orang lelaki Muhajirin dan Ansar memberi bai’ah kepadaku. Di kalangan mereka adalah al-Zubair. Aku memerintahkan mereka supaya datang ke rumahku pada waktu pagi dalam keadaan bercukur kepala dan lengkap dengan senjata. Maka tidak seorangpun daripada mereka melakukannya melainkan empat orang; Salman, Abu Dhar, al-Miqdad dan al-Zubair. Adapun bai‘ahnya yang kedua, ketika beliau datang bersama sahabatnya Talhah selepas pembunuhan Uthman.

Mereka berdua memberi bai‘ah kepadaku dalam keadaan taat tanpa paksaan. Kemudian mereka kembali daripada agama mereka dalam keadaan murtad, khianat, angkuh, ingkar dan hasad. Maka Allah membunuh mereka berdua ke Neraka. Adapun Salman, Abu Dhar dan al-Miqdad, mereka tetap di atas agama Muhammad Saw. dan millah Ibrahim sehingga mereka berjumpa dengan Allah. Semoga Allah memberi rahmat ke atas mereka. Wahai Ibn Qais! Sekiranya empat puluh orang yang telah memberi bai‘ah kepadaku menunaikan janji mereka kepadaku dan mereka datang pada waktu pagi di rumahku dalam keadaan bercukur kepala sebelum Atiq (Abu Bakr) memaksa bai‘ahnya ke atas tengkukku, nescaya aku menentangnya dan aku serahkan penghakimannya kepada Allah SWT. Dan sekiranya aku mendapati sebelum bai‘ah Umar pembantu-pembantu, nescaya aku menentang mereka dan aku serahkan penghakimannya kepada Allah. Sesungguhnya Ibn Auf telah menjadikan khilafah untuk Uthman dan mensyaratkannya supaya menyerahkan kepadanya ketika kematiannya. Adapun selepas bai‘ahku kepada mereka, maka tidak ada jalan lagi bagiku untuk menentang mereka.

Al-Asy‘ath berkata: Adakah perkara ini sebagaimana yang anda katakan, sesungguhnya umat ini telah binasa selain daripada anda dan Syi‘ah anda? Beliau berkata: Demi Tuhan! Sesungguhnya kebenaran bersamaku wahai Ibn Qais! Sebagaimana aku katakan. Umat ini tidak binasa melainkan al-Nasibin (para penentang), al-Mukabirin (orang yang angkuh), al-Jahidin (orang yang ingkar) dan al-Mu‘anidin (orang yang keras kepala). Adapun orang yang berpegang kepada Tauhid, iqrar dengan Muhammad dan Islam, mereka tidak terkeluar daripada agama. Mereka tidak melahirkan kezaliman ke atas kami, tidak menentang kami. Mereka mengesyaki khilafah, tetapi tidak mengetahui siapakah yang berhak dan tidak mengetahui para walinya dan tidak pula menentang kami. Sesungguhnya mereka adalah Muslim yang tertindas dan diharapkan rahmat Allah ke atasnya dan mereka pula berasa takut akan dosanya.

Sulaim bin Qais berkata: Tidak tinggal seorangpun pada hari itu daripada Syi‘ah Ali a.s. melainkan berseri mukanya dan gembira dengan kata-katanya. Kerana Amir al-Mukminin telah menerangkan kepada mereka perkara yang sebenar, tanpa bertaqiyyah. Tidak tinggal seorangpun daripada al-Qurra’ (qari/guru agama) melainkan terbuka hati mereka dan hilang syak mereka. Sebagaimana terdapat juga di kalangan hadirin yang menunjukkan kegelisahan pada wajah mereka kerana membenci kata-katanya. Sulaim bin Qais berkata: Aku tidak pernah melihat orang ramai begitu riang pada hari itu, manakala Amir al-Mukminin telah membuka al-ghita’ (penutup) daripada mereka. Beliau menerangkan kepada mereka hakikat sebenar tanpa taqiyyah. Syi‘ah makin bertambah ramai selepas majlis pada hari itu. Mereka terdiri daripada tenteranya yang paling sedikit. Semenjak itu orang ramai yang berperang bersamanya, mengetahui kedudukannya daripada Allah dan Rasul-Nya. Syi‘ah selepas majlis tersebut menjadi orang yang paling mulia dan dihormati. Pada masa itu beliau a.s. memerintahkan supaya membuat persiapan bagi menentang Mu‘awiyah. Selepas beberapa ketika beliau dibunuh oleh Ibn Muljam kerana menuntut bela dengan pedangnya yang beracun.

Sya‘ir al-Mukhtar bin Abi al-Sa‘aq memuji Umar al-Khattab

Abban daripada Sulaim berkata: Abu aI-Mukhtar telah menulis beberapa bait syair kepada Umar seperti berikut:

Aku menyampaikan Amir al-Mukminin sepucuk surat
Anda adalah Amir Allah pada harta
Dan urusan pemerintahan
Anda adalah Amin Allah pada kami
Dan siapa yang menjadi Amir bagi Tuhan manusia
Dadaku akan menyerah kepadanya
Janganlah anda tinggalkan penduduk bandar dan desa
Mengkhianati harta Allah di segenap peringkat
Utuslah kepada al-Nu’man dan Ibn Mu’aqqal
Utuslah kepada Hazm dan Basyar
Utuslah kepada al-Hajjaj, maka ketahuilah akuannya
Itulah yang di pasar maula Bani Nadhir
Janganlah anda melupai dua pengikutnya
Ipar Bani Ghadhwan pada kaum mempunyai banyak harta
Tidak terlepas padanya
Sekalipun Ibn Ghulab daripada pemanah Bani Nasr
Dia mengaut harta tanpa Ibn Muhraz
Meskipun dia di bandar mempunyai kekayaan
Utuslah kepada mereka
nescaya mereka akan membenarkan anda
Dan memberitahu cerita-cerita tentang harta orang yang mempunyai fikiran
Keluargaku telah membahagi-bahagikan mereka
Maka tebusan anda bahawa mereka akan meridhai
Jika anda membahagikan mereka separuh
Janganlah anda memanggilku untuk penyaksian
sesungguhnya aku akan menghilangkan diri
Tetapi aku memerhatikan keajaiban masa
Aku melihat kuda seperti dinding
Dan keputihannya seperti patung
Terlalu kecil pada bilangan semut
Dan titisan air terikat di bekasnya
Ia dimaksudkan berganda-ganda
Apabila peniaga di rumah membawa tikus daripada misk
Telah pergi dalam perpisahan
Anda mewakili apabila mereka mewakili
Anda serang jika mereka menyerang
Mereka banyak harta, tetapi kita tidak memilikinya.

Ibn Ghilab al-Masri berkata:

Aku menyampaikan kepada al-Mukhtar
sesungguhnya aku mendatanginya
Aku tidak mempunya kerabat di sisinya, maupun ipar
Aku tidak mempunyai warisan yang dipusakai
Begitu juga sedekah yang diberi
Sama ada dari Saba’maupun Ghadar.
Tetapi tendangan mengenakan anda setiap serangan
Kesabaranku- apa lagi kematian- di sebalik kegelapan.

Umar mengenakan denda kepada semua gabenornya selain Qunfudh al-‘Adawi

Sulaim berkata: Umar bin al-Khattab mengenakan denda pada tahun itu kepada semua gabenornya dengan membahagi dua akan harta mereka kerana syair Abu al-Mukhtar, tetapi tidak mengenakan denda sedikitpun ke atas Qunfudh al-‘Adawi sekalipun dia adalah daripada gabenornya. Malah mengembalikan kepadanya apa yang diambil daripadanya sebanyak dua puluh ribu dirham. Dia tidak mengambil satu persepuluh (’usyar) atau separuh daripadanya.

Pemberitahuan Ali a.s. sebab ‘Umar tidak mengenakan denda kepada Qunfudh

Abban daripada Sulaim berkata: Maka aku telah berjumpa Ali salawatullahi ‘alaihi, maka aku bertanya kepadanya tentang apa yang dilakukan Umar? Beliau berkata: Adakah anda tahu kenapa dia menahan dirinya daripada Qunfudh dan tidak mengenakan denda sedikitpun ke atasnya? Aku menjawab: Tidak. Beliau berkata: Dialah yang memukul Fatimah dengan cemeti dan sesungguhnya kesan cemeti terdapat di bahunya seperti gelang tangan.

Pemberitahuan Ali a.s. kepada al-‘Abbas dan pengaduan terhadap pukulan Qunfudh ke atas Fatimah a.s.

Abban daripada Sulaim berkata: Aku sampai di dataran Masjid Rasulullah (Saw.) di mana semuanya dihadiri oleh Bani Hasyim selain daripada Salman, Abu Dhar, al-Miqdad, Muhammad bin Abu Bakr, Umar bin Abu Salmah dan Qais bin Sa‘d bin Abu ‘Ubadah. Al-‘Abbas berkata kepada Ali a.s.: Apakah pendapat anda tentang Umar yang menghalang daripada mengenakan denda ke atas Qunfudh sebagaimana dia mengenakan denda ke atas gabenornya? Lalu Ali a.s. melihat kepada mereka di sekitarnya, kemudian berlinangan kedua-dua matanya. Beliau berkata: Kami mengadu kepadanya mengenai pukulan yang dilakukan ke atas Fatimah dengan cemeti, lantaran itu beliau telah meninggal dunia dan kesannya di bahu sepertilah gelang tangan.


BAHAGIAN KETIGA

Bid‘ah-bid‘ah Khalifah Abu Bakr dan Umar, Fadak, percubaan membunuh Ali a.s., kelebihan Ahl al-Bait, Imam dua belas, perjumpaan seorang Nasrani dengan Ali a.s. dan pencungkilan fitnah


Kata-kata Ali a.s: “Aneh! Hati umat ini dimabukkan oleh cinta kepada Abu Bakr dan Umar”

Kemudian Ali a.s. berkata: Aneh! Hati umat ini dimabukkan oleh cinta kepada lelaki ini dan sahabat sebelumnya, dan menyerah kepadanya setiap sesuatu yang diciptakannya (ahdatha-hu). Jika gabenor-gabenornya menjadi pengkhianat, nescaya harta-harta yang ada di tangan mereka juga suatu pengkhianatan. Dan tidak halal baginya meninggalkannya. Dia hendaklah mengambil kesemuanya kerana itu adalah harta Muslimin. Dia tidak berhak mengambil separuh dan meninggalkan separuhnya. Dan jika mereka bukanlah pengkhianat, maka tidak halal bagi nya mengambil harta mereka sama ada sedikit ataupun banyak. Sesungguhnya dia mengambil separuh daripada harta mereka sekiranya mereka pengkhianat. Tetapi mereka tidak menga kuinya dan mereka pula tidak dibuktikan. Justeru itu, tidak halal baginya mengambil daripada mereka sama ada sedikit ataupun banyak. Dan yang lebih aneh lagi, dia mengembalikan kepada mereka kerja mereka. Sekiranya mereka (para gabenor) pengkhianat, maka tidak halal baginya melantik mereka kembali. Dan sekiranya mereka bukan pengkhianat, maka tidak halal harta mereka untuknya.


Penjelasan Ali a.s. kepada orang ramai tentang bid‘ah-bid‘ah Abu Bakr dan Umar

Kemudian Ali a.s. berhadapan dengan mereka dan berkata: Aneh sekali! Mereka melihat Sun nah Nabi mereka bertukar-tukar dan berubah-ubah sedikit demi sedikit dan bab demi bab, ke mudian mereka meridhai tanpa menentangnya. Malah mereka memarahi untuknya, mencela mereka yang mengaibkannya dan mengingkarinya! Kemudian datang kaum selepas kami, me reka akan mengikuti bid‘ah-bid‘ahnya, kezalimannya, dan perlakuan-perlakuannya (ahda tha-hu). Mereka telah mengambil perlakuannya sebagai sunnah dan agama untuk mengham pirkan diri mereka kepada Allah. Umpamanya, dia telah memindahkan Maqam Ibrahim a.s. dari tem pat yang diletakkan oleh Rasulullah (Saww.) kepada tempatnya pada masa Jahiliyah di mana Rasulullah (Saw.) telah memindahkannya. Dia telah mengubah gantang Rasulullah dan cupak nya. Sedangkan terdapat padanya fardhu dan sunat. Penambahannya mendatangkan kebu rukan kepada fakir miskin di dalam kaffarh al-Yamin dan al-Zihar. Dengan kedua-duanyalah mereka diberi tanaman yang wajib. Rasulullah Saw. bersabda: “Wahai Tuhan! Berkatilah kami pada cupak dan gantang kami. Dan mereka tidak akan mengubahnya kelak”. Tetapi mereka meridhai dan menerima apa yang dilakukannya.

Dialog Fatimah a.s. dengan Abu Bakr tentang Fadak

Dia dan sahabatnya telah merampas Fadak daripada Fatimah a.s. di mana beliau memakan hasilnya pada masa nabi (Saww.). Dia telah meminta Fatimah memberi keterangan di atas miliknya. Dia tidak membenarkannya dan menolak penyaksian Umm Aiman. Dia mengetahui dengan yakin sebagaimana kami mengetahui bahawa Fadak adalah milik Fatimah. Adalah tidak halal baginya meminta Fatimah supaya memberi keterangan atas apa yang menjadi miliknya dan menuduhnya pula. Kemudian dia telah meminta ihsan orang ramai mengenainya, lantas mereka memujinya pula. Mereka berkata: Kewarakan dan kelebihannya telah mendorongnya untuk melakukan sedemikian. Kemudian dia memperelokkan keburukkan perbuatan mereka berdua, sekalipun mereka berdua menentang Fatimah. Mereka berdua berkata: Kami me nyangka bahawa sesungguhnya Fatimah tidak berkata melainkan kebenaran dan sesungguhnya Ali tidak memberi penyaksian melainkan dengan kebenaran. Sekiranya bersama Umm Aiman perempuan lain, nescaya kami telah menyelesaikan untuknya.

Dengan demikian itu mereka mengambil peluang di sisi orang jahil. Apa kaitan mereka bagi menjadi hakim sehingga mereka diberi atau dihalang? Tetapi umat diuji dengan mereka berdua. Lantaran itu, dimasukkanlah diri mereka pada perkara di mana mereka tidak ada hak padanya. Lagipun mereka tidak mengetahui mengenainya. Sesungguhnya Fatimah (a.s.) berkata ketika dia merampasnya sedangkan ia adalah miliknya: Tidakkah ia di tanganku dan wakilku padanya. Sesungguhnya aku memakan hasilnya pada masa Rasulullah (Saw.) masih hidup? Mereka men jawab: Ya. Beliau berkata: Kenapa kalian berdua bertanya tentang saksi ke atas perkara yang menjadi milikku? Mereka menjawab: Kerana ia adalah fai’ Muslimin. Jika saksi tidak ada, kami tidak akan menyelesaikannya. Beliau a.s. berkata kepada mereka berdua dan orang ramai di ke liling mendengarnya: Adakah kalian berdua mahu menolak apa yang telah dilakukan oleh Rasu lullah Saw. dan menghukum kami secara khusus dan tidak menghukum semua Muslimin dengan nya?

Wahai manusia! Dengarilah apa yang mereka berdua telah lakukan (daripada dosa). Beliau berkata: Apakah pendapat kalian sekiranya aku mendakwa harta Muslimun yang ada pada tangan mereka. Adakah kalian akan meminta saksi daripadaku atau daripada mereka. Mereka berdua berkata: Tidak. Kami akan meminta saksi daripada anda. Sekiranya semua kaum Muslimin mendakwa apa yang ada di tanganku, kalian akan meminta saksi daripada mereka atau daripadaku? Maka Umar menjadi marah dan berkata: Ini adalah Fai’ Muslimin dan tanah mereka tetapi Fatimah memakan hasilnya. Dia membuktikan keterangan di atas dakwaannya bahawa Rasulullah (Saw.) telah menghebahkan kepadanya di kalangan Muslimin dan ia adalah fai’’ mereka dan hak mereka, nescaya kami mempertimbangkannya. Beliau a.s. berkata: Hasbi. Aku menyeru kalian dengan nama Allah wahai manusia! Tidakkah kalian mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya anak perempuanku adalah penghulu wanita Syurga? Mereka men jawab: Wahai Tuhanku! Ya. Sesungguhnya kami telah mendengarnya daripada Rasulullah Saw. Beliau berkata: Adakah penghulu wanita Syurga mendakwa kebatilan dan mengambil bukan haknya. Apakah pendapat kalian sekiranya empat orang lelaki memberi penyaksian ke atasku bahawa aku telah melakukan fahisyah (zina) atau dua orang lelaki memberi penyaksian ke atasku bahawa aku telah melakukan sariqah (pencurian), adakah kalian membenarkannya ke atasku? Adapun Abu Bakr hanya berdiam. Umar berkata: Ya. Kami akan menjalankan had ke atas anda.

Beliau berkata: Anda telah berbohong (kadhabta) dan dicela (lu‘imta) melainkan anda mengakui bahawa sesungguhnya anda bukan di atas agama Muhammad. Sesungguhnya orang yang mengharuskan penyaksian (syahadah) ke atas penghulu wanita Syurga atau menjalankan had ke atasnya adalah orang yang dilaknati dan kafir (la mal’un kafir) dengan apa yang telah diturunkan Allah ke atas Muhammad. Kerana sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari pada mereka kekotoran dosa dan membersihkan mereka sebersih-bersihnya, tidak harus dija lankan penyaksian ke atas mereka kerana mereka adalah maksum daripada segala kejahatan dan bersih daripada segala kekejian (fahisyah). Beritahuku wahai Umar! Siapakah yang dima ksudkan dengan ayat ini (man ahlu hadhihi al-ayah)? Sekiranya satu kaum memberi penyaksian ke atas mereka atau ke atas seseorang daripada mereka dengan syirk, kufr atau perkara yang keji (fahisyah), Muslimun akan membersihkan diri daripada mereka dan akan mengenakan had ke atas mereka. Dia menjawab: Ya. Mereka dan orang lain adalah sama dalam perkara tersebut.
Beliau (a.s.) berkata: Anda telah berbohong (kadhabta) dan ingkar (kafarta). Mereka dan orang ramai tidaklah sama di dalam perkara tersebut. Kerana Allah telah menjaga mereka, menurunkan ‘ismah dan tathir kepada mereka. Dan Dia telah menghilangkan daripada mereka kekotoran dosa. Justeru itu, sesiapa yang membenarkan ke atas mereka, maka sesungguhnya dia membohongi Allah dan Rasul-Nya. Abu Bakr berkata: Aku bersumpah ke atas anda wahai Umar supaya diam.


Abu Bakr memerintahkan supaya Ali a.s. dibunuh semasa shalat dan penyesalan nya

Apabila malam tiba, mereka berdua datang kepada Khalid bin al-Walid. Mereka berkata: Kami mahu merahsiakan kepada anda satu perkara. Kami mempertanggungjawabkan kepada anda kerana kami percayakan anda. Dia berkata: Kalian berdua berilah tanggungjawab kepadaku menurut kehendak anda kerana aku taat kepada kalian berdua. Mereka berkata kepadanya: Pemerintahan dan kekuasaan kami tidak akan memberi manfaat kepada kami selama Ali masih hidup. Tidakkah anda mendengar apa yang dikatakannya kepada kami dan apa yang kami hadapi? Kami tidak menjaminnya. Kemungkinan dia menyeru orang ramai secara senyap-senyap, maka orang ramai akan menyahut seruannya. Justeru itu, mereka menentang kami kerana dia adalah Arab yang paling berani. Dan sesungguhnya kami telah melakukan sesuatu terhadapnya sebagaimana anda telah melihatnya. Kami mengalahkannya bagi memiliki kerajaan sepupunya (Rasulullah Saww.) dan tidak ada hak bagi kami terhadapnya. Kami telah merampas Fadak daripada perempuannya. Apabila anda mengerjakan solat subuh dengan orang ramai, maka berdirilah di sisinya. Pedang anda hendaklah bersama anda. Maka apabila anda mengerjakan solat dan memberi salam, maka penggallah kepalanya.

Ali a.s. berkata: Khalid mengerjakan shalat di sisiku dalam keadaan bersiap-sedia dengan pe dang di atas kepalanya (mutaqallidan). Maka Abu Bakr pun berdiri di dalam solat dan mulai membincangkannya dengan dirinya lalu menyesalinya. Dan melepaskan tangannya sehingga matahari hampir naik. Kemudian dia berkata sebelum memberi salam: Jangan anda lakukan apa yang aku perintahkan kepada anda, kemudian memberi salam. Aku berkata kepada Khalid: Apakah itu? Dia menjawab: Abu Bakr memerintahkan apabila dia memberi salam, aku akan memenggal kepala anda. Aku berkata: Adakah anda akan melakukannya? Dia menjawab: Demi Tuhanku (ayyu rabbi) aku akan melakukannya.


Penjelasan Ali a.s. kepada al-Abbas tentang bid‘ah-bid‘ah Abu Bakr dan Umar

Sulaim berkata: Kemudian Ali a.s. berhadapan dengan al-Abbas dan orang di sekitarnya, lalu berkata: Tidakkah kalian hairan bahawa dia dan sahabatnya menahan kami daripada saham kerabat yang telah difardhukan oleh Allah kepada kami dalam al-Qur’an. Dan Allah mengetahui sesungguhnya mereka akan menzalimi kami mengenainya dan akan mencabutnya daripada kami. Dia berfirman dalam Surah al-Anfal (8): 41, ‘‘Sekiranya kalian beriman dengan Allah dan apa yang telah kami turunkan ke atas hamba kami pada Hari al-Furqan, pada hari bertemunya dua kumpulan”. Aneh! Dia telah memusnahkan rumah saudaraku Ja‘far dan menyambungkan nya pada Masjid tanpa membayar sesuatupun kepada anak-anaknya. Kemudian orang ramai tidak mengaibkannya atau memalukannya. Seolah-olah dia telah mengambil rumah lelaki Da ilam.

Aneh! Kerana kejahilannya dan kejahilan umat bahawa dia menulis surat kepada para gabenor nya: Sesungguhnya orang yang berjunub apabila tidak mendapati air, maka tidak wajib menger jakan solat dan tidak wajib baginya bertayammum sekiranya tidak mendapatinya sehingga ber jumpa Allah. (Di dalam riwayat yang lain. Sekiranya tidak mendapatinya setahun). Kemudian orang ramai menerimanya dan meridhainya. Sesungguhnya dia mengetahui dan orang ramai pun mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) telah memerintahkan Ammar dan Abu Dhar supaya bertayammum daripada janabah, mengerjakan solat dan mempersaksikan di sisinya. Perkara yang sama dilakukan juga oleh orang lain di sisinya, tetapi dia (Umar) tidak menerimanya. Aneh! Dia telah mencampuradukkan hukum yang bermacam-macam dalam masalah had , tanpa ilmu kerana kediktatoran (ta’assufan) dan kejahilan (jahlan).

Dakwaan mereka berdua terhadap apa yang mereka tidak tahu semata-mata kerana berani (jur’atan) terhadap Allah. Mereka mendakwa bahawa Rasulullah (Saw.) mati tanpa memberi sebarang hukuman mengenai datuk lelaki (al-Jadd) dan tidak meninggalkan seorangpun yang mengetahui tentang bahagian pusaka datuk. Kemudian mereka memberi bai‘ah kepada mereka berdua di atas perkara tersebut, lalu membenarkan mereka berdua. Dia (Umar) telah memer dekakan Ummahat al-Aulad, maka orang ramai mengambil kata-katanya dan meninggalkan sabda Rasulullah (Saw.). Dan apa yang dia lakukan kepada Nasr bin al-Hajjaj, Ja‘dah bin Sulaim dan Ibn Wabrah. Apa yang lebih aneh daripada itu adalah mengenai Abu al-Kanafi al-‘Abdi yang datang berjumpanya dan berkata: Sesungguhnya aku telah menceraikan isteriku dan aku tidak ada (ghaib) pada masa itu. Maka talak telah sampai kepadanya.

Kemudian aku merujuknya di dalam ‘iddahnya, tetapi suratku tidak sampai kepadanya sehingga dia (isteri) berkahwin (Tazawwajat). Maka dia (Umar) menulis kepadanya: Sekiranya lelaki yang mengahwininya telah menyetubuhinya, maka dia adalah isterinya. Dan sekiranya dia belum menyetubuhinya, maka dia adalah isteri anda. Dia menulis kepadanya mengenainya dan aku telah menyaksikannya. Dia tidak bermesyuarat denganku dan tidak pula bertanyakanku. Dia fikir ilmunya sudah memadai tanpa memerlukan keilmuanku. Aku mahu menghalangnya. Kemudian aku berkata: Aku tidak peduli jika Allah mendedahkan keburukkannya. Namun orang ramai tidak mencelanya malah memuji dan mengambilnya sebagai sunnah (Sunnatan). Mereka menerima dan melihatnya sebagai betul (sawaban). Demikianlah dia menghukumnya. Sekiranya seorang gila yang kurus kering menghukumnya, nescaya dia tidak menambahnya. Seterusnya dia meninggalkan ‘‘Hayya ‘ala Khairil ‘Amal” dalam azan. Maka mereka mengambilnya sebagai sunnah dan mengikutnya pula.

Dan hukumannya terhadap al-Mafqud (lelaki yang hilang) bahawa ajal isterinya adalah empat tahun, kemudian dia boleh kahwin. Dan sekiranya suaminya kembali, dia diberi pilihan antara perempuannya dan al-Saddaq (mas kahwin). Maka orang ramai memujinya dan mengambilnya sebagai sunnah. Mereka menerima daripadanya kerana kejahilan, sedikit ilmu dengan Kitab Allah SWT dan Sunnah Nabi Saww. Dia mengeluarkan setiap orang buta dari Madinah dan menghantar kepada gabenornya di Basrah dengan tali sepanjang lima jengkal (asybar). Dan kata-katanya: Sesiapa yang kalian mengambilnya daripada al-A‘jam di mana ukurannya sepanjang tali ini maka penggallah kepalanya. Dia mengembalikan sibaya (hamba perempuan) yang bersembunyi sedangkan mereka sedang hamil. Dia menghantar seutas tali mengenai kanak-kanak yang mencuri di Basrah dan berkata: Sesiapa yang sampai sepanjang tali ini maka kalian potonglah (tangan) .

Apa yang paling aneh daripada itu adalah seorang pembohong lelaki (kadhdhaban) direjam dengan sebab seorang pembohong perempuan (kadhdhabah). Dia (Umar) menerimanya (kadhdhabah) dan orang jahil menerimanya pula. Mereka menyangka sesungguhnya para Malaikat bercakap di atas lidahnya (Umar) dan mengajarnya. Dia memerdekakan sibaya (hamba perempuan) ahli Yaman. Dia dan sahabatnya mengundurkan diri daripada tentera Usamah bin Zaid sedangkan mereka berdua telah menerima kepemimpinannya. Kemudian apa yang lebih aneh daripada itu adalah bahawa sesungguhnya Allah mengetahui dan orang ramai pun mengetahui bahawa dialah orang yang telah menghalang Rasulullah (Saw.) daripada kertas dan dakwat yang dimintanya. Kemudian peristiwa tersebut tidak memudarat dan mengurang kannya (Umar) di sisi mereka. Dialah sahabat Safiyyah ketika dia berkata kepadanya apa yang dia kata, maka Rasulullah (Saw.) memarahinya dan berkata apa yang beliau kata.

Dialah yang berkata kepadaku ketika aku melaluinya suatu hari: Umpama Muhammad pada Ahl Baitnya adalah seumpama pokok kurma (nakhlah) yang tumbuh di dalam sampah (kunasatin). Kata-kata itu sampai kepada Rasulullah (Saw.) lantas beliau menjadi marah, beliau keluar dan menaiki mimbar Masjid. Kaum Ansar terkejut dan datang dengan senjata manakala mereka melihat kemarahan Rasulullah (Saww.).

Penjelasan Rasulullah Saw. tentang keutamaan Ahl Baitnya a.s.

Beliau bersabda: Apakah gerangan mereka yang menghinaku dengan kerabatku. Dan sesung guhnya mereka mendengar daripadaku apa yang aku kata tentang kelebihan mereka; kelebihan yang Allah kurniakan kepada mereka, apa yang Allah mengkhususkan untuk mereka dengan hilangnya kekotoran dosa dan kesucian yang Allah kurniakan kepada mereka. Sesungguhnya aku memberitahu mereka tentang kelebihan Ahl Baitku dan orang yang terbaik mereka daripada apa yang telah dikurniakan Allah kepadanya, memuliakannya, melebihkannya ke atas orang yang mendahuluinya dalam Islam, ujian-Nya padanya, kekerabatannya dengan. Sesungguhnya beliau adalah daripadaku seperti kedudukan Harun daripada Musa. Kemudian kalian menyangka umpama aku pada Ahl Baitku seperti pokok kurma yang tumbuh di dalam sampah Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya, maka Dia telah membahagikannya kepada dua kumpulan.

Maka Dia menjadikan aku orang yang terbaik di kalangan dua kumpulan itu. Kemudian Dia menjadikan satu kumpulan tersebut kepada tiga kumpulan yang terdiri daripada syu‘yuban (suku-suku), qaba’ila (kabilah-kabilah) dan buyutan (rumah-rumah). Maka Dia menjadikan aku orang yang terbaik di kalangan suku, dan kabilah, kemudian Dia menjadikan mereka buyutan, lalu Dia menjadikan aku baitan (rumah) yang terbaik sebagaimana firman-Nya ‘‘Sesungguhnya Allah mahu menghilangkan daripada kamu Ahl al-Bait kekotoran dosa dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Maka aku dapati pada Ahl Baitku dan ‘Itrahku, aku dan saudaraku Ali bin Abu Talib. Hanya Allah telah merenung pada penduduk Bumi satu kali renungan, maka Dia memilih aku daripada mereka. Kemudian Dia telah merenung pada penduduk Bumi pada kali kedua, maka Dia memilih saudaraku Ali, wazirku, wasiku dan khalifahku pada umatku. Wali setiap Mukmin selepasku. Maka Dia telah mengutusku sebagai Rasul, Nabi dan Dalil. Maka Dia mewahyukan kepadaku supaya mengambil Ali sebagai saudara, wali, wasi dan khalifah pada umatku selepasku. Sesungguhnya beliau adalah wali kepada setiap Mukmin selepasku. Sesiapa yang menjadikannya wali maka Allah memberkatinya. Sesiapa yang memusuhinya maka Allah memusuhinya. Sesiapa yang mencintainya maka Allah mencintainya. Sesiapa yang memara hinya maka Allah memarahinya.

Beliau tidak akan dicintai melainkan oleh Mukmin dan tidak akan dimarahi melainkan oleh orang kafir. Beliau adalah rabb-al ardh (tuan bumi) selepasku dan penghuninya. (Di dalam naskhah yang lain beliau adalah zarr al-Ardh dan penghuninya). Beliau adalah Kalimah Allah al-Taqwa, ‘Urwat Allah al-Wuthqa (ikatan Allah yang kuat). Firman-Nya dalam Surah al-Taubah (9): 32, ‘‘Adakah kalian mahu memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut kalian dan sesung guhnya Allah adalah penyempurna cahaya-Nya, sekalipun dibenci oleh Musyrikun” Dan musuh-musuh Allah mahu memadamkan cahaya saudaraku. Tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya. Wahai manusia! Hendaklah orang yang datang menyampaikan sabdaku ini kepada orang yang tidak datang (ghaiba-kum). Wahai Tuhanku persaksikanlah! Wahai manusia! Sesung guhnya Allah telah merenung kali ketiga, maka Dia memilih daripada mereka selepasku dua belas wasi daripada Ahl Baitku, mereka itu adalah sebaik-baik umatku. Daripada mereka sebelas imam selepas saudaraku (akhi) seorang demi seorang.

Setiap kali seorang imam mati, seorang daripada mereka mengambil tempatnya. Mereka seumpama bintang-bintang di langit. Setiap kali satu bintang hilang, satu bintang yang lain timbul (tala‘a) kerana mereka adalah para imam yang mendapat hidayat. Tidak akan memudaratkan mereka oleh tipu daya orang yang menipu, penghinaan orang yang menghina mereka. Malah Allah akan memudaratkan orang yang menipu mereka dan menghina mereka. Maka mereka adalah hujah Allah di Bumi-Nya, saksi-saksi-Nya terhadap makhluk-Nya. Sesiapa yang mentaati mereka, mentaati Allah. Sesiapa yang menderhakai mereka, maka menderhakai Allah. Mereka bersama al-Qur’an dan al-Qur’an bersama mereka. Mereka tidak akan berpisah dengan al-Qur’an dan al-Qur’an tidak akan berpisah dengan mereka sehingga mereka dikembalikan kepadaku di Haudhku.

Imam yang pertama adalah sebaik-baik mereka iaitu Ali a.s.. Kemudian anak lelakiku al-Hasan. Kemudian anak lelakiku al-Husain. Kemudian sembilan daripada anak lelaki al-Husain. Ibu mereka adalah anak perempuanku Fatimah salawatullahi ‘alaihim, selepas mereka adalah Ja‘far bin Abu Talib sepupuku dan saudara kepada saudaraku dan bapa saudaraku Hamzah bin Abd al-Muttalib. Aku adalah sebaik-baik Rasul dan para nabi. Fatimah ialah anak perempuanku adalah penghulu wanita Syurga. Ali di mana anak-anak lelakinya adalah para wasi, adalah sebaik-baik wasi. Ahl Baitku adalah sebaik-baik bait (rumah) para nabi. Dua anak lelakiku adalah penghulu pemuda Syurga. Wahai manusia! Sesungguhnya syafaatku menjadi harapan kalian. Tidak seorangpun anak yang dilahirkan oleh datukku Abd al-Muttalib berjumpa Allah dalam keadaan tauhid dan tidak mengsyirikkan-Nya dengan sesuatu pun melainkan Dia memasukkannya Syurga meskipun dosanya sebanyak batu-batu kecil (al-Hasa) dan buih air laut. Wahai manusia! Kalian hormatilah (‘Azzimu) Ahl Baitku pada masa hidupku dan selepas matiku. Kalian muliakanlah mereka, kalian lebihkanlah mereka kerana tidak halal bagi sese orang itu berdiri dari majlisnya kerana seseorang melainkan kerana Ahl Baitku. Sesungguhnya jika aku berada di perkarangan pintu Syurga, maka Tuhanku melahirkan sifat tajalli kepadaku dan memberi izin kepadaku untuk bersyafaat nescaya aku tidak akan mengutamakan orang lain daripada Ahl Baitku. Wahai manusia! Kalian beritahuku tentang nasabku, siapakah aku? Lantas seorang lelaki daripada kaum Ansar berdiri dan berkata: Kami memohon perlindungan dengan Allah daripada kemaraham Allah dan kemarahan Rasul-Nya.

Beritahuku wahai Rasulullah! Siapakah yang telah menyakiti anda (adha-ka) pada Ahl Bait anda sehingga kami penggal kepalanya, atau hendaklah dia berbuat baik kepada ‘Itrahnya. Maka beliau berkata: Beritahu nasabku? Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abd al-Muttalib bin Hasyim sehingga beliau mengaitkan nasabnya dengan Nizar. Kemudian berterusan nasabnya kepada Ismail bin Ibrahim Khalilullah, kemudian bersabda : Sesungguhnya aku dan Ahl Baitku adalah tinah (tanah) di bawah ‘Arasy kepada Adam, nikah tanpa zina. Pernikahan Jahiliyah tidak berlaku kepada kami. Justeru itu, kalian bertanyalah kepadaku.

Demi Tuhan! Tidak akan bertanyaku seorang lelaki tentang bapanya, ibunya dan nasabnya melainkan aku memberitahunya mengenainya. Seorang lelaki berdiri dan bertanya: Siapakah bapaku? Beliau bersabda: Bapa anda adalah fulan di mana anda mengaitkan diri anda dengannya. Lelaki itu lalu memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya, dan berkata: Sekiranya anda mengaitkan aku dengan nasab (nasabta-ni) orang lain aku tetap meridhai dengan sepenuhnya. Kemudian seorang lelaki lain berdiri dan berkata: Siapakah bapaku? Maka beliau bersabda: Bapa anda adalah fulan bukan bapa yang dikaitkan dengannya. Maka lelaki itupun keluar daripada Islam (irtadda). Kemudian lelaki lain berdiri dan berkata: Adakah aku daripada ahli Syurga atau daripada ahli Neraka? Maka beliau bersabda: Daripada ahli Syurga. Kemudian seorang lelaki berdiri dan berkata: Adakah aku daripada ahli Syurga atau daripada ahli Neraka? Beliau bersabda: Daripada ahli Neraka.

Kemudian Rasulullah Saw. bersabda dalam keadaan marah: Apakah yang menghalang orang yang menghina Ahl Baitku, saudaraku, wazirku, wasiku, khalifahku pada umatku dan wali kepada setiap Mukmin selepasku, berdiri dan bertanyaku: Siapakah bapanya, di mana dia, di Syurga atau di Neraka? Maka Umar bin al-Khattab pun berdiri dan berkata: Aku memohon perlindungan dengan Allah daripada kemarahan Allah dan kemarahan Rasul-Nya. Maafkan kami wahai Rasulullah, nescaya Allah memaafi anda. Ampunilah kami, nescaya Allah mengampuni anda. Simpanlah rahsia kami (Ustur-na), nescaya Allah menyimpan rahsia anda. Maaflah kami, nescaya Allah bersalawat ke atas anda. Maka Rasulullah (Saw ) terasa malu (istaha) dan berhenti (kaffa).

Ali a.s. berkata: Dialah (Umar) sahib al-‘Abbas yang telah dihantar oleh Rasulullah (Saw.) dalam keadaan berjalan kaki dan berkata: Sesungguhnya al-Abbas telah menegah zakat hartanya, maka Rasulullah (Saw.) menjadi marah dan bersabda: Segala puji bagi Allah yang memaafkan kami Ahl al-Bait daripada kejahatan yang mencemarkan kami (yulattikhuna) dengannya. Sesungguhnya al-Abbas tidak menegah zakat hartanya tetapi anda menyegerakan ke atasnya. Dia menyegerakan zakat beberapa tahun. Kemudian dia datang kepadaku selepas itu dan meminta berjalan bersamanya kepada Rasulullah (Saw.) bagi tujuan mendapatkan keridhaannya, maka aku telah melakukannya. Dialah sahib Abdullah bin Abi Salul manakala Rasulullah (Saw.) berjalan ke hadapan untuk mengerjakan solat ke atasnya, maka dia memegang kain Rasulullah (Saw.) dari belakang seraya berkata: Sesungguhnya Allah melarang anda daripada mengerjakan solat ke atasnya. Justeru itu, adalah tidak halal bagi anda mengerjakan solat ke atasnya. Rasulullah (Saw.) bersabda: Sesungguhnya aku mengerjakan solat ke atasnya kerana menghormati anak lelakinya. Dan aku berharap agar tujuh puluh orang lelaki daripada suku bapanya dan keluarganya memeluk Islam kerananya. Apakah anda tahu apa yang aku kata! Sesungguhnya aku telah berdoa kepada Allah ke atasnya.

Dialah sahib Rasulullah (Saw.) pada Hari Hudaibiyah manakala Rasulullah Saw. menulis surat perjanjian, dia (Umar) berkata: Adakah kita memberi kehinaan kepada agama kita? Kemudian dia mulai mengelilingi tentera Rasulullah, mengapi-apikan mereka seraya berkata: Adakah kita memberi kehinaan kepada agama kita? Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Pergilah kalian daripadaku atau anda mahu aku mengkhianati dhimmahku? Di dalam riwayat yang lain: Kalian keluarkannya (Umar) daripadaku. Adakah anda mahu mengkhianati dhimmahku? Sesung guhnya aku akan menyempurnakan apa yang aku telah tuliskan untuk mereka. Wahai Suhail! Ambillah anak lelaki anda Jundalan. Maka dia mengikatnya dengan ikatan yang kuat pada besi. Kemudian Allah menjadikan tindakan Rasulullah (Saw.) kepada kebaikan, kewarasan, petunjuk, kemuliaan dan kelebihan.

Dialah sahib Hari Ghadir Khum, semasa dia dan sahabatnya berkata ketika Rasulullah (Saw.) melantikku (nasabani) sebagai wali : Apa gerangannya beliau mengangkat orang yang tidak ada guna (ma ya’lu an yarfa’a khassisata-hu)? Sementara sahabatnya pula berkata: Apa gerangannya beliau mengangkat ketiak sepupunya (ma ya’lu raf’an bi-dhab’i ibn ‘ammi-hi)? Dia berkata kepada sahabatnya: Ini adalah suatu kehormatan! Maka muka sahabatnya tiba-tiba berubah dan berkata: Tidak! Demi Tuhan, aku tidak akan mendengar dan tidak mentaati selama-lamanya (la asma‘u wa la uti‘u abadan). Kemudian dia pergi kepada keluarganya dengan sombong, lalu diikuti juga oleh sahabatnya. Maka Allah menurunkan firman-Nya mengenainya di dalam Surah al-Qiyamah (75): 31-35, “Maka dia tidak membenarkan dan tidak pula mengerjakan solat, tetapi mendusta dan berpaling (daripada kebenaran), kemudian dia pergi kepada keluarganya dengan sombong. Lebih patut (siksa) bagimu, maka ia lebih patut. Kemudian lebih patut (siksa) bagimu, maka ia lebih patut”, sebagai janji ancaman (wa‘idan) dan peringatan yang keras daripada Allah untuknya.

Dialah yang datang kepadaku ketika itu aku bersama Rasulullah (Saw.), melawatku dengan sekumpulan para sahabatnya manakala sahabatnya mengelipkan mata kepadanya. Maka dia berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya anda telah menjanjikan kepada kami tentang Ali satu janji, sesungguhnya aku melihat apa yang terjadi padanya sekarang. Sekiranya dia mati, kepada siapa? Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Persilakan duduk. Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. Maka Rasulullah Saw. berhadapan dengan mereka berdua dan bersabda: Beliau tidak akan mati di dalam kesakitannya ini sehingga kalian berdua memenuhinya dengan kemarahan dan melakukan pengkhianatan dan kezaliman terhadapnya. Kemudian kalian berdua mendapatinya masih bersabar dan cekal. Beliau tidak akan mati sehingga berjumpa kalian berdua dalam keadaan yang mencemaskan. Beliau tidak akan mati melainkan mati syahid.

Lapan puluh sahabat menerima Ali a.s. sebagai pemimpin Mukminin

Perkara yang lebih besar daripada itu sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah mengumpul lapan puluh orang lelaki. Empat puluh lelaki daripada Arab dan empat puluh lelaki daripada bukan Arab. Mereka berdua ada di kalangan. Mereka semuanya memberi salam kepadaku untuk kepemimpinan Muslimin. Kemudian beliau bersabda: Aku persaksikan kepada kalian bahawa sesungguhnya Ali adalah saudaraku (akhi), wazirku, pewarisku, khalifahku pada umatku, wasiku dan wali kepada setiap Mukmin selepasku. Justeru itu, kalian dengarlah dan taatlah kepadanya (isma‘u lahu wa ati‘u). Di kalangan mereka adalah Abu Bakr, Umar, Uthman, Talhah, al-Zubair, Sa’d, Ibn Auf, Abu Ubaidah, Salim, Mu’adh bin Jabal dan sekumpulan kaum Ansar. Kemudian beliau bersabda: Aku persaksikan Allah ke atas kalian. Kemudian Ali a.s. berdepan dengan orang ramai dan berkata: Maha Suci Tuhan! Alangkah cepatnya hati umat ini dimabukkan dengan ujiannya, fitnahnya, ‘Ijlnya dan Samirinya.

Sesungguhnya mereka mengakui dan mendakwa bahawa Rasulullah (Saw.) bersabda: Allah tidak akan menghimpunkan bagi kami Ahl al-Bait, kenabian dan khilafah. Dan beliau telah bersabda kepada lapan puluh orang lelaki: Berilah kalian salam kepada Ali untuk kepimpinan Mukminin (sallimu ‘ala ‘Ali bi’imrati l-Mukminin). Beliau (Saw.) telah mempersaksikan mereka semua di atas perkara tersebut. Kemudian mereka menyangka bahawa Rasulullah Saw. tidak melantik seorangpun. Mereka mengakui Syura kemudian mereka pula mengakui bahawa mereka tidak bermesyuarat. Dan bai‘ahnya adalah secara tergesa-gesa (faltatan). Manakah dosa yang lebih besar daripada faltah?

Kemudian Abu Bakr melantik Umar. Dia tidak mengikuti Rasulullah (Saw.). Perlakuannya itu diterima juga (oleh orang ramai). Perkataan Abu Bakr bahawa dia tidak mahu meninggalkan umat Muhammad tanpa perlantikan (istikhlaf), merupakan satu penghinaan terhadap Rasulullah (Saw.). Kemudian Umar telah melakukan perkara yang ketiga. Dia menjadikan syura di kalangan enam orang dan mengeluarkan semua Arab daripadanya. Kemudian dia mendapat sambutan daripada orang ramai di atas perlakuannya kerana hati mereka telah dimabukkan oleh cinta kepada fitnah dan kesesatan. Kemudian Ibn Auf telah memberi bai‘ah kepada Uthman, lantas orang ramai memberi bai‘ah kepadanya. Mereka telah mendengar daripada Rasulullah Saw. apa yang mereka dengar tentang Uthman bahawa Rasulullah Saw. telah melaknatinya pada beberapa tempat. Meskipun begitu Uthman adalah lebih baik daripada mereka berdua. Dia berkata selama beberapa hari perkataan yang menarik perhatianku. Itu berlaku apabila aku sedang duduk di rumahnya. Tiba-tiba Aisyah datang kepadanya dan Hafsah pula menuntut pusaka mereka berdua daripada harta peninggalan Rasulullah (Saw.) yang masih berada di tangannya.

Dia berkata: Tidak! Demi Tuhan! Tidak ada karamah (penghormatan), tetapi aku mengharus kan penyaksian kalian di atas diri kalian berdua. Sesungguhnya kalian berdua telah memberi penyaksian di sisi bapa kalian berdua sesungguhnya kalian berdua mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda: Bahawa beliau tidak diwarisi. Apa-apa yang beliau tinggalkan adalah sedekah. Kalian berdua mengajar Malik bin al-Harth bin al-Hadathan, seorang badwi yang tidak bertamadun, kencing di atas dua tumitnya, membersihkan dirinya dengan air kencingnya. Dia memberi penyaksian bersama kalian berdua. Dia bukan daripada sahabat Rasulullah dan bukan daripada kaum Ansar. Hanya seorang badwi sahaja yang menyaksikan hadis tersebut. Demi Tuhan! Aku tidak syak lagi bahawa dia telah membohongi Rasulullah (Saw.) dan kalian berdua juga membohongi Rasulullah (Saw.) bersamanya. Maka mereka berduapun pulang dalam keadaan menangis dan memaki-makinya.

Dia berkata: Kembalilah kalian berdua. Tidakkah kalian telah memberi penyaksian sedemikian di sisi Abu Bakr? Mereka berdua menjawab: Ya. Dia berkata: Sekiranya kalian telah memberi penyaksian yang benar, maka tidak ada hak bagi kalian berdua. Sekiranya kalian memberi penyaksian yang batil, maka laknat Allah, para Malaikat-Nya dan semua manusia ke atas kalian berdua dan juga orang yang mengharuskan penyaksian kalian berdua terhadap Ahl al-Bait ini. Dia tersenyum melihat kepadaku dan berkata: Wahai Abu al-Hasan! Aku telah menyembuhkan anda (syafaitu-ka) daripada mereka berdua. Aku berkata: Ya. Demi Tuhan! Anda telah menyam paikannya dan anda telah bercakap benar. Allah menundukkan keangkuhan mereka berdua. Maka akupun berlembut dengan Uthman. Akupun tahu dengan melakukan sedemikian, dia mahu keridhaanku. Dia lebih mempunyai sifat kasihan belas daripada mereka (Abu Bakr dan Umar), dan lebih menahan dirinya daripada menentang kami berbanding mereka berdua. Sekalipun tidak ada keuzuran dan tidak ada hujah baginya kerana perencanaannya menentang kami dan dakwaannya ke atas hak kami.

Kata-kata Ali a.s. sebelum peperangan Siffin bahawa mereka itu tidak cenderung kepada kebenaran

Abban daripada Sulaim berkata: Aku telah mendengar Ali bin Abu Talib a.s. berkata sebelum peperangan Siffin: Sesungguhnya mereka itu (ha’ula’ al-Qaum) tidak cenderung kepada kebenaran dan kalimah yang sama antara kami dan mereka, mereka menyerang dengan bala tentera mereka setiap minggu sehingga kuda-kuda dipelihara di sebelah tanah mereka dan bermalam dengan senjata-senjata mereka sehinggalah dilakukan serangan ke atas mereka dari setiap penjuru sehingga mereka dijumpai oleh kaum yang benar dan bersabar. Kematian yang berlaku di jalan Allah menambahkan lagi ketaatan mereka kepada Allah. Demi Tuhan! Anda telah melihat kami bersama Rasulullah (Saw.), anda telah membunuh bapa-bapa kami, anak-anak kami, bapa-bapa saudara kami baik di sebelah bapa atau di sebelah ibu dan Ahl Bait kami. Semuanya menambahkan keimanan kami, penyerahan kami, kesungguhan kami pada mentaati Allah dan kebebasan kami melawan musuh (mubarazati al-Aqran).

Sekiranya seorang lelaki daripada kami dan seorang lelaki daripada musuh kami berlawan untuk menuang air kematian, adakalanya untuk kami daripada musuh kami dan adakalanya untuk musuh kami daripada kami. Manakala melihat kami benar dan bersabar, Dia menurunkan al-Qur’an dengan pujian yang baik kepada kami, reda terhadap kami dan menurunkan kemenangan kepada kami. Aku bukanlah berkata bahawa setiap orang yang berperang bersama Rasulullah (Saw.) sedemikian, tetapi kebanyakan mereka sedemikian. Namun terdapat bersama kami kumpulan yang berada dalam kesamaran. Allah berfirman di dalam Surah Ali ‘Imran (3): 118, ‘‘Sesungguhnya telah terang (perkataan) kebencian daripada mulut mereka dan apa yang tersembunyi di dalam dada mereka adalah lebih besar”.

Di kalangan mereka terdiri daripada orang yang anda hormati (tufadhdhila-hu) dan sahabat anda, wahai Ibn Qais! Mereka lari (farrin) tanpa dilontar dengan satu panah, dipenggal dengan pedang, ditikam dengan lembing. Semasa maut dan pertarungan, dia (Umar) berlindung dan bersembunyi sebagaimana berlindungnya kambing betina (dara) tanpa menolak tangan yang menyentuhinya. Apabila bertemu dengan musuh, dia lari memberi belakangnya kepada musuh kerana pengecut dan tercela. Ketika senang dan ada pembahagian harta rampasan perang (ghanimah), dia bercakap sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Ahzab (33): 19, ‘‘Maka apabila ketakutan itu hilang, mereka mencela kamu dengan lidah yang tajam, serta kikir (membuat) kebaikan”. Dia telah meminta izin Rasulullah (Saw.) untuk memenggal kepala lelaki di mana Rasulullah (Saw.) tidak mahu membunuhnya, maka beliau telah menolak permintaannya. Pada suatu hari Rasulullah (Saw.) melihat Umar dengan senjata yang lengkap, maka Rasulullah tersenyum. Kemudian bersabda: Wahai bapa fulan! [secara kinayah] Hari ini hari anda. Maka al-Asy‘ath berkata: Siapakah yang anda maksudkan dengan “syaitan lari daripadanya”

Beliau berkata: Wahai Ibn Qais! Tidak. Allah tidak mengamankannya daripada godaan syaitan. Kemudian beliau berkata: Sekiranya kami pada masa Rasulullah ditimpa kesusahan, kesakitan dan kecelakaan, lalu kami lakukan sebagaimana kalian lakukan pada hari ini, nescaya tidak tertegaknya agama bagi Allah. Dan Allah tidak memuliakan Islam. Demi Allah! Kalian akan menumpahkan darah, penyesalan dan kesedihan. Maka kalian hafazlah apa yang aku akan katakan kepada kalian dan ingatlah bahawa kalian akan dikuasai oleh orang yang jahat, pendakwa-pendakwa palsu di kalangan kalian, Tulaqa’, Turuda’ dan Munafiqun. Maka mereka akan membunuh kalian. Kemudian kalian menyeru Allah, tetapi Dia tidak akan menyahuti seruan kalian. Dia tidak akan mengangkat bala daripada kalian sehingga kalian bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Lantaran itu, Allah akan menyelamatkan kalian daripada fitnah dan kesesatan mereka sebagaimana Dia telah menyelamatkan kalian daripada kejahatan dan kejahilan kalian. Apa yang paling aneh adalah orang jahil (juhhal) umat ini, kesesatannya, pemimpin-pemimpinnya dan pengikut-pengikutnya akan ke Neraka.

Sesungguhnya mereka mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda: Suatu umat itu tidak akan melantik seorang lelaki untuk mengendalikan urusan pemerintahannya sedangkan masih terdapat orang yang lebih alim daripadanya. Sekiranya berlaku sedemikian, urusan mereka sentiasa terkebawah sehingga mereka kembali kepada apa yang telah diabaikan oleh mereka. Mereka telah melantik sebelumku tiga orang. Tidak ada di kalangan mereka yang telah mengumpulkan al-Qur’an (jama‘a al-Qur’an). Tidak ada di kalangan mereka yang mendakwa mengetahui Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya (wa la yadda‘i anna la-hu ‘ilman bi-kitabi llah). Sesungguhnya mereka mengetahui bahawa aku adalah lebih mengetahui daripada mereka (a‘lamu-hum) tentang Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya, lebih memahami (afqahu-hum), lebih pandai membaca dan lebih alim tentang hukum Allah (aqdhahum) daripada mereka semua. Sesungguhnya tidak seorangpun daripada ketiga-tiga mereka mempunyai keutamaan bersama-sama Rasulullah (Saw.), dan kesusahan bersamanya pada semua tempat. Tidak seorangpun daripada mereka dilontar dengan anak panah (rumia bi-sahmin), ditikam dengan lembing (tu’ina bi-ramhin), dipancung dengan pedang (dhuriba bi-saifin) kerana mempunyai sifat pengecut (jubnan), keji dan cintakan kehidupan duniawi (al-baqa’).

Sesungguhnya mereka mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) terlibat di dalam peperangan. Beliau sendiri telah membunuh Ubayy bin Khalaf dan Musja‘ Ibn Auf. Beliau (Saw.) adalah orang yang paling berani (asyj‘u al-Nas), cekal di dalam peperangan dan lebih berhak melakukan sedemikian. Sesunggunya mereka mengetahui dengan yakin bahawa tidak seorangpun di kalangan mereka yang dapat menduduki tempatku (yaqumu maqami), tidak dapat bertarung (yubarizu) dengan pahlawan-pahlawan (al-Abtal), dan membuka benteng-benteng (al-Husun) selain daripadaku. Tidak berlaku kepada Rasulullah sebarang kesusahan, dukacita, kesempitan dan kesulitan melainkan beliau berkata: Di mana saudaraku Ali (aina akhi ‘Ali)? Di mana pedangku? Di mana lembingku? Di manakah orang yang dapat menghilangkan kesusahanku daripada mukaku? Maka beliau mengemukakanku ke hadapan, lalu aku mara ke hadapan. Aku telah menebuskan dirinya (Saw.) dengan diriku (afdi-hi bi-nafsi). Allah telah menghilangkan kesusahan di mukanya dengan tanganku. Bagi Allah SWT dan bagi Rasul-Nya di atas segala nikmat yang telah dikhususkan untukku.

Sesungguhnya sebahagian orang yang anda sebutkan tidak pernah menghadapi ujian (bala’), tidak ada keutamaan (sabiqah), tidak ada pertarungan dengan musuh (la mubarazata qarnin), tidak ada pembukaan (fathan), tidak ada kemenangan (nasran) melainkan sekali sahaja. Kemudian dia lari (farra), dia memberi “belakang” kepada musuhnya. Dia telah pulang dan berkata bahawa para sahabatnya pengecut tetapi para sahabatnya pula mengatakan dialah pengecut (yujbinu ashaba-hu wa yujbinuna-hu). Dia telah lari beberapa kali. Ketika senang dan pembahagian harta rampasan, dia telah bercakap, menyuruh dan melarang. Sesungguhnya Ibn Abd Wuddin telah menyeru namanya pada Hari Khandaq, tetapi dia tidak menyahut seruan itu.
Sebaliknya dia telah berlindung dengan para sahabatnya sehingga Rasulullah (Saw.) tersenyum melihat ketakutannya (ra’a bi-hi min al-ra‘b). Beliau bersabda: Di manakah kekasihku Ali? Terus maju (taqaddam). Wahai kekasihku! Wahai Ali! Dia (Umar) berkata kepada para sahabatnya yang empat, Ashab al-Kitab wa al-Ra‘yi: Demi Tuhan! Kami akan menolak Muhammad kepada mereka sekaligus (an nadfa‘a Muhammadan ilaihim bi rammati-hi), lantas kami terselamat daripada hal demikian itu, ketika datang musuh dari atas dan dari bawah kami sebagaimana Allah berfirman dalam Surah al-Ahzab (33): 10,11,12, “Kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka”, ‘‘Mereka gementar dengan gementaran yang kuat”, “Ketika berkata orang Munafiq dan orang ada di dalam hati mereka penyakit: Apa yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah satu tipu daya semata-mata”.

Maka sahabatnya berkata: Tidak. Kami akan mengambil berhala yang besar, kami akan menyembahnya (nattakhidh sanaman ‘aziman na‘budu-hu), kerana kami tidak akan selamat jika Ibn Abi Kabsyah menang. Justeru itu, kami akan binasa tetapi berhala ini akan menjadi simpanan kepada kami. Jika Quraisy menang, kami akan menzahirkan penyembahan kepada berhala ini dan akan memberitahu mereka bahawa sesungguhnya kami tidak pernah meninggalkan agama kami (lan nufariqa di-nana). Jika kerajaan Ibn Abi Kabsyah kembali, kami meneruskan penyembahan kami kepada berhala ini secara rahsia (kunna muqimin ‘ala ‘ibadati hadha al-sanam sirran). Maka Jibra’il a.s. telah turun dan memberitahu Nabi Saw. perkara tersebut. Kemudian Rasulullah memberitahuku selepas aku membunuh Ibn Abd Wuddin, lalu beliau memanggil mereka berdua. Beliau bertanya: Berapakah berhala yang kalian berdua sembah pada masa Jahiliyah? Mereka berdua menjawab: Janganlah anda menghina kami dengan apa yang telah berlalu pada masa Jahiliyah.

Maka beliau bertanya: Berapakah berhala yang kalian berdua sembah pada hari ini? Mereka berdua berkata: Demi Yang Mengutuskan anda dengan kebenaran sebagai seorang Nabi, kami tidak menyembah melainkan Allah semenjak kami menerima agama anda. Maka beliau bersabda: Wahai Ali! Ambillah pedang ini dan pergilah ke tempat…, maka keluarkan berhala yang disembah oleh mereka berdua dan musnahkanlah (fahsyim-hu). Jika ada yang menghalangnya, penggallah kepalanya. Mereka berdua telah menunduk di hadapan Rasulullah (Saw.) dan berkata: Sembunyikan rahsia kami, Allah akan sembunyikan rahsia anda (usturna satara-ka llahu). Maka aku berkata kepada mereka: Kami menjamin untuk Allah dan Rasul-Nya bahawa janganlah kalian berdua menyembah selain daripada Allah dan janganlah kalian berdua mengsyirikkan Allah dengan sesuatupun. Maka mereka telah membuat perjanjian dengan Rasulullah (Saw.) di atas perkara tersebut. Dan akhirnya, aku mengeluarkan berhala dari tempatnya lalu memecahkan muka dan dua tangannya. serta memotong dua kakinya. Kemudian aku kembali kepada Rasulullah Saw. Demi Tuhan! Aku telah mengetahui perkara itu di muka mereka berdua sehingga mereka berdua mati (‘Araftu dhalika fi wajhi-hima hatta mata).


Kemudian dia dan para sahabatnya telah meninggalkan jenazah Rasulullah Saw. ketika Rasulullah wafat, lalu mereka bertengkar dengan kaum Ansar tentang hakku. Sekiranya mereka benar dan berhujah dengan benar, mereka lebih aula daripada Kaum Ansar kerana mereka daripada Quraisy dan Rasulullah (Saw.) adalah daripada Quraisy. Maka siapakah yang lebih aula dengan Rasulullah (Saw.), beliau adalah lebih aula dengan urusan khilafah. Sesungguhnya mereka telah menzalimiku akan hakku. Sekiranya mereka berhujah dengan batil, maka mereka menzalimi kaum Ansar akan hak mereka. Allah akan menghukum antara kami dan mereka yang telah menzalimi kami dan membuat orang ramai menindas kami. Aneh sekali! Hati umat ini telah dimabukkan oleh cinta kepada mereka dan mencintai orang yang menghalang mereka dari jalan Tuhan dan menentang mereka daripada agama mereka. Demi Tuhan! Sekiranya umat ini berdiri di atas kakinya di tanah dan meletakkan abu (al-ramad) di atas kepalanya, berdoa kepada Allah, menyeru sehingga Hari Kiamat ke atas mereka yang telah menyesatkan mereka, menghalang mereka daripada jalan Allah, menyeru mereka ke Neraka, membentangkan mereka kepada kemurkaan Tuhan mereka, dan mewajibkan ke atas mereka akan azab-Nya dengan jenayah yang mereka lakukan terhadap mereka, nescaya mereka termasuk orang yang mengabaikannya (muqassirin).

Kerana orang yang benar dan alim dengan Allah dan Rasul-Nya, berasa takut untuk mengubah sesuatu daripada bid‘ah-bid‘ah mereka, sunnah-sunnah mereka dan ciptaan-ciptaan mereka dan orang ramai pula akan memusuhinya (yatakhawwafu ‘in ghayyara sya’an min bad‘i-him wa sunani-him wa ahdathi-him wa ‘adat-hu al-‘Ammah). Dan apabila dia (orang yang benar) melakukannya, mereka menyusahkannya, menentangnya, membersihkan diri daripadanya, menghinanya dan memisahkannya daripada haknya. Sekiranya dia mengambil bid‘ah-bid‘ah mereka, mengakuinya, memperelokkannya dan beragama dengannya, maka umat akan mencintainya, memuliakannya dan melebih-lebihkannya (ahabbat-hu wa syarrafat-hu wa fadhdhalat-hu). Demi Tuhan! Sekiranya aku menyeru tentera-tenteraku ini dengan kebenaran yang diturunkan Allah ke atas Nabi-Nya, lalu aku menzahirkannya, aku menyeru kepadanya, aku menerangkannya dan menafsirkannya menurut apa yang aku dengar daripada Nabi Allah a.s. nescaya mereka akan berkeliaran lari dan berpisah daripadaku, hanya tinggal sedikit sahaja yang masih bersamaku daripada tentera-tenteraku yang telah memahami imamahku dalam Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Sekiranya tidak ada janji daripada Rasulullah (Saww.) kepa daku, dan aku mendengar daripadanya serta mengemukakannya kepadaku, nescaya aku akan melakukannya. Tetapi Rasulullah (Saw.) telah bersabda kepadaku: Wahai saudaraku! Setiap kali seorang hamba terpaksa melakukannya, maka Allah menghalalkan kepadanya dan mengha ruskan kepadanya (kullama idhtarra ilai-hi al-‘abdu faqad ahallahu-lahu wa abaha-hu iyya-hu).
Aku mendengarnya bersabda: Sesunggunya taqiyyah adalah daripada agama Allah. Dan tidak ada agama bagi mereka yang tidak ada taqiyyah (inna al-taqiyyata min dini-llahi wa la dina li-man la taqiyyata la-hu). Kemudian Ali a.s. tampil ke hadapan dan berkata: Aku akan membayar kepada mereka gandum sebagai bayaran daripadaku satu pertiga dan satu pertiga lagi daripada satu kabilah. Jika Tuhanku menggantikannya kepadaku, maka berilah keuzuran kepadaku. Beliau telah berkata kepada dua orang hakim ketika menghantar kedua-duanya: Kalian berdua hukumlah dengan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Jika kedua-duanya mencalarkan kerong kongku, maka sesungguhnya mereka adalah orang yang membawanya kepada mereka itu, kerana niat mereka telah dikotori. Seorang lelaki daripada kaum Ansar, (Di dalam riwayat yang lain sahabatnya daripada kaum Ansar) berkata: Apakah berita yang sampai kepadaku tentang anda bahawa tidak ada pada umat ini orang yang lebih cekap (adbatu) dalam pengurusan selain daripada anda. Apakah perselisihan dan berita ini? Maka Ali a.s. berkata: Aku adalah sahabat yang anda kenali, tetapi aku telah diuji dengan seburuk-buruk makhluk Allah. Aku mahu supaya mereka menjalankan tugas, tetapi mereka menolaknya. Sekiranya aku menurut apa yang mereka mahu, nescaya mereka telah berpisah daripadaku.

Perjumpaan seorang Nasrani dengan Ali a.s. dan kata-katanya tentang kelebihan Ahl al-Bait a.s.

Abban daripada Sulaim: Beliau berkata: Kami bertolak daripada Siffin bersama Amir al Mukmi nin salawatullahi ‘alaihi. Dan tentera-tentera telah bermalam berhampiran Biara Nasrani. Tiba-tiba datang kepada kami daripada biara tersebut, seorang lelaki tua (syaikh kabir) tampan, mempunyai perawakan muka yang baik dan membawa kitab di tangannya sehingga dia menda tangi Amir al-Mukminin salawatu Llahi ‘alaihi, lalu memberi salam kepadanya dengan khilafah Maka Ali a.s. berkata: Selamat datang wahai saudaraku Syam‘un Ibn Hamun, apa khabar anda rahima-ka Llahu. Dia menjawab: Baik, wahai Amir al-Mukminin! Penghulu Muslimin, wasi Rasul Rabbi l-‘Alamin. Sesungguhnya aku adalah daripada keturunan hawari saudara anda ‘Isa Bin Maryam a.s. salawatu Llahi ‘alaihi daripada keturunan Syam‘un Bin Yuhana. Dia adalah pengikut (hawari) terbaik ‘Isa bin Maryam yang dua belas dan paling dikasihinya. Kepadanyalah ‘Isa telah memberi wasiat dan kepadanyalah beliau memberi kitabnya, ilmunya dan hikmahnya. Ahl Baitnya sentiasa berpegang kepada agamanya. Mereka tidak kafir, tidak menukar dan mengubah agamanya.

Buku-buku ini adalah imla’ di sisiku oleh ‘Isa Bin Maryam dan dengan khat tangan bapa kami. Ia mengandungi perkara-perkara yang akan dilakukan oleh manusia selepasnya, daripada seorang pemerintah kepada seorang pemerintah dan apa yang mereka miliki. Apa yang akan berlaku pada zaman setiap pemerintah sehingga Allah mengutuskan seorang lelaki daripada Arab daripada anak Ismail bin Ibrahim Khalilullah dari negeri bernama Tihamah, dari qaryah yang dikenali dengan Makkah, dipanggil kepadanya Ahmad. Dua matanya luas diikuti dua keningnya, tuan unta betina dan keldai, tuan tongkat dan mahkota. Beliau mempunyai dua belas nama. Kemudian dia menyebutkan tempat beliau diutuskan, tempat lahir, hijrahnya, orang yang memeranginya, orang yang membantunya, orang yang memusuhinya, berapa lama beliau hidup dan apa yang dihadapi oleh umat selepasnya sehingga turunnya ‘Isa Bin Maryam dari langit.

Kemudian dia telah menyebut di dalam al-kitab tentang tiga belas lelaki daripada anak-anak lelaki Ismail bin Ibrahim Khalilullah ‘alaihim salla llahu, mereka sebaik-baik makhluk Allah, sekasih-kasih makhluk Allah kepada Allah. Sesungguhnya Allah memberi rahmat kepada orang yang mewalikan mereka, bermusuh terhadap orang yang memusuhi mereka. Sesiapa yang mentaati mereka, mendapat petunjuk. Sesiapa yang menderhakai mereka, adalah sesat. Tertulis padanya nama-nama, keturunan mereka dan pengikut mereka, berapa lama hidup setiap orang daripada mereka seorang demi seorang, berapa orang daripada mereka yang bersembunyi dengan agamanya dan merahsiakannya daripada kaumnya dan siapa yang akan menzahir kannya sehingga Allah menurunkan ‘Isa salla llahu ‘alaihi ke atas yang akhir mereka. Maka ‘Isa akan mengerjakan solat di belakangnya dan berkata: Sesungguhnya kalian adalah para imam di mana tidak patut bagi seseorang mendahului kalian. Maka dia pun maju ke depan, lalu mengerjakan solat dengan orang ramai dan ‘Isa di belakangnya di barisan pertama.

Dan yang pertama mereka adalah yang paling afdhal dan paling baik. Baginya sepertilah pahala mereka dan pahala orang yang mentaati mereka, dan mendapat hidayah dengan hidayah mereka, beliau adalah Ahmad Rasulullah Saw. Namanya Ahmad, Yasin, al-Fattah, al-Khatam, al-Hasyir, al-‘Aqib dan al-Mahi. (Di dalam riwayat yang lain di tempat al-Mahi, adalah al-Fattah dan al-Qa’id). Beliau adalah Nabi Allah, Khalilullah, Habibullah, Safiyyu-hu, Aminu-hu dan Khiratu-hu, beliau bersama orang yang sujud. (Di dalam naskhah yang lain: yara taqalubu-hu fi al-Sajidin yaitu di sulbi para nabi). Dia telah bercakap dengannya dengan rahmat-Nya. Beliau menyebutnya bahawa beliau adalah makhluk Allah yang paling mulia kepada Allah dan yang paling dikasihi kepada Allah di mana Allah tidak mencipta makhluk sama ada Malaikat muqarrab atau nabi mursal, Adam dan mereka selain daripadanya lebih baik di sisi Allah dan tidak ada seorangpun yang lebih dikasihi kepada Allah selain daripadanya. Dia mendudukkannya pada Hari Kiamat di atas ‘Arasy-Nya dan Dia memberi keizinan kepadanya untuk bersyafa‘at pada setiap orang yang diberi syafa‘at. Dengan namanyalah berlarinya qalam di Lauh Mahfuz pada Umm al-Kitab. Kemudian saudaranya yang mempunyai bendera (sahibal-Liwa’) pada Hari Mahsyar yang paling besar, wasinya dan khalifahnya pada umatnya. Dan sekasih-kasih orang kepada Allah selepasnya adalah Ali bin Abu Talib, wali kepada setiap Mukmin selepasnya.

Kemudian sebelas imam daripada anak anak Muhammad. Dan yang pertama daripada Dua Belas Imam melahirkan dua orang, dinamakan dengan nama dua anak lelaki Harun; Syabar dan Syubair (al-Hasan dan al-Husain). (Di dalam naskhah yang lain, kemudian sebelas daripada anak-anaknya. Awal mereka melahirkan Syabar dan Syubair dan sembilan daripada Syubair seorang demi seorang. Di dalam naskhah pertama sembilan daripada anak lelaki yang paling kecil iaitu al-Husain seorang demi seorang). Dan yang akhir mereka adalah orang di mana ‘Isa Bin Maryam akan mengerjakan solat di belakangnya. Padanya diterangkan setiap mereka yang memerintah daripada mereka, siapa yang menyembunyikannya dan siapa yang menzahirkan nya.
Maka orang pertama daripada mereka yang menzahirkannya, akan memenuhi seluruh Bumi Allah dengan saksama dan adil, akan memiliki Timur dan Barat sehingga Allah menzahirkannya ke atas semua agama. Manakala Nabi (Saw.) diutuskan, bapaku masih hidup, dia telah membe narkannya dan beriman dengannya. Dia naik saksi bahawa sesungguhnya Muhammad adalah pesuruh Allah. Dia adalah seorang lelaki tua dan telah mati tanpa penyakit. Dia berkata: Wahai anakku! Sesungguhnya wasi Muhammad dan khalifahnya di mana nama dan sifatnya di dalam kitab, akan melalui anda apabila berlalunya tiga daripada imam sesat (a’immah al-Dalalah). Nama dan kabilah mereka disebut; fulan, fulan dan fulan beserta sifat-sifat mereka dan berapa tahun setiap orang daripada mereka memerintah. Dan apabila beliau melalui anda, maka keluarlah kepadanya dan berilah bai‘ah kepadanya, berperanglah bersamanya menentang musuhnya, kerana berjihad bersamanya sepertilah berjihad bersama Muhammad.

Di dalam kitab ini wahai Amir al-Mukminin! Sesungguhnya dua belas imam daripada Quraisy dan daripada kaum bersamanya adalah daripada para imam yang sesat, memusuhi Ahl Baitnya dan menghalang mereka dari hak mereka, mengusir mereka dan menakut-nakutkan mereka, disebut seorang demi seorang dengan nama serta sifat mereka. Dan berapa lama setiap orang daripada mereka memerintah. Apa yang dihadapi oleh anak-anak anda daripada mereka, pembantu-pembantu anda dan Syi‘ah anda seperti pembunuhan, peperangan, bala dan ketakutan. Bagaimanakah Allah mengendalikan kalian daripada mereka, penguasa mereka dan pembantu mereka. Apa yang mereka akan hadapi daripada kehinaan, peperangan, bala, pembunuhan dan ketakutan daripada kalian Ahl al-Bait.

Seorang Nasrani telah memberi bai‘ah kepada Ali bin Abu Talib a.s.

Wahai Amir al-Mukminin! Hulurkan tangan anda, aku akan memberi bai‘ah kepada anda. Sesungguhnya aku naik saksi bahawa tiada tuhan melainkan Allah, Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Dan aku naik saksi bahawa anda adalah khalifah Rasulullah pada umatnya, wasinya, saksi-Nya ke atas makhluk-Nya dan Hujah-Nya di Bumi-Nya. Sesunguhnya Islam adalah agama Allah. Dan sesungguhnya aku membersihkan diriku daripada setiap agama yang menyalahi agama Islam, kerana ia adalah agama Allah yang Dia telah memilihnya untuk diri-Nya dan meridhainya untuk para wali-Nya. Sesungguhnya ia adalah agama ‘Isa bin Maryam dan sebelumnya mereka daripada para nabi Allah dan para Rasul-Nya. Ia adalah agama yang telah dianuti oleh orang yang terdahulu daripada bapa-bapaku. Dan sesungguhnya aku akan mema tuhi anda dan para wali anda. Aku membersihkan diriku daripada musuh anda. Aku akan mematuhi para imam daripada anak-anak lelaki anda. Aku membersihkan diriku daripada mu suh mereka, orang yang menentang mereka dan orang yang membersihkan diri daripada mereka. Orang yang mendakwa hak mereka dan menzalimi mereka yang terdiri daripada orang terdahulu dan terkemudian. Kemudian dia memegang tangan Ali a.s. dan memberi bai‘ah kepadanya.

Amir al-Mukminin berkata kepadanya: Berikan kitab anda kepadaku, lalu diapun memberikan kepadanya. Maka Ali a.s. berkata kepada salah seorang daripada sahabatnya: Berdirilah anda bersama lelaki itu, maka lihatlah kepada penerjemahannya, anda memahami percakapannya, maka hendaklah anda menyalinkannya ke dalam Bahasa Arab. Manakala dia membawa salinannya kepada Amir al-Mukminin Ali a.s., beliau berkata kepada anaknya al-Hasan: Wahai anakku al-Hasan! Bawakan kepadaku apa yang telah aku berikan kepada anda. Wahai anakku! Bacalah dan lihatlah anda wahai fulan pada naskhah kitab ini, ia adalah khat tanganku dan imla’ Rasulullah (Saw.). Lalu beliau membacanya, ia tidak menyalahinya meskipun satu huruf. Tidak ada yang terdahulu dan terkemudian seolah-olah satu imla’ kepada dua lelaki. Maka beliau memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya lalu berkata: Segala puji bagi Allah, sekiranya Dia mahu, umat tidak akan berselisih faham dan tidak akan berpecah. Segala puji bagi Allah yang tidak melupakanku, tidak mensia-siakan urusanku dan tidak melemahkan ingatanku di sisi-Nya dan di sisi para wali-Nya, manakala Dia memperkecil dan melemahkan ingatan para wali Syaitan dan partinya. Syi‘ah Ali a.s. yang hadir pada hari itu berasa gembira, lalu mereka mengucapkan terima kasih kepadanya. Sebagaimana kata-katanya juga telah menyakitkan hati orang di sekelilingnya dan kami mengetahuinya daripada wajah-wajah mereka.

Ucapan Ali a.s: “Akulah yang telah mencungkil mata fitnah”

Abban daripada Sulaim Bin Qais berkata: Amir al Mukminin telah menaiki mimbar, maka beliau memuji Allah dan bersyukur kepadanya dan berkata: Wahai manusia! Akulah orang yang telah mencungkil (faqa’tu) mata fitnah. Tidak ada seorangpun berani menghadapinya selain daripadaku. Demi Tuhan! Sekiranya aku tidak ada di sisi kalian, nescaya ahli Jamal, ahli Siffin dan ahli Nahrawan tidak akan diperangi. Demi Tuhan! Jikalaulah kalian tidak bercakap dan tidak pula meninggalkan amal, nescaya aku akan memberitahu kalian apa yang telah ditetapkan oleh Allah di atas lidah Nabi-Nya. Bagi orang yang memerangi mereka benar-benar mengetahui kesesatan mereka dan arif dengan petunjuk yang kami di atasnya. Kemudian beliau berkata: Kalian bertanyalah kepadaku apa yang kalian mahu sebelum kalian meninggalkanku. Demi Tuhan! Sesungguhnya aku lebih mengetahui jalan-jalan langit berbanding dengan jalan-jalan bumi. Aku adalah Ya‘sub Mukminin, orang yang terawal, imam Muttaqin, penutup para wasi, waris para nabi dan khalifah Rabb al-‘Alamin. Aku adalah dayyan al-Din pada Hari Kiamat dan pembahagi Allah (qasimu-llahi) antara ahli Syurga dan ahli Neraka.

Akulah al-Siddiqu l-Akbar dan al-Faruq yang membezakan antara kebenaran dan kebatilan. Sesungguhnya di sisiku ilmu manaya dan balaya dan fasl al-khitab. Tidak ada satu ayat yang turun melainkan aku mengetahui pada apa ia diturunkan, di mana ia diturunkan dan kepada siapa ia diturunkan. Wahai manusia! Sesungguhnya kalian hampir tidak mendapatiku, sesungguhnya aku akan berpisah daripada kalian. Sesungguhnya aku akan mati atau dibunuh. Orang yang paling celaka sedang menunggu untuk mencelupkannya (‘an yakhdibaha) dari atasnya. (Di dalam riwayat yang lain, orang yang paling celaka sedang menunggu untuk mencelupkan ini daripada darah ini iaitu janggutnya dari darah kepalanya). Demi Dia yang telah mengembangkan bijian dan menciptakan makhluk hidup. Janganlah kalian bertanyaku tentang kumpulan yang melebihi tiga ratus ke atas antara kalian dan Kiamat melainkan aku memberitahu kalian penariknya, pemandunya dan pembuat suaranya (sa’iqu-ha wa qa’idu-ha wa na‘iqu-ha), halaman rumah yang rosak bilakah ia rosak dan bilakah ia dibangunkan selepas kerosakannya sehingga Hari Kiamat.

Lantas berdiri seorang lelaki dan berkata: Wahai Amir al-Mukminin! Beritahukan kami tentang bala (al-Balaya). Maka beliau berkata: Apabila penanya bertanya, maka hendaklah dia berfikir. Dan apabila dia bertanya, maka orang yang ditanya hendaklah menangguhkannya kerana di sebalik kalian banyak perkara yang berkumandang dan bala yang mendukacitakan. Demi Dia yang telah mengembangkan bijian dan mencipta makhluk hidup. Jika kalian tidak dapat memanfaatkan keberadaanku dan berlakulah perkara yang dicita-citakan serta bala yang sebenar, maka ramai orang yang bertanya akan menundukkan kepala mereka dan menyulitkan ramai orang yang ditanyakannya. (Di dalam naskhah yang lain, ramai orang yang ditanyakan itu telah gagal). Apabila berlakunya peperangan kalian dengan sebenarnya, maka Dunia menjadi bala ke atas kalian sehingga Allah membukakannya untuk orang yang baik (al-Abrar).

Seorang lelaki berdiri dan berkata: Wahai Amir al-Mukminin! Beritahukan kami tentang fitnah (al-fitan)? Beliau berkata: Sesungguhnya fitnah apabila datang, tidak diketahui kepalsuannya. Dan apabila ia pergi, ia meninggalkan kesannya (asfarat). Sesungguhnya fitnah bagaikan ombak laut dan angin yang kencang menimpa satu negeri dan mengalahkan yang lain. Maka kalian tunggulah orang yang telah memegang bendera pada Hari Badr. Maka kalian tolonglah mereka, nescaya kalian akan ditolongi. Kalian berilah “ganjaran” kepada mereka, nescaya kalian akan dimaafkan. Sesungguhnya fitnah yang ditakuti ke atas kalian adalah fitnah Bani Umayyah. Ia adalah fitnah buta, pekak dan gelap. Fitnahnya bersifat umum, tetapi balanya adalah bersifat khusus. Bala akan menimpa orang yang melihatnya dengan mata hatinya (man absara fi-ha). Dan akan mengalahkan orang yang dibutakan hatinya daripadanya (man ‘umia ‘an-ha). Ahli batilnya (pembohongnya) menguasai ahli haknya (ahli kebenarannya). Mereka akan memenuhi bumi dengan kezaliman dan kediktatoran. Yang mengalahkan keangkuhannya, memecahkan tiangnya dan mencabutkan paksinya adalah Allah Rabb al-‘Alamin dan Qasim al-Jabbarin.

Kalian akan mendapati Bani Umayyah sebagai tuan-tuan yang jahat (arbab su’) seperti binatang buas (al-nab al-darus) yang melakukan apa sahaja. Fitnah mereka berterusan sehingga tidak mampu seseorang daripada kalian untuk menolong dirinya seperti pertolongan hamba terhadap dirinya daripada tuannya. Apabila tuannya tidak ada, dia memakinya. Dan apabila berhadapan dengannya, dia mentaatinya. (Di dalam riwayat yang lain, dia memaki di dalam hatinya. Di dalam riwayat yang lain, Demi Tuhan! Sekiranya mereka mengusir kalian di bawah setiap cakrawala, nescaya Allah akan mengumpulkan kalian untuk hari kejahatan mereka). Seorang lelaki bertanya: Adakah jama‘ah wahai Amir al-Mukminin selepas itu? Beliau berkata: Akan ada pelbagai jama‘ah. Pemberian kalian, haji kalian, perjalanan musafir kalian, tetapi hati bermacam-macam. Seorang bertanya: Bagaimana hati bermacam-macam? Beliau menjawab: Beginilah. Beliau memasukkan anak anak jarinya dan berkata: Ini membunuh ini dan begitulah seterusnya.

Demikianlah berterusannya kezaliman Jahiliyah sehingga tidak ada cahaya petunjuk dan ilmu untuk dicontohi. Kami Ahl al-Bait selamat daripada perkara tersebut dan kami tidak melakukannya. Dia bertanya lagi: Apakah yang akan aku lakukan pada masa itu, wahai Amir al–Mukminin? Beliau berkata: Kalian lihatlah kepada Ahl Bait Nabi kalian. Jika mereka meminta bantuan kalian, maka bantulah mereka, nescaya kalian akan dimaafkan. Kerana mereka tidak akan mengeluarkan kalian daripada petunjuk dan tidak membawa kalian kepada kejahatan. Janganlah kalian mendahului mereka, nescaya kalian akan ditimpa bala dan akan ditertawakan oleh musuh-musuh kalian. Dia bertanya lagi: Apakah akan terjadi selepas itu wahai Amir al-Mukminin? Beliau menjawab: Allah akan menyelamatkannya dengan seorang lelaki daripada keluargaku. Kemudian beliau akan menentang orang yang menghina mereka dan menuangkan mereka dengan gelas yang menyakitkan. Beliau tidak akan memberikan mereka dan tidak akan menerima daripada mereka selain daripada pedang dalam keadaan huru hara.

Beliau akan membawa pedang di atas bahunya selama lapan bulan sehingga mereka berkata: Apakah ini daripada Quraisy? Sekiranya dia daripada Quraisy dan daripada anak lelaki Fatimah, nescaya dia akan berlembut dengan kami. Allah akan menjadikan Bani Umayyah di bawah telapak kakinya dan akan mengisarkan mereka selumat-lumatnya. Firman-Nya di dalam Surah al-Ahzab (33): 61, 62; “Mereka terlaknat , mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya di mana sahaja mereka berada. Dan tiada engkau dapati Sunnah Allah bertukar-tukar”. Amm ba‘d (Adapun kemudian daripada itu). Apa yang pasti bahawa kesesatan dikisarkan dengan halus oleh kisarannya. Hanya Allahlah yang mengatasinya. Sesungguhnya aku dan keluargaku yang baik adalah orang yang paling lembut semasa kecil dan paling alim pada masa dewasa. Bersama kami bendera kebenaran dan petunjuk. Sesiapa yang menda huluinya akan derhaka (maraqa). Sesiapa yang menghinanya akan dibalas. Sesiapa yang bersamanya akan diberkati. Kami Ahl al-Bait mengetahui daripada ilmu Allah, kami menerima daripada hukum Allah yang sebenar dan kami mendengar daripada kata-kata yang benar. Sekiranya kalian mengikut kami, nescaya kalian akan mendapat hidayah dengan basirah kami. Sekiranya kalian menentang kami, nescaya kalian akan diazab oleh Allah dengan tangan-tangan kami atau dengan apa yang Dia mahu.

Kami adalah mercu Islam, maka dengan kamilah pesalah akan dikaitkan dan kepada kamilah orang yang bertaubat akan dikembalikan. Demi Tuhan! Sekiranya kalian tidak gopoh dan kebenaran ditangguhkan, nescaya aku akan memberitahu kalian apa yang akan terjadi kepada pemuda-pemuda Arab dan Mawali (hamba). Justeru itu, janganlah kalian bertanya Ahl Bait Muhammad akan ilmu sebelum masanya. Dan janganlah kalian meminta kepada mereka akan harta di atas kesusahan kalian, maka kalian akan menyangka mereka bakhil. Sebenarnya mereka bukanlah bakhil. Kalian jadilah orang yang amanah dan janganlah menjadi gopoh dan tidak mampu menyimpan rahsia. Jadilah kalian daripada ahli kebenaran, nescaya kalian dikenali dengannya. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dengan kekuasaan-Nya dan menjadikan di kalangan mereka kelebihan dengan ilmu-Nya. Dia menjadikan di kalangan mereka hamba-hamba di mana Dia memilih mereka untuk diri-Nya bagi berhujah dengan mereka ke atas makhluk-Nya. Justeru itu, Dia telah menjadikan petanda kepada orang yang mulia daripada mereka dengan ketaatan terhadap-Nya. Dan petanda kepada orang yang hina daripada mereka dengan kemaksiatan terhadap-Nya. Dia menjadikan pahala orang yang mentaati-Nya dengan berseri mukanya di negeri yang aman dan berkekalan yang tidak menyusahkan ahlinya. Dia menjadikan balasan orang yang melakukan maksiat terhadap-Nya dengan Api Neraka. Firman-Nya di dalam Surah Hud (11): 101, ‘‘Kami tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri”.

Wahai manusia! Sesungguhnya dengan kami Ahl al-Bait, Allah membezakan pembohongan. Dengan kami Allah mencabutkan belenggu kehinaan dari tengkuk kalian. Dengan kami Allah telah membuka sesuatu dan dengan kami Allah menamatkannya. Lantaran itu, ambillah iktibar melalui kami dan musuh kami, melalui petunjuk kami dan petunjuk mereka, melalui sirah kami dan sirah mereka, melalui mayat kami dan mayat mereka. Mereka mati dengan bermacam-macam penyakit seperti bisul dan kudis sementara kami mati dengan perut (racun), pembunuhan dan kesyahidan. Kemudian beliau berpaling kepada anak lelakinya lalu berkata: Wahai anakku! Hendaklah kalian yang besar berbuat baik kepada kalian yang kecil. Dan hendaklah kalian yang besar berlembut kepada kalian yang kecil. Janganlah jadi seperti orang yang bodoh, jahil yang tidak memberi keyakinan kepada Allah.

Demi Tuhan! Aku telah diajari untuk menyampaikan risalah, menyelenggarakan persiapan dan menyempurnakan kalimat. Sebab-sebab telah dibukakan kepadaku. Awan telah diperlakukan kepadaku Alam malakut telah diperlihatkan kepadaku di mana ia tidak pernah luput daripada ingatanku. Perkara yang telah berlalu tidak mengikatku. Tidak ada seorang pun yang berkongsi denganku pada apa yang telah dipersaksikan oleh Tuhanku pada hari penyaksian. Dengan aku, Allah menyempurnakan janji-Nya dan menyempurnakan kalimat-Nya. Akulah al-Ni‘mah yang Allah telah kurniakan kepada makhluk-Nya. Akulah Islam di mana Allah telah meridhainya untuk diri-Nya. Semua itu adalah kurniaan Allah kepadaku. Dan dengannya Allah menghina musuhku. Seorang itu tidak menjadi imam melainkan dia mengetahui ahli wilayahnya sebagaimana firman-Nya dalam Surah al-Ra‘d (13): 7, ‘‘Sesungguhnya engkau hanya memberi ingatan dan setiap kaum ada orang yang menunjukinya”.


BAHAGIAN KEEMPAT

Pembahagian ulama, konsep ilmu dan kaitannya dengan Ahl-al-Bait, kasih-sayang Rasulullah kepada mereka, hadis-hadis palsu, surat-menyurat Ali a.s. dan Mu‘awiyah di Siffin

Pemberitahuan Ali a.s. tentang pembahagian ulama dan manusia

Sulaim bin Qais berkata: Aku telah mendengar Abu al-Hasan a.s. meriwayatkan kepadaku dan berkata: Sesungguhnya Nabi Saw. bersabda: Dua perkara yang tidak pernah kenyang. Cinta kepada Dunia dan cinta kepada Ilmu. Kedua-duanya tidak pernah kenyang. Sesiapa yang memadai daripada Dunia di atas apa yang telah dihalalkan oleh Allah, akan selamat. Sesiapa yang mengambilnya tanpa halal, akan binasa (halaka) melainkan dia bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Sesiapa mengambil ilmu daripada ahlinya dan beramal dengannya, akan berjaya (naja). Sesiapa menghendakinya kerana Dunia, akan binasa dan itulah habuannya. Dan ulama terbahagi kepada dua. Ulama yang beramal dengan ilmunya- ia berjaya dan ulama yang meninggalkan ilmunya- ia binasa. Sesungguhnya ahli Neraka tersiksa dari kebusukkan bau ulama yang meninggalkan ilmunya. Sesungguhnya ahli Neraka yang paling menyesal adalah seorang lelaki yang telah mendakwah seorang hamba Allah. Justeru itu, dia menyahuti dakwahnya dan mentaati Allah. Lantaran itu, dia masuk Syurga. Sementara pendakwah menderhakai Allah. Lantaran itu, dia masuk Neraka kerana meninggalkan ilmunya, menurut hawa nafsunya dan kemaksiatannya terhadap Allah.

Ia mengandungi dua perkara. Menurut hawa nafsu dan panjang angan-angan (tul al-‘amal). Adapun menurut hawa nafsu, maka dia akan menentang kebenaran. Adapun panjang angan-angan, maka dia akan melupai Akhirat. Sesungguhnya Dunia berjalan ke belakang dan Akhirat berjalan ke hadapan. Dan setiap keduanya mempunyai anak-anak (banun), maka jadilah kalian daripada anak-anak Akhirat, jika kalian berupaya. Dan janganlah kalian jadi daripada anak-anak Dunia. Kerana hari ini amal tanpa hisab dan esok hisab tanpa amal. Sesungguhnya permulaan berlakunya fitnah adalah kerana hawa nafsu yang dituruti, hukum-hukum yang dicipta menyalahi hukum Allah dan penggunaan kuasa ke atas orang lain secara berleluasa. Tetapi kebenaran semata-mata, tidak akan ada perselisihan. Begitu juga kebatilan semata-mata, tidak akan diikuti oleh orang yang mempunyai akal, tetapi kedua-duanya diambil sedikit, kemudian dicampur-aduk, maka di sinilah Syaitan menguasai ke atas mereka. Dan berjayalah “orang yang telah memperolehi kebaikan daripada kami”, al-Anbiya’ (21): 101.

Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Bagaimanakah kalian apabila fitnah menyelubungi kalian di mana yang muda membesar di dalamnya sementara yang besar menjadi tua. Lantas mereka mengambilnya sebagai sunnah (sunnatan). Apabila sunnah mereka diubah sedikit sahaja kepada Sunnah Rasulullah Saw., mereka berkata: Orang ramai telah membawa kemungkaran. Kemudian ujian berterusan, fitnah semakin halus sebagaimana api memakan kayu. Kisaran mengeluarkan debu halusnya. Orang ramai mendalami ilmu, tanpa agama dan belajar tanpa amal. Mereka mencari Dunia dengan agama. Kemudian beliau (a.s.) berdepan dengan Ahl Baitnya dan Syi‘ahnya lalu berkata: Sesungguhnya para imam sebelumku telah melakukan perkara-perkara yang besar dan menyalahi Rasulullah (Saw.) dengan sengaja. Jika aku menyuruh orang ramai meninggalkannya dan memindahkan (Maqam Ibrahim) daripada tempatnya ke tempat pada masa Rasulullah (Saw.), nescaya tenteraku akan lari daripadaku sehingga tidak tinggal dalam tenteraku selain daripadaku dan sedikit daripada Syi‘ahku yang telah mengetahui kelebihanku dan imamahku daripada Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.

Apa pendapat kalian, sekiranya aku menempatkan Maqam Ibrahim pada tempat yang telah ditempatkan oleh Rasulullah Saw., mengembalikan Fadak kepada pewaris-pewaris Fatimah a.s., mengembalikan timbangan dan ukuran seperti yang lazim pada zaman Rasulullah Saw., mengembalikan tanah kepada orang yang telah diberikan oleh Rasulullah Saw., mengembalikan rumah Ja‘far kepada pewaris-pewarisnya dan memisahkannya dari Masjid (kerana mereka telah merampas dan memasukkannya ke dalam Masjid), mengembalikan hukum-hukum yang kejam yang dipaksa oleh khalifah-khalifah terdahulu ke atas wanita-wanita dan secara tidak sah dipisahkan daripada suami mereka, mengembalikan jizyah kepda Bani Taghlab, mengembalikan tanah Khaibar yang telah dibahagi-bahagikan, memansuhkan dewan-dewan pemberian dengan meneruskan pemberian kepada semua orang sebagaimana dilakukan pada masa Rasulullah Saw. tanpa menjadikannya tertumpu di kalangan orang kaya, memulihkan pajak bumi, menyamakan kaum Muslimin di dalam masalah nikah kahwin, melaksanakan khumus sebagaimana difardukan Allah SWT, memulihkan Masjid Nabi seperti bentuknya yang asal pada zaman Nabi Saw., menutup pintu-pintu yang dibuka (selepas kewafatan Rasul) dan membuka pintu-pintu yang ditutup (selepas kewafatan Rasul).

Mengharamkan penyapuan di atas al-Khuffain, mengenakan hukum had ke atas peminum nabidh, memerintahkan halalnya Mut‘ah Wanita (nikah Mut‘ah) dan Mut‘ah Haji sebagaimana pada zaman nabi, memerintahkan takbir lima kali dalam solat jenazah, mewajibkan kaum Muslimin membaca Bismillahi r-Rahmani r-Rahim dengan suara yang nyaring pada masa solat, mengeluarkan orang yang dimasukkan bersama Rasulullah Saw. di dalam Masjidnya di mana Rasulullah Saw. telah mengeluarkannya (Abu Bakr dan Umar) memasukkan orang yang telah dikeluarkan selepas Rasulullah Saw. (beliau sendiri) di mana Rasulullah telah memasukkannya, memaksa kaum Muslimin dengan hukum al-Qur’an dan talak menurut Sunnah, mengambil zakat menurut jenis-jenisnya yang sembilan, mengembalikan wuduk basuh dan solat kepada waktunya, syari‘atnya dan tempatnya, mengembalikan ahli Najran ke tempat mereka, mengembalikan layanan terhadap tawanan perang Farsi dan bangsa-bangsa lain kepada kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.

Sekiranya aku melaksanakan semua ini, nescaya mereka akan mengembara meninggalkanku. Demi Allah! ketika aku perintahkan orang supaya tidak melakukan solat jama‘ah di masjid pada bulan Ramadhan kecuali solat-solat fardu dan memberitahu mereka bahawa solat sunat berjama‘ah (tarawih) adalah bid‘ah; sekelompok tenteraku yang pernah berperang di pihakku mulai berteriak: Wahai kaum Muslimin! Ali mahu mengubah sunnah Umar dan bermaksud menghentikan kita dari melakukan solat-solat sunnat Tarawih pada bulan Ramadhan. Mereka berteriak begitu rupa sampai aku khuatir mereka akan memberontak. Sayang! Betapa menderitanya aku berada di hadapan orang yang menentangku sekuat tenaga dan mentaati pemimpin-pemimpin mereka yang sesat (a’immati al-Dalal) dan penyeru-penyeru mereka ke Neraka (al-Du‘at ila al-Nar).

Dan tidak diberi saham kerabat (sahm dhi al-Qurba) melainkan dengan perintah Allah kepada mereka yang disebut di dalam firman-Nya, Surah al-Anfal (8): 41, ‘‘Jika kamu beriman kepada Allah dan apa yang telah diturunkan ke atas hamba kami pada hari perceraian pada hari bertempur dua kaum” Maka kamilah yang dimaksudkan oleh Allah dengan dhi l-Qurba wa l-Yatama wa l-Masakin wa Ibn s-Sabil. Semua mereka adalah daripada kami secara khusus, kerana Dia tidak menjadikan untuk kami saham sedekah (zakat) kerana Allah telah memuliakan Nabi-Nya Saw. dan memuliakan kami dengan Dia tidak memberi makan kepada kami kotoran manusia (zakat).

Wasiat Abu Dhar kepada Ali a.s. dan persoalan mengapa beliau tidak berwasiat kepada Umar

Abban daripada Sulaim: Beliau berkata: Aku telah menyaksikan Abu Dhar sakit pada masa Umar. Maka Umar menziarahinya dan di sisinya Amir al-Mukminin a.s., Salman dan al-Miqdad. Abu Dhar telah berwasiat kepada Ali a.s., beliau telah menulis dan memberi penyaksian kepadanya. Apabila Umar keluar, seorang lelaki daripada keluarga Abu Dhar daripada Bani Ghaffar bertanya: Apakah yang menghalang anda dari memberi wasiat kepada Amir al-Mukminin? Beliau berkata: Aku telah berwasiat kepada Amir al-Mukminin yang sebenar (haqqan). Rasulullah Saw. telah memerintahkan kami dengannya. Kami lapan puluh lelaki daripada Arab dan empat puluh lelaki daripada bukan Arab (al-‘Ajam) telah memberi salam ke atas Ali a.s. untuk memimpin Mukminin. Pada kami, ini yang berdiri (hadha al-Qa’im) aku menamakannya Amir al-Mukminin. Tiada seorangpun sama ada Arab atau al-‘Ajam yang merujukkan (bertanya) kepada Rasulullah Saw. melainkan ini (Umar) dan sahabatnya (Abu Bakr). Mereka berdua telah berkata: Adakah hak daripada Allah dan Rasul-Nya? Beliau Saw. telah bersabda: Wahai Tuhanku! Ya. Hak daripada Allah dan Rasul-Nya. Allah telah memerin tahkan aku dengan demikian itu, maka aku memerintah kalian dengannya.

Sulaim berkata: Aku berkata: Wahai Abu al-Hasan! Wahai Salman! dan wahai al-Miqdad! Kalian sependapat dengan Abu Dhar? Mereka menjawab: Ya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Abu Dhar. Aku berkata: Empat orang yang adil (‘udul), sekiranya seorang sahaja telah memberitahuku, aku tidak mengesyaki mengenainya. Tetapi empat kalian lebih kuat untuk diriku dan mata hatiku (arba’ata-kum asyaddu li-Nafsi wa basirati).

Salman telah menyebut nama lapan puluh orang yang menerima Ali a.s. sebagai pemimpin Mukminin

Aku berkata: Aslaha-ka llahu. Adakah kalian akan menyebut nama lapan puluh orang itu? Maka Salman menyebut nama mereka seorang demi seorang. Kemudian Ali a.s., Abu Dhar dan al-Miqdad berkata: Memang benar apa yang dikatakan oleh Salman rahmatu llahi wa maghfiratu-hu ‘alaihim. Di antara orang yang disebutkannya adalah Abu Bakr, Umar, Abu ‘Ubaidah, Mu‘adh, Salim, lima daripada Ahli al-Syura, Ammar bin Yasir, Sa‘d bin ‘Ubadah, dan sebahagian daripada Ahli al-‘Aqabah, Ubayy bin Ka‘ab, Abu Dhar, al-Miqdad, sebahagian Ahli Badr, sebahagian mereka daripada kaum Ansar. Di kalangan mereka adalah Abu al-Haitham bin al-Taihan, Khalid bin Zaid, Abu Ayyub, Asyad bin Khidir dan Basyir bin Sa‘d.

Sulaim berkata: Aku fikir aku telah berjumpa semua mereka. Aku telah bertanya kepada mereka. Aku telah berjumpa dengan mereka seorang demi seorang.Di kalangan mereka ada yang berdiam diri, tidak memberi apa-apa jawapan kepadaku dan menyembunyikannya daripadaku. Di kalangan mereka ada yang telah memberitahuku. Kemudian beliau berkata: Fitnah telah menimpa kita, ia telah mengambil hati, pendengaran dan penglihatan kita. Ia berlaku apabila Abu Bakr mendakwa telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda selepas itu: “Sesungguhnya kami Ahl al-Bait telah dimuliakan Allah dan Dia telah memilih untuk kami Dunia ke atas Akhirat. Dan sesungguhnya Allah enggan menghimpunkan kenabian dan khilafah”. Abu Bakr telah berhujah sedemikian ke atas Ali a.s. ketika dibawa dengan lehernya terikat untuk memberi bai‘ah. Empat orang membenarkannya dan memberi penyaksian. Mereka adalah Abu ‘Ubaidah, Salim, Umar dan Mu‘adh. Kami menyangka bahawa mereka itu benar.

Manakala Ali memberi bai‘ah, beliau telah memberitahu kami bahawa Rasulullah Saw. telah pun bersabda kepadanya mengenai apa yang dikatakan oleh Abu Bakr itu. Beliau a.s. memberitahu bahawa mereka berlima telah menulis di kalangan mereka satu kitab (surat) perjanjian dan memeterainya di sekitar Ka‘bah bahawa jika Muhammad Saw. mati atau dibunuh, mereka akan menentang Ali (a.s.), mereka akan menjauhkannya daripada khilafah. Mereka meminta empat orang menjadi saksi: Salman, Abu Dhar, al-Miqdad dan al-Zubair. Mereka memberi penyaksian setelah Abu Bakr mewajibkan bai‘ahnya yang dilaknati lagi sesat (bai ‘atu-hu l-Mal‘unah wa Dallatu) ke atas kami. Maka kami telah mengetahui bahawa Ali a.s. tidak sekali-kali meriwa yatkannya daripada Rasulullah Saw. secara batil. Dan para sahabat Muhammad Saw. yang terpilih telah memberi penyaksian kepadanya. Maka berkatalah orang yang berkata ucapan ini: Sesungguhnya kami merenung perkara ini selepas itu, maka kami terlintas sabda Rasulullah Saw. dan kami mendengar: Sesungguhnya Allah mencintai empat orang daripada para sahabatku dan Dia telah memerintahkanku mencintai mereka. Sesungguhnya Syurga merindui mereka (inna l-Jannata tasytaqu ilai-him).

Maka kami bertanya: Siapakah mereka wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Saudaraku, wazirku, warisku, khalifahku pada umatku dan wali kepada setiap Mukmin selepasku adalah Ali bin Abu Talib, Salman al-Farisi, Abu Dhar dan al-Miqdad bin al-Aswad. (Di dalam riwayat yang lain: Sesungguhnya Ali daripada mereka. Lalu beliau diam seketika. Kemudian bersabda: Sesungguhnya Ali daripada mereka, Abu Dhar, Salman dan al-Miqdad). Sesungguhnya kami memohon ampun daripada Allah di atas apa yang kami telah lakukan. Kami telah mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda, tetapi kami tidak mengetahui takwilnya dan maknanya melainkan kebaikan. Beliau bersabda: Akan ditolak di Haudh beberapa kaum yang telah bersahabat dengan ku, terdiri daripada orang yang berkedudukan tinggi di sisiku sehingga apabila mereka berdiri di atas martabat mereka, mereka ditarik selain daripadaku. Maka aku bersabda: Wahai Tuhanku! Sahabatku, sahabatku, maka dijawab kepadaku: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang telah mereka lakukan selepas anda. Mereka sentiasa dalam keadaan kafir-murtad kebelakang semenjak aku berpisah dengan mereka. Sekiranya semenjak Rasulullah Saw. wafat, kami telah menyerahkan khilafah kepada Ali a.s., kami mentaatinya, kami mengikutinya dan kami memberi bai‘ah kepadanya, nescaya kami mendapat hidayah. Tetapi Allah telah melaksanakan ikhtilaf, perpecahan dan bala. Lantaran itu, pasti berlaku apa yang telah Allah ketahui dan “mentakdirkannya”.


Wasiat Abu Dhar kepada Ali a.s. dan persoalan mengapa beliau tidak berwasiat kepada Uthman

Sulaim bin Qais berkata: Aku telah menyaksikan Abu Dhar di Rabdhah ketika diusir oleh Uthman. Beliua telah berwasiat kepada Ali a.s. mengenai keluarga dan hartanya. Ada orang berkata: Kenapa anda tidak mewasiatkan kepada Amir al-Mukminin Uthman? Beliau menjawab: Aku telahpun berwasiat kepda Amir al-Mukminin yang sebenar, Amir al-Mukmunin Ali bin Abu Talib a.s. Kami telah menerimanya untuk kepemimpinan Muslimin pada masa Rasulullah Saw. dengan perintah Rasulullah. Beliau telah bersabda kepada kami: Kalian berilah salam kepada saudaraku, wazirku, warisku, khalifahku pada umatku dan wali kepada setiap Mukmin selepasku untuk kepemimpinan Mukminin, kerana beliau adalah Dhar al-Ardh. Jika kalian tidak mendapatinya lagi, kalian akan mengingkari Bumi dan penghuninya. Maka aku melihat ‘Ijl (anak lembu jantan) umat ini dan Samirinya merujuk kepada Rasulullah Saw. dan berkata: Hak daripada Allah dan Rasul-Nya? Maka Rasulullah (Saw.) menjadi marah dan bersabda: Hak daripada Allah dan Rasul-Nya. Dia telah memerintahkanku sedemikian.

Apabila mereka berdua memberi salam kepada Ali untuk jawatan khalifah, merekapun keluar daripada rumah Ali a.s. dan terus berjumpa para sahabat mereka; Mu‘adh, Salim dan Abu ‘Ubaidah lalu berkata kepada mereka: Apakah gerangan lelaki ini (Rasulullah Saw.) selalu mengangkat sepupunya (Ali a.s.) yang tidak ada guna? (ma balu hadha r-rajuli ma zala yarfa‘u khassisata ibni ‘ammi-hi). Salah seorang daripada mereka berdua pula berkata: Sesungguhnya dia memperelokkan urusan sepupunya (anna-hu la yuhsinu amra ibni ‘ammi-hi). Semua mereka berkata: Tidak ada kebaikan kepada kami di sisinya (Rasulullah Saw.), jika Ali masih hidup (ma la-na ‘inda-hu khairun ma baqiya ‘Ali). Aku berkata: Wahai Abu Dhar! Adakah penerimaan khilafah ini selepas Haji Wida‘ atau sebelumnya? Maka beliau menjawab: Penerimaan pertama adalah sebelum Haji Wida‘. Adapun penerimaan kedua adalah selepas Haji Wida‘. Aku bertanya lagi: Bilakah berlaku perjanjian mereka berlima? Beliau menjawab: Pada Haji Wida‘. Aku bertanya: Beritahuku, aslaha-ka llahu, tentang dua belas orang Ashab al-‘Aqabah yang bertopeng (mutalaththimin) yang mana mereka telah memecut unta betina yang sedang ditunggang oleh Rasulullah Saw. (an yunfiru bi Rasulillah al-Naqata), bilakah ia berlaku? Beliau menjawab: Di Ghadir Khum, dalam perjalanan Rasulullah (Saw.) dari Haji Wida‘. Aku berkata: Aslaha-ka llahu, adakah anda telah mengenali mereka? Beliau menjawab: Ayyi wa llah, semua mereka. Aku bertaya: Dari manakah anda mengenali mereka sedangkan Rasulullah Saw. telah merahsiakan mereka kepada Hudhaifah? Beliau berkata: Ammar bin Yasir pemandu, sementara Hudhaifah adalah penarik. Maka beliau Saw. telah memerintahkan Hudhaifah supaya merahsiakannya (al-Kitman) dan tidak memerintah Ammar sedemikian. Aku berkata: Sebutkan nama-nama mereka kepadaku? Beliau berkata: Lima Ashab al-Sahifah, lima Ashab al-Syura, ‘Umru ibn al- ‘As dan Mu‘awiyah.

Aku berkata: Aslaha-ka llahu. Bagaimanakah Ammar dan Hudhaifah menghadapi mereka selepas Rasulullah (Saw.)? (Di dalam riwayat yang lain: Bagaimanakah Ammar dan Hudhaifah bertolak-ansur dengan mereka selepas Rasulullah?). Beliau menjawab: Mereka telah melahirkan taubat dan penyesalan (al-Nadamah) selepas itu. ‘Ijl mereka telah mendakwa satu kedudukkan (manzilatan), lalu dipersaksikan oleh Samiri mereka dan tiga orang yang bersama mereka bahawa mereka mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda sedemikian. Maka mereka berkata: Mudah-mudahan perkara itu berlaku selepas pertama. Maka dia telah mengadu pada orang yang disyaki di kalangan mereka. Tetapi mereka berdua telah bertaubat. Sulaim bin Qais berkata: Aku telah berjumpa Ammar pada masa pemerintahan Uthman selepas kematian Abu Dhar. Aku memberitahunya apa yang dikatakan Abu Dhar. Beliau berkata: Memang benar saudaraku (Abu Dhar), sesungguhnya beliau adalah lebih baik dan lebih benar daripada apa yang diberitahukan oleh Ammar daripada apa yang beliau tidak dengar daripadanya. Maka aku berkata: Aslaha-ka llahu dengan apakah anda telah membenarkan Abu Dhar?

Beliau berkata: Aku naik saksi sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Langit dan bumi jarang sekali mempunyai orang di mana percakapannya lebih benar dan lebih baik daripada Abu Dhar. Aku berkata: Wahai Rasulullah! Tidak ada daripada Ahl Bait anda? Beliau bersabda: Aku maksudkan orang selain daripada mereka. Kemudian aku berjumpa Hudzaifah di al-Mada’in. Aku datang kepadanya dari Kufah. Aku sebutkan kepadanya apa yang dikatakan oleh Abu Dhar. Maka dia berkata: Subhana llah! Abu Dhar adalah lebih benar dan lebih baik daripada meriwayatkan daripada Rasulullah (Saw.) apa yang tidak disabdakan olehnya.

Nabi Saw. memasuki rumah Fatimah a.s. ketika beliau sedang memasak

Abban daripada Sulaim berkata: Ali bin Abu Talib salawatu llahi alaihi, Salman, Abu Dhar, al-Miqdad telah memberitahuku dan Abu al-Juhhaf Daud bin Abi ‘Auf al-‘Uafi meriwayatkan daripada Abu Sa‘id al-Khudri berkata: Rasulullah (Saw.) telah memasuki (rumah) Fatimah a.s. ketika beliau sedang memasak makanan untuk keluarganya. Ali a.s. sedang tidur di sudut rumah. Sementara al-Hasan dan al-Husain sedang tidur di sebelahnya. Maka Rasulullah Saw. duduk bersama Fatimah a.s. lalu bercakap kepadanya di mana beliau a.s. sedang memasak tanpa pembantu .

Al-Hasan dan al-Husain bangun daripada tidur dan berkata: “Wahai bapaku! Be rilah aku minum”

Tiba-tiba al-Hasan a.s. bangun dan terus datang kepada Rasulullah (Saw.) dan berkata: Wahai bapaku! Berilah aku minum. (Di dalam riwayat yang lain: Wahai datukku! Berilah aku minum). Maka Rasulullah (Saw.) telah mengambilnya kemudian berdiri berhampiran unta betinanya lalu memerah susunya dengan tangan. Kemudian beliau membawa mangkuk (‘ulbah) yang penuh dengan susu untuk diminum oleh al-Hasan. Maka al-Husain a.s. pun bangun dan berkata: Wahai bapaku! Berilah aku minum. Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Wahai anak lelakiku! Saudara anda adalah lebih besar daripada anda dan beliau telah memintaku memberikan minuman kepadanya sebelum anda. Maka al-Husain a.s. berkata: Berilah aku minum sebelumnya. Maka Rasulullah (Saw.) mulai mengucupnya dan melembutkannya sambil meminta supaya membi arkan saudaranya minum. Tetapi al-Husain a.s. enggan, lantas Fatimah a.s. berkata: Wahai bapa ku! Seolah-olah anda mencintai al-Husain lebih daripada al-Hasan? Beliau bersabda: Aku bukanlah mencintainya lebih daripada al-Hasan. Sesungguhnya mereka berdua di sisiku adalah sama (inna-huma ‘indi la-sawa’). Hanya al-Hasan telah memintaku memberi minum kepadanya lebih awal. Sesungguhnya aku, anda, mereka berdua dan yang sedang tidur akan ke Syurga dalam satu darjat.

Beliau berkata: Ali a.s. sedang tidur dan beliau tidak tahu apa yang berlaku. Beliau berkata: Pada suatu hari Rasulullah (Saw.) telah melalui mereka berdua yang sedang bermain, lalu Rasulullah (Saw.) mengambil mereka berdua dan meletakkan mereka di atas bahunya. Kemudian beliau terserempak dengan seorang lelaki. (Di dalam riwayat yang lain: Beliau terserempak dengan Abu Bakr lalu berkata: Sebaik-baik pengembara adalah anda.

Sabda Rasulullah Saww. kepada Abu Bakr: “Sebaik-baik orang yang menunggang adalah mereka berdua”

Rasulullah (Saw.) bersabda: Sebaik-baik orang yang menunggang adalah mereka berdua. Mereka berdua adalah dua cahaya mataku di dunia. Beliau berkata: Manakala beliau sampai bersama mereka berdua di rumah Fatimah, mereka mulai ‘bermain gusti’. Maka Rasulullah (Saw.) mulai bersabda: Hih ya Hasan. Maka Fatimah a.s. berkata: Adakah anda bersabda: Hih ya Hasan sedangkan beliau lebih besar daripadanya? Rasulullah (Saww.) bersabda: Ini Jibril berkata: Hih ya Husain. Maka al- Husain melawan al-Hasan. Beliau berkata: Pada suatu hari Rasulullah (Saw.) melihat kepada kedua-duanya dan bersabda: Dua ini, demi Tuhan! Adalah penghulu pemuda Syurga dan bapa mereka berdua adalah lebih baik daripada mereka berdua. Sesungguhnya orang yang paling baik di sisiku, paling kucintai dan kumuliakan adalah Ali bapa kalian berdua, kemudian ibu kalian berdua. Tidak ada di sisi Allah seorangpun yang lebih baik (afdal) daripadaku dan saudaraku, wazirku, khalifahku pada umatku dan wali kepada setiap Mukmin selepasku iaitu Ali bin Abu Talib (a.s.).

Apabila beliau mati, maka anak lelakiku al-Hasan selepasnya. Apabila beliau mati, maka anak lelakiku al-Husain selepasnya. Kemudian sembilan imam daripada keturunan al-Husain, pembimbing Ilahi. Mereka bersama kebenaran dan kebenaran adalah bersama mereka. Mereka tidak akan berpisah dengannya dan kebenaran tidak akan berpisah dengan mereka sehingga Hari Kiamat. Merekalah Dhar al Ard di mana Bumi “bersandar” kepada mereka. Mereka adalah tali Allah yang kukuh (Hablu llahi l-Matin). Mereka adalah ikatan Allah yang teguh (‘Urwatu l-Wuthqa) yang tidak akan bercerai. Mereka adalah hujah-hujah Allah di Bumi-Nya dan para saksi-Nya di atas makhluk-Nya, khazanah ilmu-Nya dan galian hikmah-Nya. Kedudukan mereka sepertilah bahtera Nuh. Sesiapa yang menaikinya berjaya dan siapa yang tidak menaikinya akan tenggelam. Kedudukan mereka sepertilah Pintu Taubat Bani Israil (Bab Hittah). Sesiapa yang memasukinya adalah Mukmin dan sesiapa yang keluar daripadanya adalah kafir. Allah telah mewajibkan di dalam al-Qur’an mentaati mereka dan mewalikan mereka. Sesiapa yang mentaati mereka, maka dia mentaati Allah. Dan sesiapa yang menderhakai mereka, maka dia menderhakai Allah.

Dan beliau berkata: Al-Husain a.s. telah datang kepada Rasulullah (Saw.) di mana Rasulullah sedang sujud, lantas beliau melangkahi beberapa saf sehingga menghampiri Nabi (Saw.), lalu naik di atas belakangnya. Rasulullah (Saw.) berdiri dan meletakkan tangannya di atas belakang al-Husain a.s. dan tangannya yang satu lagi di atas lututnya sehingga beliau menyelesaikan solatnya. Pada suatu ketika al-Husain a.s. mendatangi Nabi (Saw.) yang sedang memberi khutbah di atas mimbar, lalu naik di atas bahu Nabi (Saw.) dan menghulurkan kedua kakinya kepada dada Nabi Saw. yang sedang berkhutbah. Lantas beliau memegangnya sehingga menyelesaikan khutbahnya.

Ucapan ‘Umru ibn al-‘As di Syam dan kecamannya terhadap Ali a.s.

Abban daripada Sulaim berkata: Amir al-Mukminin salawatu llahi ‘alaihi telah menyampaikan bahawa ‘Umru ibn al-‘As memberi khutbah kepada orang ramai di Syam dan berkata: Rasulullah (Saw.) telah mengutusku dalam satu misi tentera bersama Abu Bakr dan Umar. Maka aku menyangka bahawa beliau mengutusku kerana kemuliaanku di sisinya. Semasa aku datang, akupun berkata: Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang paling anda cintai? Beliau menjawab: ‘Aisyah. Aku berkata: Di kalangan lelaki? Beliau menjawab: Bapanya. Wahai manusia! Ini Ali mencaci Abu Bakr, Umar dan Uthman. Aku mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda: Sesungguhnya Allah telah menetapkan kedamaian di lidah Umar dan hatinya. Dan beliau bersabda kepada Uthman: Sesungguhnya Malaikat malu kepada Uthman. Diriwayatkan pada masa Umar, sesungguhnya Nabi Allah telah melihat kepada Abu Bakr dan Umar yang sedang datang maka beliau bersabda: Wahai Ali! Kedua-dua ini adalah penghulu orang tua di Syurga bagi orang terdahulu dan terkemudian selain daripada nabi-nabi mursalin. Dan janganlah anda memberitahu kepada mereka berdua sedemikian nescaya mereka berdua akan binasa.

Ucapan Ali a.s. menjawab tuduhan dan pembohongan ‘Umru ibn al-‘As

Lantas Ali a.s. berdiri dan berkata: Aneh bagi taghut ahli Syam mereka telah menerima kata-kata ‘Umru dan membenarkannya. Berapa banyak kata-katanya, pembohongannya dan kurang waraknya telah membohongi Rasulullah (Saw.). Dan sesungguhnya beliau (Saw.) telah melaknatinya lebih daripada tujuh puluh kali dan melaknati sahabatnya yang diseru olehnya beberapa kali. Ini berlaku apabila dia menghina Rasulullah (Saw.) dengan tujuh puluh bait qasidah. Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Wahai Tuhanku! sesungguhnya aku tidak akan mengemukakan syair dan aku tidak pula menghalalkannya. Maka Kau laknatilah dia bersama-sama Malaikat pada setiap bait satu laknat sehingga Hari Kiamat. Kemudian apabila mati Ibrahim bin Rasulullah (Saw.), dia berdiri dan berkata: Sesungguhnya Muhammad telah terputus zuriatnya (abtar). Sesungguhnya aku adalah orang yang paling benci kepadanya dan orang yang paling kuat mengatakan keburukan kepadanya. Maka Allah menurunkan firman-Nya di dalam Surah al-Kauthar (108): 3 kepadanya. ‘‘Sesungguhnya orang yang membencimu akan musnah”, yakni musnah daripada iman dan daripada segala kebaikan yang didapati daripada umat ini, sama ada akibat daripada pembohonganya atau kemunafikannya. Seolah-olah aku berada di hadapan pembaca-pembaca lemah yang bertungkus-lumus meriwayatkan hadisnya dan membenarkannya. Mereka berhujah ke atas kami Ahl al-Bait dengan pembohongannya bahawa kami berkata: Sebaik-baik umat ini adalah Abu Bakr dan Umar. Dan seandainya mahu, anda tambah sahaja yang ketiga. Demi Tuhan! dia tidak mahu kata-katanya tentang ‘Aisyah dan bapanya melainkan bagi mendapatkan keridhaan Mu‘awiyah. Sesungguhnya dia berusaha untuk mendapatkan keridhaannya dengan kemurkaan Allah. Adapun kata-katanya yang dia menyangka telah mendengarnya daripadaku, adalah tidak benar.
Demi Dia yang mengembangkan bijian dan menciptakan makhluk hidup, sesungguhnya Dia mengetahui bahawa dia telah membohongiku secara yakin. Sesungguhnya Allah tidak akan mendengarkannya daripadaku secara tersembunyi maupun secara terang-terangan. Wahai Tuhanku! Laknatlah ‘Umru dan laknatlah Mu‘awiyah kerana mereka berdua menentang jalan Anda dan pembohongan mereka berdua terhadap Kitab Anda dan memandang ringan terhadap Nabi Anda serta melakukan pembohongan ke atasnya dan ke atas aku.

Mu‘awiyah memerintahkan supaya diriwayatkan hadis-hadis palsu bagi menghina Ali a.s.

Sulaim berkata: Kemudian Mu‘awiyah telah menyeru Qurra’ ahli Syam (qari/guru agama) dan kadi-kadi mereka, lalu memberi mereka harta-harta dan menggalakkan mereka di segenap pelusuk negeri supaya meriwayatkan hadis-hadis palsu (al-Riwayat al-Kadhibah), dan meletakkan asas-asas yang batil dan memberitahu mereka bahawa Ali telah membunuh Uthman dan membersihkan diri daripada Abu Bakr dan Umar. Sesungguhnya Mu‘awiyah telah menuntut darah Uthman bersama-samanya Abban bin Uthman dan anak-anak Uthman yang lain sehingga mereka dapat menguasai hati ahli Syam dan menyatukan mereka selama dua puluh tahun.
Dia telah mengemukakan kepada pembantu-pembantunya yang batil dengan makanan dan minuman serta pemberian tanah sehingga yang kecil menjadi besar dan yang besar menjadi tua. Mereka melaknati Ali, pembunuh Uthman. Keadaan itu berterusan disebabkan kejahilan orang ramai, kerana mereka mengikut para imam yang sesat dan penyeru-penyeru kepada Neraka. Allah adalah cukup bagi kita dan Dia adalah sebaik-baik wakil. Firman-Nya di dalam Surah al-An‘am (6): 35 “Sekiranya Allah mahu, nescaya Dia kumpulkan mereka di atas petunjuk”.

Surat Mu‘awiyah kepada gabenor Ziyad tentang Syi‘ah Ali a.s.

Abban daripada Sulaim berkata: Penulis Ziyad bin Samiyyah adalah seorang Syi‘i, dan beliau adalah sahabatku. Beliau membacakan kepadaku surat yang ditulis oleh Mu‘awiyah kepada Ziyad sebagai jawapan kepada suratnya.
Amma ba‘d (adapun kemudian daripada itu), sesungguhnya anda telah menulis kepadaku bertanyakan tentang Arab, siapakah yang paling mulia daripada mereka, siapakah yang paling hina, siapakah yang paling akrab, siapakah yang paling jauh, siapakah yang paling aman dan siapakah yang paling ditakuti?
Aku, wahai saudaraku, adalah orang yang paling mengetahui tentang Arab. Aku melihat kepada suku daripada Yaman, maka aku memuliakan mereka pada lahirnya (‘Alaniyyati), tetapi aku menghina mereka secara senyap-senyap (fi s-Sirri). Demikianlah aku telah lakukan kepada mereka. Aku memuliakan mereka pada majlis-majlis mereka dan aku menghina mereka ketika bersendirian. Mereka adalah orang yang paling jahat di sisiku. Kelebihan anda dan kemurahan anda selain daripada mereka, adalah rahsia daripada mereka.
Aku melihat kepada Rabi‘ah ibn Nazar, maka aku memuliakan ketua-ketua mereka dan aku menghina orang awam mereka. Kerana orang awam mereka mengikut ketua-ketua mereka. Aku melihat kepada Mudar, maka aku lakukan polisi pecah dan perintah. Kerana jika anda melakukan sedemikian, maka itu adalah cukup untuk membendung yang lain. Aku melihat kepada al-Mawali (asal hamba) dan orang yang memeluk Islam daripada orang ‘Ajam, maka lakukanlah kepada mereka dengan sunnah Umar bin al-Khattab. Kerana itu adalah satu penghinaan kepada mereka bagi mengahwini Arab dan Arab pula tidak boleh mengahwini mereka. Sementara Arab boleh mewarisi mereka, dan mereka pula tidak boleh mewarisi Arab.
Hendaklah anda memotong pemberian dan upah kepada mereka. Jika mereka dihantar ke Medan perang, tugas mereka adalah membaiki jalan dan memotong pokok-pokok. Tidak seorangpun daripada mereka dibenarkan untuk menjadi imam kepada orang Arab di dalam solat. Tidak seorangpun daripada mereka dibenarkan berada di saf pertama di dalam solat jika ia dihadiri oleh Arab melainkan bagi memenuhi saf. Janganlah anda melantik seorangpun daripada mereka ke kampung-kampung pendalaman Muslimin. Tidak seorangpun daripada mereka dibenarkan bagi melakukan hukuman ke atas Muslimin. Kerana ini adalah sunnah dan sirah Umar pada mereka. Balasan-Nya daripada umat Muhammad dan Bani Umayyah secara khusus adalah sebaik-baik balasan.
Sekiranya dia (Abu Bakr) dan sahabatnya (Umar) tidak melakukannya dengan kekuatan dan kekerasan pada agama Allah, nescaya kami dan semua umat akan menjadi Mawali kepada Bani Hasyim. Mereka mewarisi khilafah seorang demi seorang sebagaimana Kaisar dan Kisra. Tetapi Allah telah mengeluarkannya daripada Bani Hasyim dan menjadikannya untuk Bani Taim bin Murrah, kemudian keluar kepada Bani ‘Adi bin Ka‘ab. Tidak ada pada Quraisy dua suku yang lebih hina daripada kedua-duanya. Aku tidak bertolak-ansur, lalu mereka berdua memberi laluan kepada kami mengenainya. Kami lebih berhak dengannya daripada mereka berdua dan keturunan mereka berdua, kerana kami mempunyai kekayaan dan mahir di dalam peperangan. Kami adalah lebih akrab kepada Rasulullah tentang pertalian rahim daripada mereka berdua.
Kemudian sahabat kami Uthman telah mendapatnya melalui Syura dan keridhaan umum selepas Syura selama tiga hari yang terdiri daripada enam ahli. Tetapi ada orang yang telah mendapatnya tanpa Syura sebelumnya. Manakala sahabat kami dibunuh secara zalim, maka kami telah mendapatkannya, kerana siapa yang dibunuh secara zalim maka kami jadikan kekuasaan (sultanan) bagi walinya.
Wahai saudaraku! Jika Umar telah menjadikan diyah hamba separuh diyah al-Mawali sebagai sunnahnya, nescaya ia adalah lebih hampir kepada takwa. Jika aku dapati jalan kepadanya, aku harap orang ramai akan menerimanya nescaya aku akan melakukannya. Tetapi aku hampir dengan peperangan, maka aku takut perpecahan orang ramai dan perselisihan mereka ke atasku. Cukuplah apa yang telah disunnahkan oleh Umar pada mereka sebagai penghinaan kepada mereka.(Di dalam riwayat yang lain: Wahai saudaraku! Sesungguhnya jika Umar tidak menjadikan diyah al-Mawali separuh daripada diyah Arab sebagai sunnah, demikian itu lebih hampir kepada takwa, nescaya Arab tidak ada kelebihan ke atas orang ‘Ajam).
Apabila sampai suratku ini, maka hinalah orang ‘Ajam dan janganlah anda meminta tolong dengan seorangpun daripada mereka dan janganlah anda menunaikan hajat mereka. Demi Tuhan! Sesungguhnya anda adalah anak lelaki Abu Sufyan. Anda telah keluar daripada sulbinya. Sesungguhnya anda memberitahuku dan anda di sisiku wahai saudaraku adalah benar. Anda telah membaca surat Umar kepada al-Asy‘ari di Basrah, anda pada masa itu penulisnya sedangkan dia adalah gabenornya di Basrah.
Anda adalah orang yang paling hina di sisinya, anda pada hari itu terasa hina diri kerana anda menyangka anda adalah maula Thaqif. Jika anda mengetahui pada hari itu secara yakin seperti keyakinan anda pada hari ini bahawa anda adalah anak lelaki Abu Sufyan, nescaya anda membesarkan diri anda dan anda menjadi sombong menjadi penulis (kerani) kepada al-Asy‘ari. Anda dan kami mengetahui secara yakin bahawa Abu Sufyan mengikut jejak langkah Umayyah bin ‘Abd Syamsin. Ibn Abi Mu‘it memberitahuku bahawa sesungguhnya anda telah membaca surat Umar kepada Abu Musa al-Asy‘ari.
Dia telah menghantar kepadanya tali sepanjang lima jengkal (Asybar) dan berkata kepadanya: Bentangkannya kepada ahli Basrah. Sesiapa yang anda dapati daripada al-Mawali dan orang ‘Ajam yang memeluk Islam sepanjang lima jengkal, maka kemukakannya dan penggalkan kepalanya. Lantaran itu, Abu Musa telah bermesyuarat dengan anda mengenainya, maka anda menentangnya dan anda memintanya supaya merujuk balik, maka dia melakukannya. Lantas anda membawa surat itu kepada Umar. Anda melakukannya kerana ta‘assub anda kepada al-Mawali. Anda pada masa itu menyangka bahawa anda adalah hamba kepada Thaqif. Anda selalu bersama Umar sehingga anda membuatnya meninggalkan pendapatnya. Dia ditakutkan oleh perpecahan orang ramai, lalu meninggalkan pendapatnya.
Anda berkata kepadanya: Apa yang membuat anda terasa selamat sedangkan anda memusuhi Ahl Bait ini. Mereka akan datang beramai-ramai kepada Ali bagi menentang anda. Lantaran itu, dia akan menghilangkan kerajaan anda? Justeru itu, berhentilah daripada melakukannya. Aku tidak tahu wahai saudaraku bahawa anak yang lahir daripada Abu Suftan lebih menjadi ancaman ke atas mereka seperti anda menolak pendapat Umar dan anda telah menghalangnya.
Dan dia memberitahuku bahawa apa yang membuatnya mengubah pendapatnya di dalam memerangi mereka kerana anda berkata bahawa anda telah mendengar Ali bin Abu Talib berkata: Orang A‘jam akan menentang kalian kembali kerana agama ini, sebagaimana kalian telah memukul mereka pada permulaan. Dan dia berkata: Allah akan memenuhi tangan-tangan kalian daripada orang A‘jam untuk menjadi singa yang tidak akan lari, maka mereka akan memenggal kepala kalian dan akan mengalahkan kalian daripada kumpulan kalian. Dia berkata kepada anda bahawa dia telah mendengarnya daripada Rasulullah (Saw.). Maka inilah yang mendorongku untuk menulis surat ini kepada sahabat anda di dalam memerangi mereka. Aku telah berazam untuk menulis kepada semua gabenorku di seluruh negara.
Maka aku berkata kepada Umar: Janganlah anda lakukan, wahai Amir al-Mukminin!. Aku tidak berasa aman kerana Ali akan menyeru mereka untuk membantunya. Mereka adalah ramai dan anda mengetahui tentang keberanian Ali dan Ahl Baitnya serta permusuhannya terhadap anda dan sahabat anda. Justeru itu, anda telah menolak pendapatnya. Anda memberitahuku bahawa anda menolaknya di atas dasar asabiyah dan anda tidak akan berpatah balik sebagai pengecut. Anda memberitahuku bahawa anda telah memberitahu Ali semasa pemerintahan Uthman, maka dia memberitahu anda bahawa pemegang-pemegang bendera hitam (Ashab Rayat al-Sud) yang datang dari Khurasan adalah orang A‘jam. Merekalah yang akan mengalahkan Bani Umayyah di atas kerajaan mereka dan membunuh mereka di mana-mana.
Sekiranya anda, wahai saudaraku! Tidak menolak pendapat Umar mengenainya, nescaya sunnah telah berlaku dan Allah memusnahkan mereka dan khalifah-khalifah selepasnya akan menjadikannya sunnah sehingga tidak tinggal seorangpun daripada mereka. Mereka membahayakan agama. Alangkah banyaknya apa yang telah disunnahkan oleh Umar pada umat ini yang menyalahi Sunnah Rasulullah, tetapi orang ramai mengikutinya dan mengambilnya sebagai sunnah.
Lantaran itu, ini adalah seperti sebahagian daripadanya. Antaranya dia telah memindahkan Maqam Ibrahim daripada tempat yang telah diletakkan oleh Rasulullah, gantang Rasulullah dan cupaknya ketika dia mengubah dan menambahkannya, larangannya terhadap orang yang berjanabah daripada melakukan tayammum, dan banyak lagi perkara yang bermacam-macam yang melebihi seribu bab, tetapi yang paling besar, paling kami sukai dan menyenangkan kami adalah hilangnya khilafah daripada Bani Hasyim (wa aqarru-ha li a‘yini-na za’ilatu l-khilafati min Bani Hasyim), daripada ahlinya dan tempatnya.
Kerana khilafah tidak layak selain daripada mereka dan Bumi tidak layak melainkan dengan mereka. Apabila anda membaca suratku ini, maka rahsiakan isi kandungannya dan musnahkannya Dia berkata: Manakala Ziyad membaca surat tersebut, dia menghentaknya ke tanah kemudian datang kepadaku sambil berkata: Neraka Wail bagiku, daripada apa yang telah aku keluar dan pada apa yang telah aku masuk. Aku adalah daripada Syi‘ah Ali Muhammad, lalu aku memasuki Syi‘ah Syaitan, partinya dan Syi‘ah orang yang telah menulis surat ini. Sesungguhnya perumpamaanku demi Tuhan! Seperti Iblis yang enggan sujud kepada Adam kerana takbur, kafir dan hasad.

Sabda Nabi Saw. kepada ‘Aisyah supaya tidak menyakiti hatinya berkenaan dengan Ali a.s.

Sulaim berkata: Aku telah mendengar Salman, Abu Dhar dan al-Miqdad, lalu aku bertanya kepada Ali bin Abu Talib mengenainya. Maka beliau berkata: Mereka memang benar (sadaqu). Mereka berkata: Ali a.s. telah masuk berjumpa Rasulullah Saw. dan ‘Aisyah sedang duduk di belakangnya. Rumah dipenuhi dengan ahlinya. Di kalangan mereka terdapat lima Ashab al-Shifah dan lima Ashab al-Syura, maka beliau tidak mendapati ruang duduk Maka Rasulullah (Saw.) telah memberi isyarat kepadanya di sini (ha huna) iaitu di belakangnya. ‘Aisyah sedang duduk di belakangnya dan di atasnya pakaian (kisa’). Maka Ali (a.s.) datang dan duduk di antara Rasulullah dan ‘Aisyah. Maka ‘Aisyah menjadi marah dan berkata: Rumahku tidak ada ruang lagi untuk anda.
Lalu Rasulullah (Saw.) menjadi marah dan bersabda: Wahai Humaira’! Janganlah anda menyakitiku pada sudaraku Ali, kerana beliau adalah Amir al-Mukminin, penghulu Muslimin, yang mempunyai muka yang berseri-seri pada Hari Kiamat, Allah mendudukkannya di atas titian (Sirat). Beliau yang membahagikan Neraka. Beliau memasukkan para walinya ke Syurga dan memasukkan musuh-musuhnya ke Neraka.

Surat Mu‘awiyah kepada Ali a.s. yang dihantar oleh Abu al-Darda’ dan Abu Hurai rah

Abban daripada Sulaim berkata: Abu Hurairah al-‘Abdi menyangka sesungguhnya dia telah mendengarnya daripada Umar ibn Abi Salmah bahawa Mu‘awiyah memanggil Abu Darda’ dan kami bersama Amir al-Mukminin (a.s.) di Siffin. Dan dia memanggil Abu Hurairah. Kemudian dia berkata kepada mereka berdua: Kalian berdua pergilah kepada Ali, maka sampaikan salamku kepadanya dan katakan kepadanya: Demi Tuhan! Sesungguhnya aku mengetahui bahawa anda adalah orang yang paling aula dengan khilafah, dan lebih berhak dengannya daripadaku. Kerana anda daripada Muhajirin yang terawal dan aku daripada Tulaqa’. Aku bukan seperti anda yang terawal masuk Islam, kekerabatan anda dengan Rasulullah, keilmuan anda dengan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Kaum Muhajirin dan Ansar telah memberi bai‘ah kepada anda selepas mereka bermesyuarat selama tiga hari. Kemudian mereka mendatangi anda dan memberi bai‘ah kepada anda secara sukarela, tanpa paksaan. Dan orang pertama yang memberi bai‘ah kepada anda adalah Talhah dan al-Zubair. Kemudian mereka berdua telah menarik bai‘ah daripada anda, menzalimi anda dan menuntut apa yang mereka tidak ada hak. Telah sampai kepadaku bahawa anda menguzurkan diri daripada pembunuhan Uthman dan anda membersihkan diri daripada darahnya. Anda menyangka bahawa dia dibunuh semasa anda berada di rumah anda. Sesungguhnya anda berkata ketika dia dibunuh: Wahai Tuhanku! Aku tidak meridhainya dan cenderung kepadanya.

Dan anda telah berkata kepadanya pada Hari Jamal ketika mereka menyeru: Wahai pemberon tak-pemberontak Uthman! Anda berkata: Tundukkan pembunuh-pembunuh Uthman hari ini, kerana muka-muka mereka ke Neraka. Adakah kami telah membunuhnya? Sesungguhnya dia telah dibunuh oleh mereka berdua dan isteri-isteri mereka berdua. Mereka telah memerintah kan pembunuhannya dan aku pada masa itu berada di rumahku. Aku adalah sepupu Uthman dan orang yang menuntut darahnya. Sekiranya perkara tersebut sebagaimana anda katakan, maka berilah kepada kami pembunuh-pembunuh Uthman, kami akan membunuh mereka wahai sepupu kami dan kami akan memberi bai‘ah kepada anda dan menyerahkan urusan khilafah kepada anda. Ini adalah yang pertama. Adapun yang kedua: Mata-mataku telah memberitahuku dan surat-surat daripada para penyokong Uthman telah sampai kepadaku dan di kalangan mereka ada yang berperang bersama anda. Kami menganggapnya sebagai orang yang sependapat dengan anda dan meridhai perintah anda. Tetapi hawa nafsunya bersama kami dan hatinya di sisi kami, namun jasadnya bersama anda dan anda melahirkan (kepatuhan) kepada wilayah Abu Bakr dan Umar serta berlembut dengan mereka berdua sedangkan anda tidak melakukan sedemikian kepada Uthman dan anda tidak melaknatinya.

Telah sampai kepadaku bahawa anda apabila bersama kumpulan anda yang jahat dan Syi‘ah anda yang sesat lagi pembohong, anda membersihkan diri anda daripada Abu Bakr, Umar dan Uthman serta melaknati mereka. Anda mendakwa bahawa anda adalah wasi Rasulullah (Saw.) pada umatnya dan khalifahnya pada mereka. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ke atas Muslimin mentaati anda dan memerintahkan supaya menjadikan anda sebagai wali di dalam Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan Muhammad melakukan sedemikian itu pada umatnya dan menurunkan ke atasnya firman-Nya dalam Surah al-Ma’idah (5): 67 “Hai Rasul! Sampaikan apa yang telah diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu dan sekiranya kamu tidak melakukannya, maka kamu tidak menyampaikan amanat-Nya dan Allah akan memelihara kamu daripada (gangguan) manusia” Maka beliau telah mengumpulkan Quraisy, Ansar dan Bani Umayyah di Ghadir Khum. Beliau telah menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah kepada anda. Beliau memerintahkan supaya orang yang datang menyampaikannya kepada orang yang tidak datang. Beliau memberitahu mereka bahawa anda adalah aula dengan mereka daripada diri mereka sendiri dan kedudukan anda di sisinya sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa. Dan telah sampai kepadaku bahawa anda tidak memberi khutbah melainkan anda berkata sebelum anda turun dari mimbar anda: Demi Tuhan! Sesungguhnya aku adalah orang yang paling aula dan aku masih dizalimi semenjak Rasulullah (Saw.) wafat.

Sekiranya apa yang sampai kepadaku mengenai anda itu adalah benar, maka kezaliman Abu Bakr dan Umar terhadap anda adalah lebih besar daripada kezaliman Uthman. Kerana telah sampai kepadaku bahawa anda berkata: Rasulullah (Saw.) wafat dan kami adalah saksi-saksinya. Umar telah memberi bai‘ah kepada Abu Bakr tanpa meminta anda menjadi pemimpin dan tidak pula bermesyuarat dengan anda. Dua lelaki itu telah bertengkar dengan kaum Ansar dengan hak anda, hujah anda dan kekerabatan anda dengan Rasulullah (Saw.). Sekiranya mereka berdua menerima anda dan memberi bai‘ah kepada anda, nescaya Uthman adalah orang yang paling cepat melakukannya kerana kekerabatan anda dengannya dan hak anda ke atasnya; dia adalah sepupu anda (dua kali). Abu Bakr menjadi khalifah, kemudian memberinya kepada Umar ketika matinya tanpa bermesyuarat dengan anda dan tidak pula meminta anda menjadi khalifah ketika dia melantiknya.

Kemudian Umar menjadikan anda Ahli Syura di kalangan kalian berenam. Dia mengeluarkan kaum Muhajirin, Ansar dan selain daripada mereka. Maka kalian melantik Ibn ‘Auf pada hari ketiga semasa kalian melihat orang ramai berhimpun dan menghunus pedang mereka. Mereka bersumpah dengan nama Allah bahawa sekiranya matahari terbenam dan kalian masih tidak memilih salah seorang daripada kalian, mereka akan memenggal kepala kalian. Mereka akan melaksanakan perintah Umar dan wasiatnya. Maka kalian melantik Ibn ‘Auf, lalu dia memberi bai‘ah kepada Uthman. Lalu kalian memberi bai‘ah kepadanya. Kemudian Uthman dikepong, lalu dia meminta bantuan, tetapi kalian tidak membantunya. Dia telah menyeru kalian, tetapi kalian tidak menyahut seruannya. Bai‘ahnya berada di tengkuk kalian, wahai kaum Muhajirin dan Ansar! Kalian menjadi saksi, kalian membenarkan orang-orang Mesir sehingga mereka membunuhnya dan beberapa kumpulan daripada kalian telah membantu pembunuhannya. Orang ramai telah menghinanya, maka kalian dalam perkara ini adalah antara pembunuh, pesuruh dan pengecut. Kemudian orang ramai memberi bai‘ah kepada anda dan anda lebih berhak dengannya daripadaku. Lantaran itu, dapatkan aku pempunuh-pembunuh Uthman sehingga aku membunuh mereka semua dan aku akan menyerahkan urusan khilafah kepada anda. Aku dan semua kumpulanku daripada Ahli Syam akan memberi bai‘ah kepada anda.

Jawapan Ali a.s. kepada Mu‘awiyah melalui Abu al-Darda’ dan Abu Hurairah

Manakala Ali membaca surat Mu‘awiyah yang disampaikan kepadanya oleh Abu Darda’ dan Abu Hurairah, Ali a.s. berkata kepada Abu Darda’ dan Abu Hurairah: Kalian berdua telah menyampaikan kepadaku apa yang diutuskan oleh Mu‘awiyah. Justeru itu, kalian berdua dengarlah daripadaku dan sampaikanlah kepadanya: Katakan kepadanya bahawa Uthman tidak lebih daripada menjadi salah satu daripada dua orang lelaki. Sama ada dia seorang imam yang dapat petunjuk, haram darahnya, wajib membantunya, tidak halal kemaksiatannya dan umat tidak boleh menghinanya. Atau seorang imam yang sesat, halal darahnya, tidak halal mewalikannya dan membantunya. Lantaran itu, dia tidak terlepas daripada salah satu daripada dua sifat. Wajib pada hukum Allah dan hukum Islam ke atas Muslimin selepas mati imam mereka atau dia dibunuh dalam keadaan sesat atau dalam keadaan mendapat hidayah (muhtadiyan), tetapi dizalimi (mazlum) atau dia dibunuh dalam keadaan zalim, halal darahnya atau haram darahnya, janganlah mereka melakukan sesuatu perkara atau mereka mencipta perkara yang baru, janganlah mereka mengemukakan bantuan, malah janganlah mereka memulakan sesuatu sebelum mereka memilih untuk diri mereka seorang imam yang baik, alim, warak dan arif dengan Qadha’ dan Sunnah.

Kerana dialah yang akan menumpukan kepada urusan mereka, memberi hukuman di kalangan mereka, mengambil hak orang yang dizalimi daripada orang yang zalim, menjaga keselamatan mereka. Dia memungut Fai’ mereka, mendirikan hujah mereka dan memungut zakat mereka. Kemudian mereka merujukkan hukuman mengenai imam mereka yang dibunuh kepadanya supaya dia menghukum mereka dengan kebenaran. Sekiranya imam mereka dibunuh di dalam keadaan dizalimi, dia akan menghukum untuk para walinya dengan darahnya. Sekiranya dia dibunuh di dalam keadaan dia sendiri seorang yang zalim, maka dalam menjatuhkan hukuman ke atasnya, beberapa perkara hendaklah diambil-kira. Inilah perkara pertama yang harus mereka lakukan iaitu mereka memilih seorang imam yang akan menumpukan urusan mereka. Dan sekiranya pemilihan itu untuk mereka, mereka mengikutinya dan mematuhinya. Dan sekiranya pemilihan itu bagi Allah dan Rasul-Nya, maka Allah telah cukup bagi mereka membuat renungan dan pemilihan mengenainya. Rasulullah (Saw.) telah meridhai untuk mereka seorang imam dan memerintahkan mereka mentaati dan mengikutinya.

Orang ramai telah memberi bai‘ah kepadaku selepas pembunuhan Uthman. Kaum Muhajirin dan Ansar memberi bai‘ah kepadaku selepas mereka bermesyuarat denganku selama tiga hari. Mereka jugalah yang telah memberi bai‘ah kepada Abu Bakr, Umar dan Uthman serta memperkukuhkan imamah mereka. Aku adalah ahli Badr dan terawal Islam daripada Muhajirin dan Ansar. Hanya mereka telah memberi bai‘ah kepada orang sebelumku tanpa mesyuarat dengan orang ramai dan bai‘ahku adalah dengan mesyuarat daripada orang ramai. Sekiranya Allah SWT telah menjadikan pilihan kepada umat, maka merekalah yang memilih untuk diri mereka. Dan pilihan mereka adalah lebih baik bagi mereka daripada pilihan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka. Maka mereka telah memilihku dan memberi bai‘ah kepadaku. Bai‘ahku adalah bai‘ah petunjuk (huda), aku adalah imam yang wajib ditaati dan dibantu. Mereka telah bermesyuarat tentangku dan mereka memilihku secara ijmak. Sekiranya Allah SWT yang memilih, maka Dia telah memilihku untuk umat dan melantikku menjadi khalifah ke atas mereka. Dan Dia memerintahkan mereka supaya mentaatiku dan membantuku di dalam kitab-Nya yang diturunkan dan Sunnah Nabi-Nya Saw. Itu adalah lebih menguatkan hujahku dan mewajibkan hakku.

Sekiranya Uthman dibunuh pada masa Abu Bakr dan Umar, Mu‘awiyah wajib memerangi mereka berdua dan keluar bagi menuntut darahnya? Abu Hurairah dan Abu Darda’ berkata: Tidak. Ali a.s. berkata: Demikian juga denganku. Sekiranya Mu‘awiyah berkata: Ya. Maka kalian berdua katakan kepadanya: Jika begitu, adakah harus bagi orang yang dizalimi dengan satu kezaliman atau dibunuh oleh seorang pembunuh lalu memecahkan perpaduan Muslimin dan menyeru untuk dirinya sedangkan anak lelaki Uthman lebih aula menuntut darah bapanya daripada Mu‘awiyah? Beliau berkata: Abu Darda’ dan Abu Hurairah terdiam. Kemudian mereka berdua berkata: Anda telah membuat kami insaf. Ali a.s. berkata: Mudah-mudahan Mu‘awiyah dapat menginsafkan aku jika dia dapat menyempurnakan kata-katanya dan membenarkan apa yang telah dia beri kepadaku; iaitu anak-anak lelaki Uthman, mereka pula sudah matang dan bukan kanak-kanak lagi dan bukan pula hamba ke atas mereka. Hendaklah mereka datang, aku akan kumpulkan antara mereka dan pembunuh-pembunuh bapa mereka.

Sekiranya mereka lemah daripada hujah mereka, maka hendaklah mereka mempersaksikan untuk Mu‘awiyah bahawa sesungguhnya dia adalah wali mereka, wakil mereka di dalam peperangan dan pertengkaran mereka. Hendaklah mereka duduk bersama musuh-musuh mereka di hadapanku sebagaimana duduknya orang yang bersengketa kepada imam dan wali di mana mereka mengakui hukumannya dan akan melaksanakannya. Aku akan melihat kepada hujah mereka dan hujah musuh mereka. Sekiranya bapa mereka dibunuh dalam keadaan di mana dia adalah seorang yang zalim, maka darahnya adalah halal. Sekiranya dia dibunuh dalam keadaan dizalimi, maka darahnya adalah haram dan aku akan tebuskan mereka daripada pembunuh-pembunuh bapa mereka. Jika mereka mahu, mereka boleh membunuh pembunuh-pembunuh bapa mereka. Jika mereka mahu, mereka boleh memaafkan mereka. Dan jika mereka mahu, mereka boleh menerima diyah. Para pembunuh Uthman adalah di dalam tenteraku, mereka mengakui pembunuhannya. Mereka meridhai dengan hukumanku ke atas mereka. Justeru itu, anak-anak Uthman dan Mu‘awiyah hendaklah datang kepadaku sekiranya dia adalah wali mereka dan wakil mereka. Hendaklah mereka berdebat dengan para pembunuhnya dan menuntut penghakiman mereka sehingga aku menghukum mereka dengan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya Saw. Sekiranya Mu‘awiyah bersungguh-sungguh mengadakan sebab-sebab dan kebatilan-kebatilannya maka hendaklah dia membuktikannya, Allah akan membantunya. Abu Darda’ dan Abu Hurairah berkata: Anda telah menyedarkan kami. Anda telah menambah separuh dan anda telah menghilangkan sebabnya. Dan anda telah mematahkan hujahnya. Anda membawa hujah yang kuat lagi benar tanpa kekurangan ke atasnya. Kemudian Abu Hurairah dan Abu Darda’ keluar, lalu berhadapan dengan dua puluh ribu lelaki yang berpuas hati dengan hukuman. Mereka berkata: Kami adalah pembunuh Uthman berikrar dan ridha dengan hukum Ali a.s. ke atas kami dan untuk kami.

Lantaran itu, para wali Uthman hendaklah datang kepada kami dan membicarakan kami di hadapan Amir al-Mukminin (a.s.) untuk tuntutan darah bapa mereka. Sekiranya wajib ke atas kami dibunuh balas atau diyah, kami akan bersabar dengan hukumannya dan kami telah menyerahkan diri kami sepenuhnya. Maka mereka berdua berkata: Tidak halal bagi Ali menolak kalian atau membunuh kalian sehingga mereka membicarakan kalian di hadapannya. Maka beliau akan menghukum antara kalian dan para sahabat kalian dengan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya Saw. Abu Darda’ dan Abu Hurairah meninggalkan tempat itu dan terus datang berjumpa Mu‘awiyah, memberitahunya tentang apa yang dikatakan oleh Ali a.s., pembunuh-pembunuh Uthman dan Abu al-Nu‘man bin Daman. Mu‘awiyah berkata: Apakah jawapan yang diberikannya kepada kalian berdua tentang sifat berlembutnya terhadap Abu Bakr dan Umar dan tidak terhadap Uthman, beliau membersihkan diri daripadanya secara rahsia, dakwaannya bahawa Rasulullah telah melantiknya, beliau sentiasa dizalimi semenjak Rasulullah wafat? Mereka berdua berkata: Ya.

Beliau menunjukkan sifat berlembutnya terhadap Abu Bakr, Umar dan Uthman di sisi kami dan kami telah mendengarnya. Kemudian beliau berkata kepada kami: Sekiranya Allah telah menjadikan pilihan kepada umat, maka merekalah yang memilih dan memikir untuk diri mereka. Oleh itu pilihan mereka untuk diri mereka dan pendapat mereka mengenainya adalah lebih baik bagi mereka daripada pilihan Allah dan Rasul-Nya (Saw.). Maka mereka telah memilihku dan memberi bai‘ah kepadaku. Justeru itu, bai‘ahku adalah bai‘ah pertunjuk. Aku adalah imam yang wajib ke atas manusia membantuku kerana mereka telah bermesyuarat denganku dan mereka telah memilihku. Sekiranya pilihan Allah dan Rasul-Nya Saw. adalah lebih baik bagi mereka daripada pilihan mereka untuk diri mereka mengenainya, maka sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah memilihku untuk umat, melantikku menjadi khalifah ke atas mereka, memerintahkan mereka supaya membantuku dan mentaatiku di dalam kitab Allah yang yang diturunkan ke atas lidah nabi-Nya yang diutuskan. Itu adalah lebih menguatkan hujahku dan mewajibkan hakku.

Ali a.s. menyebut keutamaannya dan orang ramai mengakui akan kebenarannya

Kemudian beliau a.s. menaiki mimbar di dalam kem tenteranya, mengumpul orang ramai, termasuk Muhajirin dan Ansar menghadirinya. Kemudian beliau memuji Allah dan bersyukur kepadaNya. Kemudian berkata: Wahai manusia! Sesungguhnya sifat-sifat kelebihanku (manaqib) adalah tidak terkira banyaknya selepas Allah menurunkannya di dalam kitab-Nya dan apa yang disabdakan oleh Rasulullah (Saw.) adalah mencukupi bagiku daripada semua kelebihanku. Adakah kalian mengetahui bahawa Allah telah melebihkan di dalam kitab-Nya yang bercakap akan orang yang awal Islam (al-Sabiq) bukan hanya satu ayat dalam kitab-Nya ke atas orang lewat Islamnya (al-Masbuq). Sesungguhnya tidak ada seorangpun daripada umat ini yang mendahuluiku kepada Allah dan Rasul-Nya? Mereka menjawab: Ya. Beliau berkata: Aku menyeru kalian kepada Allah bahawa Rasulullah (Saw.) ditanya tentang firman-Nya di dalam Surah al-Waqi‘ah (56): 10-11 ‘‘Dan orang dahulu yang terdahulu (al-Sabiqun al-Sabiqun) mereka itulah orang yang hampir di sisi Tuhan” Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Allah telah menurunkanya kepada para nabi dan para wasi mereka. Aku adalah Nabi dan Rasul Allah yang terbaik (afdal), dan wasiku Ali adalah wasi yang terbaik. Maka berdirilah tujuh puluh orang ahli Badr kebanyakannya terdiri daripada kaum Ansar dan selebihnya daripada Muhajirin. Antara mereka ialah Abu al-Haitham bin al-Taihan, Khalid bin Zaid dan Abu Ayyub al-Ansari. Dan di kalangan Muhajirin ialah ‘Ammar bin Yasir. Mereka berkata: Kami memberi penyaksian bahawa kami telah mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda sedemikian.

Beliau berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah dalam Surah al-Nisa’ (4): 59, ‘‘Hai orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah, taatlah kamu kepada Rasul dan Uli I-Amri min-kum” dan firman-Nya dalam Surah al-Mai’dah (5): 55, “Sesungguhnya wali kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang yang beriman yang mendirikan solat dan memberikan zakat” Kemudian firman-Nya dalam Surah al-Taubah (9): 16, ‘‘…dan mereka tidak mengambil selain daripada Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman untuk menjadi penyimpan rahsia” Maka orang ramai bertanya: Wahai Rasulullah (Saw.)! Adakah ia diperuntukkan kepada sebahagian Mukminin atau umum untuk semua Mukminin? Maka Allah SWT telah memerintahkan Rasul-Nya supaya mengajar dan mentafsirkan kepada mereka tentang wilayah sebagaimana beliau mentafsirkan kepada mereka tentang solat, puasa, zakat dan haji mereka. Maka beliau telah melantikku di Ghadir Khum. Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah mengutusku dengan satu perutusan di mana ia menyempitkan dadaku. Aku menyangka sesungguhnya orang ramai akan membohongiku. Dia berjanji kepadaku supaya aku menyampaikannya atau Dia akan menyiksaku. Berdirilah Ali, kemudian beliau menyeru: solat jami‘ah. Maka beliau mengerjakan solat zohor bersama mereka.

Kemudian beliau bersabda: “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah adalah maulaku dan aku adalah maula Mukminin dan lebih aula dengan mereka daripada diri mereka sendiri. Mereka yang telah menjadikan aku maulanya, maka Ali adalah maulanya. Wahai Tuhanku! Muliakanlah orang yang mewalikannya. Musuhilah orang yang memusuhinya. Bantulah orang yang membantunya. Hinalah orang yang menghinanya”. Lantas Salman al-Farisi berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah! Kepatuhan kepadanya seperti apa (wula’u-hu ka-madha)? Beliau bersabda: Kepatuhan kepadanya adalah seperti kepatuhan kepadaku (wula’u-hu ka-wilayati). Sesiapa yang aku lebih aula dengannya daripada dirinya, maka Ali adalah lebih aula dengannya daripada dirinya. Dan Allah menurunkan firman-Nya di dalam Surah al-Mai’dah (5): 3, “Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan nikmat-Ku untukmu dan Aku meridhai Islam sebagai agamamu”

Maka Salman al-Farisi berkata: Wahai Rasulullah! Adakah ayat ini diturunkan kepada Ali secara khusus? Maka beliau bersabda: Padanya dan pada para wasiku sehingga Hari Kiamat Salman berkata: Wahai Rasulullah! Terangkan tentang mereka kepada kami. Beliau bersabda: “Ali adalah saudaraku, wazirku, wasiku, warisku, khalifahku pada umatku, waliku kepada setiap Mukmin selepasku dan sebelas imam daripada keturunannya, al-Hasan dan al-Husain. Kemudian sembilan daripada anak-anak al-Husain seorang demi seorang. Al-Qur’an bersama mereka, dan mereka bersama al-Qur’an. Mereka tidak akan berpisah dengannya sehingga mereka dikembalikan kepadaku di al-Haudh”. Lalu berdirilah dua belas orang daripada ahli Badr sambil berkata: Kami naik saksi bahawa kami telah mendengar hadis tersebut daripada Rasulullah (Saw.) sebagaimana yang anda katakan adalah sama. Anda tidak menambah atau mengurangkan meskipun satu huruf. Dan berkata tujuh puluh orang lagi: Kami telah mendengar sedemikian itu tetapi kami tidak menghafaz kesemuanya. Mereka itu (yang membuat pengakuan) adalah dua belas orang yang terpilih dan yang terbaik di kalangan kami. Beliau berkata: Kalian memang benar. Bukan semua orang menghafaznya. Sebahagian mereka adalah lebih kuat ingatan daripada yang lain. Maka berdirilah empat orang dari kalangan dua belas orang itu. Mereka adalah Abu al-Haitham bin Taihan, Abu Ayyub, Ammar dan Khuzaimah bin Thabit- Dhu al-Syahadataini (penyaksiannya menyamai dua orang). Mereka berkata: Kami naik saksi bahawa kami telah mendengar sabda Rasulullah Saw. dan kami menghafaznya. Beliau (Saw.) bersabda pada hari itu dalam keadaan berdiri sementara Ali a.s. berdiri di sisinya: Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku supaya melantik untuk kalian seorang imam, dan wasi Nabi kalian pada kalian. Beliau adalah khalifahku pada umatku dan pada keluargaku selepasku.

Demi Dia yang mewajibkan ke atas Mukminin dalam Kitab-Nya supaya mentaatinya, dan Dia telah memerintahkan di dalam Kitab-Nya supaya mewalikannya, maka aku merujuk kepada Tuhanku kerana takut kritikan ahli Nifak dan pembohongan mereka. Maka Dia mengancamku supaya aku menyampaikannya atau Dia menyiksaku. Wahai manusia! Sesungguhnya Allah memerintahkan solat kepada kalian dalam kitab-Nya. Aku telah menerangkannya kepada kalian dan aku telah menjadikannya sebagai sunnah. Begitu juga dengan zakat, puasa dan haji, di mana aku telah menerang dan mentafsirkannya kepada kalian. Dan Dia memerintahkan wilayah dalam Kitab-Nya. Sesungguhnya aku memberi penyaksian kepada kalian, wahai manusia! Sesungguhnya ia adalah dikhususkan untuk Ali bin Abu Talib, dan para wasi daripada anak-anakku dan anak-anak saudaraku serta wasiku. Ali adalah yang pertama. Kemudian al-Hasan. Kemudian al-Husain. Kemudian sembilan daripada anak lelaki al-Husain. Mereka tidak akan meninggalkan al-Kitab sehingga mereka dikembalikan kepadaku di al-Haudh. Wahai manusia! Aku telah memberitahu kalian imam kalian, penunjuk kalian dan pembawa kalian kepada petunjuk. Beliau adalah saudaraku Ali bin Abu Talib. Kedudukannya pada kalian adalah seperti kedudukanku pada kalian.

Justeru itu, kalian ikutlah beliau untuk agama kalian dan taatilah beliau dalam segala urusan kalian kerana di sisinya terdapat segala ilmu yang telah Allah ajarkan kepadaku. Allah memerintahku supaya mengajarnya segala ilmu dan aku memberitahu kalian bahawa ilmu berada di sisinya. Kalian bertanyalah kepadanya dan belajarlah daripadanya dan daripada para wasinya selepasnya. Janganlah kalian mengajar mereka dan janganlah kalian mendahului mereka. Janganlah kalian membelakangi mereka kerana mereka bersama kebenaran dan kebenaran bersama mereka, dan mereka tidak akan meninggalkannya. Kemudian Ali a.s. berkata kepada Abu Darda’ dan Abu Hurairah serta mereka yang di sekitarnya: Wahai manusia! Adakah kalian mengetahui bahawa sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan di dalam Kitab-Nya; Surah al-Ahzab (33): 33 “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan segala kekotoran (dosa) daripadamu hai Ahl al-Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”, maka Rasulullah (Saw.) telah mengumpulkanku, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain di dalam satu kain (al-Kisa’).

Beliau lalu bersabda: Mereka itulah ‘Itrahku dan Ahl Baitku. Maka Dia telah menghilangkan daripada mereka kekotoran dosa, dan membersihkan mereka dengan sebersih-bersihnya. Maka Umm Salamah berkata: Dan aku? Maka beliau bersabda: Sesungguhnya anda dalam kebaikan. Sesungguhnya ayat ini diturunkan padaku, pada saudaraku Ali, anak perempuanku Fatimah, anak lelakiku al-Hasan dan al-Husain salawatullahi ‘alaihim secara khusus, kerana tidak ada orang lain selain daripada kami. Dan kepada sembilan daripada anak al-Husain selepasku. Maka semua mereka berdiri lalu berkata: Kami memberi penyaksian bahawa Umm Salamah telah meriwayatkan kepada kami sedemikian. Maka kami bertanyakan Rasulullah (Saw.) mengenai nya, maka beliau memberitahu kami sebagaimana Umm Salamah telah meriwayatkannya kepa da kami. Ali a.s. berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah! Adakah anda mengetahui bahawa sesungguhnya Allah SWT telah berfirman di dalam Surah al-Taubah (9): 119, “Hai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang yang benar (al-Sadiqin)”. Maka Salman berkata: Wahai Rasulullah! Adakah ayat ini umum atau khusus? Maka beliau bersabda: Adapun al-Mukminun adalah umum kerana jama‘ah Mukminun diperintahkan sedemikian. Adapun al-Sadiqin adalah khusus untuk Ali bin Abu Talib dan para wasinya selepasnya sehingga Hari Kiamat . Dan aku berkata kepada Rasulullah (Saw.) semasa peperangan Tabuk. Wahai Rasulullah! Kenapakah anda melantikku? Beliau bersabda: Madinah tidak sesuai melainkan untuk aku dan anda. Kedudukan anda di sisiku sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa melainkan kenabian kerana tidak ada nabi selepasku. Maka berdirilah beberapa orang lelaki daripada Muhajirin dan Ansar dan berkata: Kami memberi penyaksian bahawa kami telah mendengar sedemikian daripada Rasulullah (Saw.) semasa peperangan Tabuk.

Maka beliau berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah! Adakah kalian mengetahui bahawa Allah telah menurunkan di dalam Surah al-Hajj (22): 77 ‘‘Hai orang yang beriman, rukuklah, sujudlah dan sembahlah Tuhan kamu…”. Maka Salman berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang anda menjadi saksi ke atas mereka. Mereka adalah syuhada’ (saksi-saksi) yang telah dipilih oleh Allah ke atas manusia dan Dia tidak menjadikan ke atas mereka kesulitan dalam agama, millah Ibrahim? Beliau bersabda: Dimaksudkan dengan demikian itu adalah tiga belas orang manusia. Aku, saudaraku dan sebelas orang daripada anak lelakiku. Maka mereka menjawab: Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) telah berdiri memberi khutbah dan beliau tidak lagi memberi khutbah selepas itu, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang kepada kedua-duanya; Kitab Allah dan Ahl Baitku. Sesungguhnya Yang Maha Halus lagi Maha Alim telah berjanji kepadaku bahawa kedua-duanya tidak akan berpisah sehingga ia dikembalikan kepadaku di al-Haudh?” Mereka berkata: Ya. Sesungguhnya kami telah menyaksikan semuanya.

Beliau berkata: Allah adalah cukup bagiku. Lalu berdirilah dua belas orang lelaki dan mereka berkata: Kami memberi penyaksian bahawa Rasulullah (Saw.) ketika berkhutbah pada hari beliau wafat, maka Umar berdiri separuh marah dan berkata: Wahai Rasulullah! Adakah semua Ahl Bait anda? Beliau bersabda: Tidak. Tetapi para wasiku, saudaraku adalah di kalangan mereka, wazirku, warisku, khalifahku pada umatku dan wali kepada setiap Mukmin selepasku. Ini adalah yang awal daripada mereka dan yang terbaik mereka. Kemudian wasiku adalah daripada anak lelakiku ini. Beliau memberi isyarat kepada al-Hasan. Kemudian wasinya ini. Beliau memberi isyarat kepada al-Husain. Kemudian wasiku adalah daripada anak lelakiku ini dan akan dinamakan oleh saudaraku. Kemudian wasinya akan dinamakan. Kemudian tujuh daripada anak lelakinya seorang demi seorang sehingga mereka dikembalikan kepadaku di al-Haudh. Mereka adalah syuhada’ Allah di Bumi-Nya, hujah-Nya ke atas makhluk-Nya. Sesiapa yang mentaati mereka, maka mentaati Allah. Sesiapa yang menderhakai mereka, maka menderhakai Allah. Lalu berdirilah tujuh puluh ahli Badr sambil berkata: Kami telah memahami apa yang kami telah terlupa. Kami memberi penyaksian bahawa kami telah mendengar sedemikian daripada Rasulullah (Saw.).

Beliau a.s. tidak meninggalkan sesuatupun melainkan menyeru mereka mengenainya sehingga beliau mengakhiri manaqibnya dan apa yang disabdakan Rasulullah (Saw.) kepadanya. Mereka telah membenarkannya dan memberi penyaksian bahawa semuanya adalah benar. Manakala Abu Darda’ dan Abu Hurairah memberitahu Mu‘awiyah kesemuanya, dia berkata: Wahai Abu Darda’! Wahai Abu Hurairah! Sekiranya apa yang kalian riwayatkan kepadaku ini adalah benar, maka binasalah Muhajirin dan Ansar selain daripadanya, Ahl Baitnya dan Syi‘ahnya.

Penjelasan Ali a.s. bahawa Nabi Saw. telah memberitahunya mengenai apa yang sedang berlaku

Kemudian Mu‘awiyah menulis surat kepada Amir al-Mukiminin a.s. Sekiranya apa yang anda kata, dakwa dan penyaksian yang anda minta daripada para sahabat anda itu benar, maka binasalah Abu Bakr, Umar, Uthman dan semua Muhajirin dan Ansar selain daripada anda, Ahl Bait anda dan Syi‘ah anda? Sedangkan telah sampai kepadaku bahawa anda menunjukkan kasihan belas terhadap mereka. Sesungguhnya anda mempunyai dua wajah dan tidak ada yang ketiga. Sama ada anda bertaqiyyah jika anda membersihkan diri daripada mereka kerana khuatir bahawa tentera-tentera anda yang memerangiku akan melarikan diri daripada anda. Jika apa yang anda dakwakan itu adalah batil dan suatu pembohongan, maka telah datang kepadaku sebahagian daripada mereka yang anda percaya, maka anda berkata kepada Syi‘ah anda dan kumpulan anda yang jahat bahawa sesungguhnya aku telah mendengar mengenai tiga imam yang sesat, maka perjelaskan kepadaku tentang Abu Bakr, Umar dan Uthman? Apabila anda mendengarku, adakah anda berlembut terhadap salah seorang daripada para imam yang sesat? Maka itulah maksudku. Buktinya kami melihat anda dengan mata kami, maka kami tidak perlu bertanya sedemikian itu kepada orang yang selain daripada kami. Jika tidak, kenapa anda membawa perempuan anda Fatimah, anda memegang al-Hasan dan al-Husain dengan tangan anda?

Apabila Abu Bakr diberi bai‘ah, maka anda tidak meninggalkan seorangpun daripada ahli Badr dan al-Sabiqah (orang terawal Islam) melainkan anda menyeru mereka dan meminta bantuan mereka bagi menentangnya. Tetapi anda tidak mendapat bantuan melainkan daripada empat orang: Salman, Abu Dhar, al-Miqdad dan al-Zubair. Aku berangan-angan jika anda benar, nescaya mereka akan menyahut seruan anda dan akan membantu anda, tetapi anda telah mendakwa perkara yang batil dan apa yang tidak diperakui oleh mereka. Telingaku telah mendengar anda berkata kepada Abu Sufyan ketika dia berkata kepada anda: Anda telah kalah wahai ibn Abu Talib untuk menguasai kerajaan sepupu anda (Rasulullah). Dan orang yang telah mengalahkan anda hanyalah suku Quraisy yang paling lemah; Taim dan ‘Adi. Dan dia telah menyeru anda untuk membantu anda. Anda berkata: Sekiranya aku mendapati pembantu-pembantu seramai empat puluh orang lelaki daripada Muhajirin, Ansar dan al-Sabiqah, nescaya aku menentang lelaki itu. Manakala anda tidak mendapati selain daripada empat orang lelaki, anda memberi bai‘ah kepadanya secara terpaksa.

Sulaim berkata: Amir al-Mukminin Ali a.s. telah menulis surat kepada Mu‘awiyah. Amma ba‘d, aku telah membaca surat anda. Aku dapati tulisan anda pelik dan panjang. Adalah suatu bala yang besar ke atas umat ini kerana mempunyai orang seperti anda untuk menjaga urusan mereka secara umum atau khusus. Anda adalah orang yang anda ketahui dan anak lelaki kepada orang yang anda ketahui. Dan aku adalah orang yang anda telah ketahui dan anak lelaki kepada lelaki yang anda telah ketahui. Aku akan memberi jawapan kepada surat anda dengan jawapan di mana anda dan wazir anda Ibn al-Nabighah ‘Umru yang bersetuju dengan anda, tidak akan dapat memahaminya. Dialah yang telah menyuruh anda menulis surat ini dan membaikinya untuk anda, dihadiri Iblis serta para sahabatnya yang melampau. Sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah memberitahuku bahawa beliau telah melihat di dalam mimpinya dua belas lelaki para imam sesat daripada Quraisy di atas mimbar Masjidnya. Mereka menaiki mimbar Rasulullah (Saw.) dan turun daripadanya di dalam bentuk beruk (al-Qurud) dan menolak umatnya ke belakang dari jalan yang benar. Wahai Tuhanku! Dia telah memberitahuku nama-nama mereka seorang demi seorang dan berapa lama setiap orang daripada mereka memerintah.

Sepuluh daripada mereka adalah daripada Bani Umayyah dan dua daripada mereka daripada suku yang bermacam-macam daripada Quraisy. Dan di atas mereka berdua adalah dosa semua umat sehingga Hari Kiamat, dan semua azab mereka. Tidak ada darah yang mengalir tanpa haknya, tidak ada kemaluan (farj) yang dinodai dan tidak ada hukum yang benar melainkan dosanya ke atas mereka berdua. Aku telah mendengarnya bersabda: Sesungguhnya Bani al-‘As apabila sampai tiga puluh orang lelaki, mereka menjadikan Kitab Allah sebagai pendapatan, hamba Allah sebagai khaulan (hamba sahya) dan harta Allah berpusing di kalangan mereka. Dan beliau bersabda: Wahai saudaraku! Sesungguhnya anda bukanlah sepertiku. Sesungguhnya Allah memerintahkanku supaya berterus-terang dengan kebenaran dan Dia memberitahuku bahawa Dia menjagaku daripada manusia. Dia memerintahkanku supaya berjihad walaupun seorang diri. Dia berfirman di dalam Surah al-Nisa’ (4): 84, “Berjuanglah engkau pada jalan Allah dan janganlah engkau membebankan melainkan dirimu sendiri” Dan Dia berfirman di dalam Surah al-Anfal (8): 65, ‘‘Hai Nabi! Ajaklah orang beriman berperang”. Aku telah tinggal di Makkah beberapa lama tetapi Dia tidak memerintahkanku berperang, kemudian Dia memerintahkanku berperang kerana agama tidak diketahui melainkan denganku dan padaku. Begitu juga dengan syari‘at, sunnah, hukum-hukum, halal dan haram.

Orang ramai selepasku diseru melakukan apa yang diperintahkan Allah dan apa yang aku perintahkan mereka pada anda iaitu menjadikan anda wali. Lantaran itu, kepura-puraan mereka mencintai anda adalah menyalahi apa yang diturunkan Allah pada anda. Sekiranya anda mendapati pembantu-pembantu bagi menentang mereka, maka perangilah mereka. Sekiranya anda tidak mendapati pembantu-pembantu, maka tahanlah tangan anda dan jagalah darah anda. Dan ketahuilah sekiranya anda menyeru mereka, mereka tidak akan menyahuti seruan anda. Justeru itu, jadikan seruan anda sebagai hujah ke atas mereka. Sesungguhnya anda wahai saudaraku! Bukanlah sepertiku. Sesungguhnya aku telah mendirikan hujah anda dan menzahirkan kepada mereka apa yang telah Allah turunkan untuk anda. Sesungguhnya tidak diketahui bahawa aku adalah Rasulullah (Saw.). Sesungguhnya hakku dan ketaatan kepadaku adalah wajib sehingga aku menzahirkan sedemikian. Sesungguhnya aku telah menzahirkan hujah anda dan mendirikan urusan anda sekalipun anda berdiam diri daripada mereka dan anda tidaklah berdosa, hanya aku lebih suka anda menyeru mereka sekalipun mereka tidak menyahuti seruan anda dan tidak menerima anda. Kezaliman Quraisy akan berlaku kepada anda, lantaran itu aku takut jika anda menentang mereka tanpa sokongan yang kuat maka mereka akan membunuh anda.

Taqiyyah adalah daripada agama Allah. Tidak ada agama bagi mereka yang tidak ada taqiyyah. Sesungguhnya Allah telah “menetapkan” perselisihan, dan perpecahan ke atas umat ini. Sekiranya Dia mahu, nescaya Dia menghimpunkan mereka di atas petunjuk. Dua orang tidak akan berselisih dan bertengkar di dalam satu urusan dan orang yang kurang kelebihan tidak akan mengingkari kelebihan orang melebihinya. Jika Dia mahu, nescaya Dia mempercepatkan azab ke atas mereka. “Perubahan” juga daripada-Nya sehingga Dia membohongi orang yang zalim dan memberitahu di mana kesudahannya akan kebenaran. Allah telah menjadikan Dunia tempat beramal dan Akhirat tempat pahala dan balasan. Dia berfirman di dalam Surah al-Najm (53): 31 ‘‘Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang telah melakukan kejahatan dengan apa yang mereka lakukan dan memberi balasan kepada orang yang melakukan kebaikan dengan kebaikan”. Aku berkata: Bersyukur kepada Allah di atas nikmat-Nya, kesabaran di atas ujian-Nya, penyerahan dan ridha dengan Qadha’-Nya.

Kemudian beliau (Saw.) bersabda: Wahai saudaraku! Bergembiralah kerana hidup dan mati anda adalah bersamaku. Anda adalah saudaraku, wasiku, wazirku dan warisku. Anda akan memerangi di atas Sunnahku, anda di sisiku sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa. Anda seperti Harun adalah ikutan yang baik ketika kaumnya menindas dan menentangnya sehingga hampir mereka membunuhnya. Justeru itu, bersabarlah dengan kezaliman Quraisy terhadap anda. Dendam kesumat di dada mereka, dendam Badr dan warisan Uhud. Sesungguhnya Musa telah memerintahkan Harun ketika beliau melantiknya kepada kaumnya: Sekiranya mereka sesat dan anda mendapati pembantu-pembantu, hendaklah anda menentang “mereka” dengan mereka. Dan sekiranya anda tidak mendapatkan pembantu-pembantu, hendaklah anda menahan tangan dan menjaga darah anda. Janganlah anda memecah-belahkan di antara mereka.

Andapun lakukanlah sedemikian, jika mempunyai pembantu-pembantu maka perangilah mereka. Namun jika anda tidak mendapati pembantu-pembantu maka tahanlah tangan dan jagalah darah anda. Seandainya anda memerangi mereka nescaya mereka akan membunuh anda. Ketahuilah! Jikalau anda tidak menahan tangan anda dan menjaga darah anda apabila anda tidak mendapati pembantu-pembantu, aku khuatir orang ramai akan kembali menyembah berhala dan mengingkari bahawa aku adalah Rasulullah (Saw.). Justeru itu, tentangilah mereka dengan hujah dan tinggalkanlah mereka supaya orang yang menentang anda (al-Nasibun), dan pemberontak-pemberontak anda (al-Baghun) akan binasa. Sementara orang awam dan khassah akan selamat. Sekiranya anda mendapati pembantu-pembantu suatu hari nanti untuk mendirikan Kitab dan Sunnah, maka perangilah mereka di atas ta’wil al-Qur’an sebagaimana anda telah memerangi mereka di atas tanzil al-Qur’an. Sesungguhnya orang yang akan binasa daripada umat ini adalah orang yang menentang anda (nasaba la-ka) dan salah seorang daripada para wasi anda, bermusuhan, menentang dan beragama menyalahi apa yang kalian di atasnya.

Aku mahu wahai Mu‘awiyah! Jika aku berlembut terhadap anda, Talhah dan al-Zubair serta istighfarku untuk kalian, bukanlah bermaksud untuk membenarkan kebatilan, malah Allah menjadikannya sebagai laknat ke atas kalian dan suatu penyiksaan. Anda, Talhah dan al-Zubair tidak kurang juga dari segi jenayah, dosa, bid‘ah dan kesesatan berbanding dengan orang yang telah memberi jalan kepada anda dan sahabat anda yang anda sedang menuntut darahnya. Mereka berdua telah mendorong kalian supaya menzalimi kami Ahl al-Bait dan mereka membuat kalian menghina kami. Allah berfirman di dalam Surah al-Nisa’ (4): 51-4, ‘‘Tidakkah engkau ketahui orang yang diberi sebahagian daripada Kitab, mereka percaya kepada Jibt dan Taghut dan mereka berkata kepada orang kafir: “Mereka ini (orang kafir) lebih baik daripada orang yang beriman ke jalan yang lurus”. Merekalah yang dilaknati Allah dan siapa yang dilaknati Allah, maka dia tidak mendapat pembantu untuk mereka. Bahkan adakah bagi mereka bahagian daripada kerajaan? Jika ada, mereka tidak mendatangkan kebajikan kepada manusia walaupun sedikit. Bahkan adakah mereka dengki kepada manusia (al-Nas) di atas apa yang dikurniakan kepada mereka daripada kelebihan-Nya?” Maka kamilah manusia (al-Nas) dan kamilah yang dihasad-dengkikan.

Allah berfirman dalam Surah al-Nisa’ (4): 54, ‘‘Sesungguhnya kami telah kurniakan kepada keluarga Ibrahim al-Kitab dan al-Hikmah, dan kami kurniakan kepada mereka kerajaan yang besar (Mulkan ‘Aziman)”. Allah telah menjadikan mereka para imam Sesiapa yang mentaati mereka, mereka mentaati Allah. Sesiapa yang menderhakai mereka, mereka menderhakai Allah. Mereka tidak mengakui al-Kitab, al-Hikmah dan kenabian pada keluarga Nabi Ibrahim dan mereka mengingkarinya pada keluarga Muhammad. Wahai Mu‘awiyah! Jika anda, sahabat anda, mereka sebelum anda daripada taghut ahli Syam, Yaman, Badwi Rabi‘ah dan Mudar mengingkarinya. Allah berfirman dalam Surah al-An‘am (6): 89, ‘‘…maka kami telah sediakan kaum lain yang tidak mengingkarinya” Wahai Mu‘awiyah! Sesungguhnya al-Qur’an adalah kebenaran, cahaya, petunjuk, rahmat dan penawar bagi Mukminin. Firman-Nya di dalam Surah al-Sajdah (41): 44, ‘‘Dan bagi orang yang tidak beriman di telinga mereka ada penutup dan al-Qur’an itu bagi mereka adalah buta”.

Wahai Mu‘awiyah! Sesungguhnya Allah tidak akan meninggalkan satu jenispun daripada jenis-jenis kesesatan dan para penyeru ke Neraka melainkan Dia telah berhujah ke atas mereka di dalam al-Qur’an, Dia melarang daripada mengikuti mereka dan Dia menurunkan ke atas mereka al-Qur’an yang bercakap. Tidak ada satu ayatpun di dalam al-Qur’an melainkan ia mempunyai pengertian zahir dan batin. Dan tidak ada satu hurufpun melainkan ia mempunyai takwilnya. Firman-Nya dalam Surah Ali ‘Imran (3): 7, ‘‘…dan tidak mengetahui takwilnya melainkan Allah dan al-Rasikhun fi ‘ilm”. al-Rasikhun adalah kami keluarga Muhammad dan Allah telah memerintahkan semua umat supaya berkata: ‘‘Kami telah beriman dengan-Nya, semuanya di sisi Tuhan kami dan tidak akan mengingati-Nya melainkan Ulu-l al-Bab” Lantaran itu, hendaklah mereka menyerahkan kepada kami. Allah berfirman dalam Surah al-Nisa’ (4): 83, “Sekiranya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Uli l-Amr daripada mereka nescaya orang yang meneliti antara mereka mengetahuinya.” Merekalah yang telah bertanya mengenainya dan menuntutnya.

Aku mahu jika orang ramai ketika wafatnya Rasulullah (Saw), mereka menyerah kepada kami, mengikut kami dan merujuk kepada kami, (jika itu berlaku)) nescaya mereka akan dikurniakan rezeki yang banyak. Tetapi apabila anda menunjukkan ketamakan anda, wahai Mu‘awiyah! Apa yang mereka terlepas daripada kami adalah lebih banyak daripada kami terlepas daripada mereka. Sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat pada aku dan pada anda dalam surah khas, tetapi umat telah menakwilnya secara zahir dan mereka tidak mengetahui pengertian batin, iaitu Surah al-Haqqah (69): 19, 25, ‘‘Adapun orang yang diberi kitabnya dengan tangan kanannya dan orang yang diberi kitabnya dengan tangan kirinya”. Ayat ini mengenai imam yang sesat dan imam petunjuk (huda). Setiap satu daripada kedua-duanya mempunyai para sahabat yang memberi bai‘ah kepadanya; aku dan anda wahai Mu‘awiyah! Anda adalah tuan rantai besi (sahib salsilah). Allah berfirman dalam Surah al-Haqqah (69): 25, 26, ‘‘Aduhai kiranya, janganlah hendaknya diberikan buku amalanku. Dan aku tidak mengetahui apakah perhitunganku” Aku mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda sedemikian itu.

Demikian juga setiap imam sesat sebelum anda atau selepas anda akan menghadapi penghinaan dan azab yang sama daripada Allah SWT. Dia menurunkan firman-Nya dalam Surah al-Isra’ (17): 60, ‘‘Kami tidak menjadikan penglihatan (mimpi) yang kami memperlihatkan kepada engkau melainkan sebagai fitnah kepada manusia dan pokok yang dilaknat di dalam al-Qur’an”. Rasulullah (Saw.) telah melihat dua belas imam sesat di atas mimbar Masjidnya yang menolak orang ramai ke belakang. Dua orang lelaki daripada Quraisy dan sepuluh orang daripada Bani Umayyah. Yang terawal daripada sepuluh adalah sahabat anda yang anda sedang menuntut darahnya. Anda, anak lelaki anda dan tujuh daripada anak lelaki al-Hakam bin Abi al-‘As. Yang terawal mereka adalah Marwan. Sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah melaknat dan mengusirnya kerana mencuri dengar percakapan isteri Rasulullah (Saw). Wahai Mu‘awiyah! Kami Ahl al Bait, Allah telah memilih untuk kami Akhirat ke atas Dunia. Aku telah mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda mengenai anda, wazir anda dan sahabat anda: Apabila Bani Umayyah sampai tiga puluh lelaki, mereka akan mengambil Kitab Allah sebagai pendapatan, hamba Allah sebagai hamba milik dan harta Allah berpusing di kalangan mereka. Wahai Mu‘awiyah! Sesungguhnya Nabi Allah Zakaria dibunuh dengan gergaji, Yahya disembelih dan dibunuh oleh kaumnya kerana mereka menyeru mereka kepada Allah SWT dan juga kerana Dunia adalah hina di sisi Allah. Para wali Syaitan memerangi para wali al-Rahman. Allah berfirman dalam Surah Ali ‘Imran (3): 21, ‘‘Sesungguhnya orang yang ingkar akan ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa kebenaran serta membunuh orang yang menyuruh manusia melakukan keadilan, maka berilah khabar gembira kepada mereka dengan azab yang pedih”.

Sesungguhnya Rasulullah (Saw.) memberitahuku bahawa Bani Umayyah akan mencelup janggutku daripada darah kepalaku dan sesungguhnya aku meminta mati syahid. Anda akan menguasai umat selepasku. Anda akan membunuh anak lelakiku al-Hasan dengan racun sebagai satu pengkhianatan. Anak lelaki anda Yazid (Laknatu Llah) akan membunuh anak lelakiku al-Husain dan akan menguasai daripadanya seorang anak lelaki kepada penzina perempuan. Dan umat akan dikuasai selepas anda oleh tujuh daripada anak lelaki Abi al-‘As dan anak-anak lelaki Marwan bin al-Hakam dan lima daripada anak lelakinya melengkapi dua belas imam di mana Rasulullah (Saw.) melihat mereka melompat di atas mimbar Masjidnya seperti lompatan beruk, menolak umatnya daripada agama Allah ke belakang. Akibatnya mereka akan menerima azab yang pedih pada Hari Kiamat. Allah akan mengeluarkan khilafah daripada mereka dengan bendera hitam yang akan datang dari Timur. Allah akan menghina mereka dan membunuh mereka di mana-mana. Sesungguhnya seorang lelaki daripada anak lelaki anda yang dilaknati dan keras hati di mana Allah telah mencabut daripadanya perasaan kasihan belas, bapa-bapa saudaranya daripada anjing seolah-olah aku sedang melihat kepadanya. Jika aku mahu aku akan menyebut namanya, sifatnya dan berapa umurnya. Dia akan menghantar tentera ke Madinah, melakukan pembunuhan dan fahisyah yang dahsyat. Seorang lelaki daripada anak lelakiku akan melarikan diri daripada mereka. Beliau akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kesaksamaan sebagaimana sebelumnya ia dipenuhi dengan kezaliman dan kediktatoran. Aku mengetahui namanya, di mana beliau pada hari itu serta alamatnya.

Beliau adalah daripada anak lelaki kepada anak lelakiku al-Husain yang akan dibunuh oleh anak lelaki anda Yazid. Beliau adalah penuntut bela darah bapanya, maka beliau melarikan diri ke Makkah. Ketua tentera akan membunuh seorang lelaki daripada anak lelakiku di Ahjar al-Bait. Kemudian tentera tersebut berjalan menuju ke Makkah. Aku mengetahui nama pemimpin mereka dan nama-nama mereka, dan-tanda-tanda kuda mereka. Apabila mereka memasuki al-Baida’, mereka akan ditelan Bumi. Allah berfirman dalam Surah al-Saba’ (34): 51, ‘‘Jika engkau melihat ketika mereka terkejut, maka tidak ada tempat lari dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat”. Beliau berkata: Di bawah telapak kaki mereka. Tidak seorangpun daripada tentera tersebut tinggal melainkan seorang lelaki di mana Allah menukarkan mukanya ke belakang.

Allah akan mengutus beberapa kaum kepada imam al-Mahdi dengan bilangan yang ramai. Demi Tuhan! Aku mengetahui nama-nama mereka, nama pemimpin mereka dan keadaan penunggang mereka. Maka al-Mahdi akan memasuki Ka‘bah, lalu menangis dan berdoa. Allah berfirman dalam Surah al-Naml (27): 62, ‘‘Bahkan siapakah orang yang menunaikan hajat orang yang melarat apabila dia meminta dan menghilangkan kemelaratannya, dan mengangkat kamu menjadi khalifah di muka bumi ?” Ayat ini diturunkan khas kepada kami Ahl al-Bait secara khusus. Demi Tuhan! Wahai Mu‘awiyah, aku menulis kepada anda wahai Mu‘awiyah! Aku tahu anda tidak akan mengambil faedah daripadanya. Sesungguhnya anda bergembira apabila aku memberitahu anda bahawa anda akan menguasai khilafah dan anak lelaki anda adalah selepas anda, kerana Akhirat bukanlah menjadi perhatian anda, dan anda mengingkari Hari Kiamat. Anda akan menyesal sebagaimana menyesalnya orang yang telah mengasaskan urusan khilafah untuk anda. Dan dia telah membuat anda menghina kami ketika penyesalan tiada guna lagi.

Di antara yang mendorongku menulis surat kepada anda adalah supaya Syi‘ahku dan ketua-ketua sahabatku mengambil iktibar daripadanya. Atau ia dibaca oleh seseorang di pihak anda, maka Allah mengeluarkannya daripada kesesatan kepada petunjuk, daripada kezaliman anda, kezaliman para sahabat anda dan fitnah mereka. Lagipun aku pula suka berhujah ke atas anda. Justeru itu, aku memerintahkan penulisku supaya membuat salinan untuk Syi‘ahku dan para sahabatku. Mu‘awiyah telah menulis surat kepadanya mengucapkan tahniah: Tahniah kepada anda wahai Abu al-Hasan! Anda memiliki Akhirat dan tahniah juga kepada kami kerana kami memiliki Dunia.

Mu‘awiyah memasuki Madinah selepas pembunuhan Ali a.s. dan apa yang berlaku kepada penduduknya

Abban daripada Sulaim dan Umar ibn Abi Salmah berkata: Mu'awiyah semasa pemerintahannya telah datang ke Madinah dalam perjalanannya menunaikan Haji selepas Amir al-Mukminin salawatu llahi ‘alaihi dibunuh, dan perdamaiannya dengan al-Hasan a.s. (Di dalam riwayat yang lain selepas kematian al-Hasan a.s.) Maka dia disambut oleh penduduk Madinah, kebanyakannya daripada Quraisy bukan Ansar. Lantas dia bertanya mengenainya. Ada orang menjawab: Mereka memerlukan binatang tunggangan, lantas Mu'awiyah berpaling kepada Qais bin Sa'd bin 'Ubadah dan berkata: Wahai orang Ansar! Kenapa kalian tidak menyambutku bersama saudara-saudara Quraisy kalian? Maka Qais sebagai ketua Ansar berkata: Kami tidak mempunyai binatang tunggangan wahai Amir al-Mukminin! Dia bertanya: Di manakah unta-unta itu? Qais berkata: Kami telah memusnahkannya pada Hari Badr, Uhud dan selepasnya di hadapan Rasulullah (Saw.), ketika kami memerangi anda dan bapa anda kerana Islam sehingga zahir urusan Allah sedangkan kalian membencinya. Mu'awiyah berkata: Wahai Tuhanku ampunilah!

Qais berkata: Sesungguhnya Rasulullah (Saw.) bersabda: Kalian akan melihat selepasku keutamaan diberi kepada orang lain. Kemudian dia berkata: Wahai Mu'awiyah! Anda menghina kami dengan unta-unta kami? Sesungguhnya kami berperang dengan anda di atasnya pada Hari Badr sedangkan kalian berperang untuk memadamkan cahaya Allah dan menjadikan kalimah Syaitan lebih tinggi. Kemudian anda dan bapa anda memeluk Islam secara terpaksa disebabkan kami telah memerangi anda kerananya. Maka Mu'wiyah berkata: Seolah-olah anda telah bermurah hati ke atas kami dengan memberi bantuan kepada kami? Maka bagi Allah dan Quraisy semua kelebihan itu. Tidakkah kalian telah bermurah hati kepada kami wahai kaum Ansar dengan bantuan yang kalian berikan kepada Rasulullah sedangkan beliau daripada Quraisy, beliau adalah sepupu kami dan daripada kami. Bagi kamilah kelebihan tersebut jika Allah jadikan kalian pembantu-pembantu kami dan pengikut-pengikut kami, maka Dia akan memberi hidayah kepada kalian dengan kami.

Qais berkata: Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad Saw. sebagai rahmatan li-l ‘Alamin. Maka Dia mengutusnya kepada semua manusia. Kepada jin, manusia; merah, hitam dan putih. Dia telah memilihnya kerana kenabiannya dan mengkhususkannya dengan risalahnya. Maka orang pertama yang membenarkannya dan beriman dengannya adalah sepupunya Ali bin Abu Talib a.s. Sementara Abu Talib telah menghalang kafir Quraisy daripada menyakitinya dan memintanya supaya meneruskan risalah Tuhan-Nya. Beliau sentiasa mempertahankannya daripada disakiti sehingga bapa saudaranya Abu Talib mati. Kemudian beliau memerintahkan pula kepada anak lelakinya supaya membantunya pada setiap kesusahan dan ketakutan. Allah telah memilih Ali a.s. di kalangan Quraisy dan memuliakannya di kalangan Arab dan al-‘Ajam. Rasulullah Saw. mengumpulkan Bani Abd al-Muttalib, di kalangan mereka adalah Abu Talib dan Abu Lahab. Mereka pada hari itu seramai empat puluh orang lelaki. Rasulullah Saw. menjemput mereka dan Ali sebagai pembantunya. Rasulullah Saw. berada di pangkuan bapa saudaranya Abu Talib dan bersabda: Sesiapa di kalangan kalian yang diundang ingin menjadi saudaraku, wazirku, wasiku, khalifahku pada umatku dan wali kepada setiap Mukmin selepasku? Mereka terus membisu sehingga beliau mengulanginya sebanyak tiga kali.

Maka Ali a.s. berkata: Aku wahai Rasulllah salla llau ‘alaika. Maka beliau meletakkan kepalanya di pangkuannya dan meludahnya di dalam mulutnya lalu bersabda: Wahai Tuhanku! Penuhilah dirinya dengan keilmuan, kefahaman dan hikmah. Kemudian beliau bersabda kepada Abu Talib: Wahai Abu Talib! Dengarlah sekarang untuk anak lelaki anda dan patuhilah. Sesungguhnya Allah telah menjadikan kedudukannya di sisi Nabinya sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa. Rasulullah Saw. telah mempersaudarakan Ali dengan dirinya sendiri. Justeru itu, beliau tidak meninggalkan sesuatupun daripada kelebihannya (manaqibnya) melainkan beliau menyebutkan nya dan berhujah dengannya. Beliau berkata: Di kalangan mereka adalah Ja'far bin Abu Talib al-Tayyar di Syurga dengan dua sayap di mana Allah mengkhususkannya dengan demikian itu di kalangan manusia. Di kalangan mereka adalah Hamzah Sayyidu al-Syuhada’. Di kalangan mereka adalah Fatimah penghulu wanita Syurga. Apabila anda mengeluarkan daripada Quraisy Rasulullah, Ahl Baitnya dan ‘Itrahnya yang baik. Maka kami, demi Tuhan! Adalah lebih baik daripada kalian wahai Quraisy, lebih mencintai Allah, Rasul-Nya dan Ahl Baitnya berbanding dengan kalian. Apabila Rasulullah (Saw.) wafat, kaum Ansar telah berkumpul kepada bapaku. Kemudian mereka berkata: Kami akan memberi bai'ah kepada Sa'd. Maka Quraisy datang, lalu mereka bertengkar dengan kami dengan hujah Ali dan Ahl Baitnya a.s. Mereka bertengkar dengan kami dengan hujahnya dan kerabatnya. Justeru itu, mereka telah menzalimi al-Ansar dan mereka juga telah menzalimi keluarga Muhammad a.s. dan anak-anaknya selepasnya.

Lantas Mu'awiyah menjadi marah dan berkata: Wahai Ibn Sa‘d! Daripada siapakah anda mengambil ini, daripada siapakah anda meriwayatkannya dan daripada siapakah anda mendengarnya. Adakah bapa anda memberitahu anda sedemikian dan anda telah mengambil daripadanya? Qais berkata: Aku telah mendengarnya dan aku mengambilnya daripada orang yang lebih baik daripada bapaku dan lebih besar hak ke atasku daripada bapaku. Dia bertanya: Siapa? Qais menjawab: Ali bin Abu Talib (a.s.) orang paling alim daripada umat ini dan Siddiqnya di mana Allah telah menurunkan firman-Nya dalam Surah al-Ra'd (13): 43, ''Katakanlah: Dan memadai bagi Allah sebagai saksi antara aku dan kamu dan orang yang di sisinya ‘ilm al-kitab". Dia tidak meninggalkan walaupun satu ayat yang turun kepada Ali melainkan menyebutnya. Mu'awiyah berkata: Siddiq umat ini adalah Abu Bakr, Faruqnya adalah Umar dan orang yang di sisinya ‘ilm al-kitab adalah Abdullah bin Salam. Qais berkata: Orang yang paling berhak dan aula dengan nama- nama ini adalah orang yang Allah menurunkan firman-Nya dalam Surah Hud (11): 17 kepadanya, ''Adakah (orang kafir itu sama dengan) orang yang telah mendapat keterangannya daripada Tuhannya dan diikuti saksi daripada Allah?”. Dan orang yang telah dilantik oleh Rasulullah (Saw.) di Ghadir Khum, maka beliau bersabda: “Sesiapa yang aku aula dengannya daripada dirinya” Dan semasa peperangan Tabuk ''Anda daripadaku sepertilah kedudukan Harun daripada Musa melainkan tidak ada Nabi selepasku.


BAHAGIAN KELIMA

Ahl al-Bait dilaknati, penyiksaan terhadap Syi‘ah Ali, pembunuhan sesiapa yang mencintai Ali dan Ahl Baitnya, keilmuan dan penyaksian mereka ditolak, penciptaan hadis-hadis palsu serta perpecahan umat


Mu'awiyah memerintahkan pelaknatan terhadap Ali a.s. dan Ahl Baitnya

Mu'awiyah pada hari itu berada di Madinah. Dia menyeru seseorang untuk menulis surat kepada gabenor-gabenornya supaya membersihkan diri (bara’ah dhimmah) daripada mereka yang meriwayatkan hadis tentang kelebihan Ali (manaqib) dan Ahl Baitnya. Lantaran itu, para khatib pada setiap tempat dan mimbar masjid melaknati Ali a.s. dan membersihkan diri daripadanya, menghina Ahl Baitnya dan melaknati dengan apa yang tidak wajar bagi mereka a.s. .

Dialog Mu'awiyah dengan Ibn 'Abbas tentang tafsir al-Qur'an dan Hadis menurut Ahl al-Bait a.s.

Kemudian Mu'awiyah melalui hadapan kumpulan Quraisy. Apabila mereka melihatnya, maka semuanya berdiri melainkan Abdullah bin Abbas. Maka dia berkata kepadanya: Wahai Ibn Abbas! Apakah yang menghalang anda daripada berdiri sebagaimana berdirinya para sahabat anda melainkan wujudnya perasaan dendam kerana aku memerangi kalian pada Hari Siffin? Wahai Ibn Abbas! Sesungguhnya sepupuku Uthman telah dibunuh secara zalim (mazluman). Ibn Abbas berkata: Umar bin al-Khattab telah dibunuh secara zalim, maka dia menyerahkan urusan khilafah kepada anak lelakinya. Dia berkata: Umar dibunuh oleh seorang musyrik.

Ibn Abbas berkata: Siapakah yang membunuh Uthman? Dia menjawab: Orang Islam telah membunuhnya. Dia berkata: Itu dapat mengalahkan hujah anda dan menghalalkan darahnya sekiranya orang Islam yang membunuhnya. Maka mereka telah menghinanya dengan kebenaran. Mua‘wiyah berkata: Kami telah menulis ke seluruh pelusuk bumi bahawa kami melarang daripada menyebut manaqib Ali dan Ahl Baitnya. Justeru itu, tahanlah lidah anda wahai Ibn Abbas. Dia berkata: Adakah anda melarangku daripada takwilnya? Dia menjawab: Ya. Ibn Abbas berkata: Manakah yang wajib ke atas kami, membacanya atau beramal dengannya? Dia berkata: Beramal dengannya. Dia berkata: Bagaimana kami beramal dengannya sebelum kami mengetahui sebab-sebab Allah menurunkannya ke atas kami? Dia berkata: Bertanyalah takwilnya kepada orang yang selain daripada anda dan keluarga anda.

Ibn Abbas berkata: Al-Qur’an telah diturunkan ke atas keluargaku, adakah aku akan bertanya tentangnya kepada keluarga Abu Sufyan, keluarga Abu Mu'id, Yahudi, Nasrani dan Majusi? Mua‘wiyah berkata: Anda telah menukarkan kami dengan mereka? Dia berkata: Aku tidak menukarkan anda dengan mereka melainkan anda menegah umat daripada menyembah Allah berdasarkan al-Qur’an; suruhan, larangan, halal, haram, nasikh, mansukh, am, khas, muhkam dan mutasyabih. Sekiranya umat tidak bertanya tentang perkara tersebut, mereka binasa, berselisih faham dan sesat. Mu'awiyah berkata: Bacalah al-Qur’an tetapi janganlah anda meriwayatkan sesuatu daripada apa yang Allah turunkan kepada kalian, dan apa yang disabdakan oleh Rasulullah. Tetapi riwayatkanlah selain daripada itu. Ibn Abbas berkata: Allah berfirman di dalam Surah al-Taubah (9): 32 ''Mereka mahu memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka. Allah enggan melainkan menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun dibenci oleh orang kafir”. Mu'awiyah berkata: Cukuplah anda dan tahanlah lidah anda daripadaku. Sekiranya anda terpaksa melakukannya, maka lakukanlah secara rahsia (sirran) dan janganlah anda mendengarkannya kepada seseorang secara terang-terangan (‘alaniyyatan). Kemudian Mua‘wiyah kembali ke rumahnya lalu menghantar kepadanya lima puluh ribu dirham. (Di dalam riwayat yang lain seratus ribu dirham).

Penyiksaan terhadap Syi'ah Ali a.s. dan Ahl Baitnya a.s.

Kemudian penyiksaan berlaku dengan berleluasa pada setiap tempat ke atas Syi'ah Ali dan Ahl Baitnya a.s. Orang yang paling teruk menerima penyiksaan adalah penduduk Kufah kerana majoriti penduduk Kufah adalah Syi'ah. Ziyad telah menggabungkan dengan Basrah di bawah penguasaannya. Dia memantau pergerakan Syi'ah, mengetahui, mengenali dan mendengar percakapan mereka. Lantaran itu, dia telah membunuh mereka di mana-mana, mengusir, menakut-nakutkan, memotong tangan dan kaki, menyula mereka di batang-batang kurma, mengeluarkan mata dan mengusir mereka sehingga mereka meninggalkan Iraq. Tiada seorangpun daripada mereka yang tinggal melainkan dibunuh, disula, diusir atau melarikan diri.

Surat Mu'awiyah kepada para gabenor supaya tidak menerima penyaksian dari pada Syi'ah Ali

Mu'awiyah telah menulis kepada para gabenornya di seluruh negara dengan menegaskan: Bahawa janganlah kalian menerima penyaksian seorangpun daripada Syi'ah Ali, Ahl Baitnya dan orang yang setia kepadanya yang melihat kelebihannya dan bercakap-cakap mengenai manaqibnya.

Surat Mu'awiyah supaya memperdekatkan Syi'ah Uthman dan orang yang meriwa yatkan kelebihannya

Dia telah menulis kepada gabenor-gabenornya: Lihatlah di sisi kalian Syi'ah Uthman, pencintanya, keluarganya dan orang yang setia kepadanya yang melihat kelebihannya dan bercakap-cakap tentang manaqibnya. Maka kalian izinlah majlis-majlis mereka dan hormatilah mereka, perdekatkan dan muliakan mereka. Kalian tuliskan kepadaku apa yang diriwayatkan oleh setiap orang daripada mereka tentangnya dengan namanya, nama bapanya dan daripada siapa dia. Mereka melakukan sedemikian sehingga mereka memperbanyakkan hadis tentang Uthman. Dia menghantar kepada mereka pakaian dan lain-lain. Dia memperbanyakkan untuk mereka Arab dan Mawali pada setiap tempat sehingga mereka menjadi ramai, lalu mereka berlumba-lumba untuk mendapatkan kedudukan dan kemewahan sehingga tiada seorangpun yang mendatangi gabenor di setiap negeri dan tempat, melainkan mereka meriwayatkan kelebihan Uthman. Kemudian dituliskan namanya, didekati dan diberikan pertolongan kepadanya. Mereka tinggal di dalam keadaan sedemikian sehingga dikehendaki Allah.

Surat Mu'awiyah supaya meriwayatkan kelebihan Abu Bakr dan Umar

Kemudian Mua‘wiyah menulis kepada para gabenornya: Bahawa hadis telah menjadi banyak mengenai Uthman dan tersebar di seluruh negara. Apabila sampai suratku ini, maka serulah mereka supaya meriwayatkan kelebihan Abu Bakr dan Umar kerana kelebihan dan keterawalan mereka berdua lebihku cintai, lebih tenang mataku dan mematahkan hujah Ahl Bait ini, dan lebih kuat ke atas mereka daripada manaqib Uthman dan kelebihannya. Lantaran itu, setiap amir dan kadi telah membacakan suratnya kepada orang ramai. Maka orang ramai mengambil riwayat tentang mereka dan kelebihan mereka. Kemudian dia menulis satu surat yang menghimpunkan riwayat-riwayat tentang kelebihan mereka dan menghantarnya kepada gabenor-gabenornya serta memerintahkan mereka membacakannya di atas mimbar-mimbar masjid. Dia memerintahkan supaya melaksanakannya melalui guru-guru tadika lalu mereka mengajar kanak-kanak sehingga mereka meriwayatkannya dan mempelajarinya sebagaimana mereka mempelajari al-Qur’an. Mereka telah mengajar anak-anak perempuan, perempuan-perempuan dan pembantu-pembantu mereka. Mereka tinggal sedemikian sehingga dikehendaki oleh Allah. Kemudian dia menulis satu surat dan dihantar ke seluruh negara: ''Kalian lihatlah siapa yang menjadi saksi, jika dia mencintai Ali dan Ahl Baitnya, maka padamkan namanya dari Dewan dan kalian janganlah menerima penyaksiannya".

Surat Mu'awiyah supaya membunuh sesiapa yang dituduh mencintai Ali a.s. dan Ahl Baitnya

Kemudian dia menulis surat yang lain: ''Sesiapa yang dituduh oleh kalian dan tidak ada bukti ke atasnya, maka bunuhlah dia". Justeru itu, mereka membunuh sesiapa sahaja berdasarkan tuduhan semata-mata, sangkaan dan syubhat di mana sahaja sehingga seseorang yang tersalah cakap maka kepalanya dipenggal. Penyiksaan yang paling besar dan dahsyat adalah di Iraq khususnya di Kufah. Syi'ah Ali a.s. yang terdiri daripada para sahabatnya di Madinah dan lain-lainnya, jika seorang yang dipercayai memasuki rumahnya kemudian memberitahu rahsianya kepadanya, nescaya dia menjadi takut kepada pembantunya dan hambanya. Lantaran itu, mereka tidak memberitahu sehingga seseorang itu melakukan sumpah yang kuat. Perkara tersebut menjadi lebih tegang dan bertambah ramai musuh mereka di sisi mereka. Mereka telah mencipta hadis-hadis palsu tentang para sahabat mereka. Orang ramai dibesarkan dengan hadis-hadis tersebut dan mereka tidak belajar melainkan daripada mereka. Demikian juga ia telah berlaku kepada kadi-kadi, gabenor-gabenor dan fuqaha’ mereka. Orang yang paling dahsyat melakukan fitnah adalah al-Qurra’ (qari/guru agama) yang berpura-pura warak dan khusyuk, tetapi berbohong dan mengajar hadis-hadis palsu bagi mendapat ganjaran daripada pemerintah dengan menghadiri majlis mereka. Oleh itu, mereka mendapat harta dan pangkat.

Hadis-hadis dan riwayat-riwayat tentang mereka (Abu Bakr dan Umar) berada di tangan orang yang menganggap bahawa hadis-hadis tersebut adalah benar. Justeru itu, mereka meriwayatkan, mempelajari, mengajar dan mencintainya, dan memarahi orang yang menolaknya. Dengan itu, hadis-hadis tersebut telah berada di tangan orang yang mempunyai agama yang tidak pernah berbohong. Mereka memarahi ahlinya kerananya. Lantaran itu, mereka telah menerimanya dan meriwayatkannya di atas alasan ia adalah benar. Sekiranya mereka mengetahui bahawa ia adalah batil, nescaya mereka tidak akan meriwayatkan dan tidak akan beragama dengannya. Justeru kebenaran pada zaman itu adalah kebatilan dan kebatilan adalah kebenaran, kebenaran adalah pembohongan dan pembohongan adalah kebenaran. Rasulullah Saw. bersabda: “Fitnah akan meliputi kalian sama ada yang muda ataupun yang tua”. Ia menjadi perkara biasa kepada orang ramai dan mereka mengambilnya sebagai sunnah. Jika sedikit sahaja sunnah Umar diubah, mereka akan berkata: Orang ramai telah membawa kemungkaran kerana sunnah telah diubah. Apabila al-Hasan bin Ali a.s. wafat, fitnah dan bala makin membesar. Tidak ada seorang wali Allah melainkan menjadi takut dengan darahnya, sama ada dia melarikan diri atau diusir. Sementara musuh Allah menzahirkan bid‘ah dan kesesatannya.


Ucapan al-Husain bin Ali a.s. di Mina yang dihadiri oleh lebih tujuh ratus sahabat dan tabi‘in

Setahun sebelum kematian Mu‘awiyah, Al-Husain bin Ali salawatu Llahi ‘alaihi, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Ja‘far telah mengerjakan Haji. Maka al-Husain a.s. mengumpulkan Bani Hasyim; lelaki, perempuan dan mawali serta Ansar yang dikenali oleh al-Husain dan Ahl Baitnya. Beliau menghantar perutusan supaya memanggil semua sahabat Rasulullah (Saw.) yang dikenali dengan kewarakan dan kebaikan berhimpun di Mina. Maka telah berhimpun di Mina lebih daripada tujuh ratus orang lelaki. Dua ratus orang lelaki adalah para sahabat Rasulullah (Saw.) sementara majoritinya adalah Tabi‘in. Lalu al-Husain berdiri di hadapan mereka dan berkhutbah: Beliau memuji Allah dan bersyukur ke hadrat-Nya, kemudian berkata: Amma ba‘d. Bahawa sesungguhnya Taghut Mu‘awiyah telah melakukan kepada kita dan Syi‘ah kita apa yang kalian telah lihat, ketahui dan menyaksikannya. Sesungguhnya aku mahu bertanyakan kalian sesuatu. Jika aku benar, maka kalian benarkanlah aku. Dan jika aku berbohong, maka kalian bohongilah aku.

Aku bertanya kepada kalian dengan hak Allah di atas kalian dan hak Rasulullah (Saw.) serta kekerabatanku dengan Nabi kalian. Kalian dengar dan tulislah ucapanku. Kemudian kembalilah ke tempat-tempat kalian dan kabilah-kabilah kalian. Lantaran itu, sesiapa yang kalian percaya daripada manusia, maka serulah mereka kepada apa yang kalian tahu daripada hak kami. Aku khuatir perkara ini berlalu dan kebenaran akan hilang. Allah akan menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun dibenci oleh orang kafir. Beliau tidak meninggalkan meskipun satu ayat daripada al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada mereka melainkan membaca dan mentafsir kannya. Dan tidak ada satu hadis yang disabdakan oleh Rasulullah (Saw.) kepada bapanya, saudaranya, ibunya, dirinya dan Ahl Baitnya melainkan beliau meriwayatkanya. Para sahabatnya berkata: Wahai Tuhanku! Ya (Allahumma Na‘am). Sesunguhnya kami telah mendengar dan kami menyaksikannya. Sementara seorang Tabi‘in pula berkata: Sesungguhnya seorang sahabat yang aku percayainya telah meriwayatkannya kepadaku.


Munasyadah al-Husain bin Ali a.s. mengenai hadis-hadis Rasulullah Saw. tentang hak mereka

Sulaim berkata: Di antara munasyadah (dialog) al-Husain bin Ali a.s. dengan mereka adalah: Aku menyeru kalian dengan nama Allah adakah kalian mengetahui bahawa Ali bin Abu Talib adalah saudara Rasulullah (Saw.) ketika beliau mempersaudarakan para sahabatnya, maka beliau mempersaudarakan Ali dengan dirinya lalu bersabda: Anda adalah saudaraku dan aku adalah saudara anda di Dunia dan Di Akhirat? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Aku menyeru kalian dengan nama Allah adakah kalian mengetahui bahawa Rasululllah (Saw.) membeli tapak Masjidnya dan tapak-tapak rumahnya, maka beliau telah membina sepuluh rumah; sembilan rumah untuknya dan yang kesepuluhnya terletak di tengahnya adalah untuk bapaku. Kemudian beliau menutup semua pintu jalan ke Masjid selain daripada pintu Ali (a.s.). Maka ada orang yang tidak senang hati dengan perbuatannya lalu beliau bersabda: Aku bukanlah menutup pintu-pintu kalian dan membuka pintunya, tetapi Allah telah memerintahkanku supaya menutup pintu-pintu kalian dan membuka pintunya. Kemudian beliau melarang orang ramai tidur di Masjid selain daripadanya. Beliau telah berjunub di Masjid, di rumahnya dan di rumah Rasulullah (Saw.) di mana anak-anak Rasulullah dan juga anak-anaknya dilahirkan? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa Umar bin al-Khattab telah menebuk lubang sebesar biji matanya pada dinding rumahnya ke arah Masjid, maka beliau (Saw.) menentangnya. Kemudian berkhutbah dan bersabda: Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku supaya membina sebuah masjid yang bersih (tahiran) di mana tidak seorangpun yang tinggal di dalamnya selain daripadaku, saudaraku dan anak-anaknya? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) telah melantiknya di Ghadir Khum, maka beliau mengisytiharkannya sebagai wali dan bersabda: Hendaklah orang yang hadir menyampaikannya kepada orang yang tidak hadir? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.

Aku menyeru kalian dengan nama Allah adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) telah bersabda kepadanya semasa Perang Tabuk: Kedudukan anda di sisiku sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa dan anda adalah wali kepada setiap Mukmin selepasku? Mereka menjawab: Ya. Beliau berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) ketika menyeru Kristian Najran bermubahalah, beliau tidak datang melainkan dengannya, anak perempuannya dan dua anak lelakinya? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah adakah kalian mengetahui bahawa beliau telah memberi kepadanya bendera pada Hari Khaibar, kemudian bersabda: Aku akan memberinya kepada seorang lelaki yang dicintai Allah dan Rasul-Nya dan beliau pula mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan tidak pernah melarikan diri dalam peperangan di mana Allah akan membukanya dengan kedua-dua tangannya? Mereka berkata: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) telah mengutusnya dengan Surah al-Bara’ah dan bersabda: Tidak akan menyampaikannya daripada pihakku melainkan aku atau seorang lelaki daripadaku? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. . Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) sentiasa mengutamakan Ali (a.s.) dalam setiap kesulitan dengan penuh keyakinan, dan beliau tidak pernah menyerunya dengan namanya melainkan bersabda: Wahai saudaraku dan kalian panggilkan saudaraku Ali? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa beliau telah menyelesaikan antaranya, Ja‘far dan Zaid lalu bersabda: Wahai Ali! Anda adalah daripadaku, aku adalah daripada anda, dan anda adalah wali kepada setiap Mukmin selepasku? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.
Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa beliau telah berada di sisi Rasulullah (Saw.) sekali pada setiap hari dan sekali pula pada malamnya. Apabila Ali a.s. bertanya, beliau (Saw.) memberi jawapan kepadanya dan apabila beliau diam, maka Rasulullah (Saw.) memulakan percakapan dengannya? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) telah melebihkannya ke atas Ja‘far dan Hamzah ketika bersabda kepada Fatimah a.s: Suami anda adalah sebaik-baik Ahl Baitku, yang paling awal Islam, paling bersopan, paling alim? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) bersabda: Aku adalah penghulu anak Adam, saudaraku Ali adalah penghulu Arab, Fatimah adalah penghulu wanita Syurga, al-Hasan dan al-Husain kedua-duanya anak lelakiku adalah penghulu pemuda Syurga? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) telah memerintahkannya untuk memandikan jenazahnya dan memberitahunya bahawa Jibril akan membantunya? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) telah bersabda pada akhir khutbahnya: Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian dua perkara yang berharga: Kitab Allah dan Ahl Baitku. Lantaran itu, berpeganglah kepada kedua-duanya, nescaya kalian tidak akan sesat selama-lamanya? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya.

Beliau tidak meninggalkan meskipun satu ayat daripada al-Qur’an yang telah diturunkan secara khusus pada Ali a.s. dan Ahl Baitnya, begitu juga dengan hadis daripada Rasulullah Saw. mengenai mereka melainkan beliau menyeru mereka bermunasyadah dengan nama Allah, maka para sahabat menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Sesungguhnya kami telah mendengarnya. Dan seorang Tabi‘in berkata: Seorang yang aku percayai telah meriwayatkannya kepadaku daripada fulan dan fulan. Maka beliau telah bermunasyadah dengan mereka bahawa mereka mendengarnya daripada Rasulullah (Saw.). Dan beliau bersabda: Sesiapa yang menyangka bahawa dia mencintaiku tetapi memarahi Ali, maka sesungguhnya dia telah berbohong. Dia bukan mencintaiku sedangkan dia memarahi Ali. Ada orang bertanya: Wahai Rasulullah (Saw.)! Bagaimana begitu? Kerana beliau adalah daripada aku dan aku adalah daripadanya. Sesiapa yang mencintainya maka sesungguhnya dia mencintaiku, dan sesiapa yang mencintaiku maka dia mencintai Allah. Dan sesiapa yang memarahinya maka dia memarahiku, dan sesiapa yang memarahiku maka dia memarahi Allah? Mereka menjawab: Wahai Tuhanku! Ya. Kami telah mendengarnya. Kemudian mereka bersurai.

Tangisan Ibn Abbas dan penjelasannya akan peristiwa Hari Khamis

Abban bin Abi ‘Iyasy daripada Sulaim bin Qais berkata: Sesungguhnya aku telah berada di sisi Abdullah bin Abbas di rumahnya dan di sisinya beberapa orang Syi‘ah. Mereka telah menyebut Rasulullah (Saw.), dan kematiannya. Maka Ibn Abbas terus menangis dan berkata: Rasulullah Saw. telah bersabda pada hari Khamis iaitu hari di mana beliau wafat.Di sampingnya Ahl Baitnya dan tiga puluh orang para sahabatnya: Kalian bawakan kepadaku kertas supaya aku menulis satu surat (kitab) untuk kalian di mana kalian tidak akan sesat selepasku selama-lamanya dan kalian tidak akan bertengkar selepasku. Maka seorang lelaki daripada mereka berkata: Sesungguhnya Rasulullah sedang meracau. Lantas Rasulullah Saw. memarahinya dan bersabda: Aku melihat kalian bertengkar sedangkan aku masih hidup. Bagaimanakah selepas kematianku? Lantas beliau meninggalkan kertas.

Sulaim berkata: Kemudian Ali berdepan dengan Ibn Abbas dan berkata: Sekiranya lelaki itu tidak berkata sedemikian nescaya beliau telah menuliskan untuk kita kitab di mana tiada seorangpun akan sesat dan bertengkar. Seorang lelaki daripada mereka bertanya: Siapakah lelaki itu? Beliau berkata: Aku tidak akan memberitahunya. Aku berduaan dengan Ibn Abbas selepas orang ramai pergi, dia berkata: Umarlah yang telah berkata sedemikian. Aku berkata: Anda memang benar. Sesungguhnya aku telah mendengar Ali a.s., Salman, Abu Dhar dan al-Miqdad berkata: “Umar”. Beliau a.s. berkata: Sembunyikan melainkan kepada orang yang anda percaya daripada saudara-saudara anda. Kerana hati umat ini telah dimabukkan oleh cinta kepada dua lelaki ini sebagaimana hati Bani Israil telah dimabukkan oleh cinta kepada al-‘Ijl dan al-Samiri.

Penyaksian Sulaim bin Qais akan peperangan Jamal

Abban berkata: Aku telah mendengar Sulaim bin Qais berkata: Aku telah menyaksikan Ali (a.s.) di dalam peperangan Jamal. Kami bersama dua belas ribu orang tentera. Ahli Jamal adalah melebihi seratus dua puluh ribu. Bersama Ali adalah Muhajirin dan Ansar. Empat ribu adalah terdiri daripada mereka yang telah berperang bersama Rasulullah (Saw.) di dalam peperangan Badr, Hudaibiyyah dan peperangan lain. Kebanyakannya adalah dari Kufah selain daripada mereka yang mengikutinya dari Basrah dan Hijaz yang tidak terlibat dalam Hijrah. Mereka telah memeluk Islam selepas pembukaan Makkah. Empat ribu orang Ansar tidak dipaksa untuk memberi bai‘ah dan berperang. Tetapi beliau menjemput mereka. Seratus tujuh puluh orang ahli Badr menyahuti jemputannya. Tidak ada seorangpun orang Ansar yang telah menyertai peperangan Badr dan Hudaibiyyah mengundur diri daripadanya. Malah tidak seorangpun daripada Muhajirin dan Ansar melainkan mewalikannya dan menyeru kemenangan untuknya. Mereka mencintai ketrampilannya ke atas musuh-musuhnya. Beliau tidak menyusahkan mereka tetapi mereka telah memberi bai‘ah kepadanya.

Bukan semua orang berperang pada jalan Allah. Orang yang mengkritik dan membersihkan diri daripadanya adalah sedikit dan tersembunyi. Hanya beberapa orang yang memberi bai‘ah kepadanya, kemudian mereka sangsi untuk berperang bersamanya. Lantaran itu, mereka duduk di rumah mereka. Mereka adalah Muhammad bin Salmah, Sa‘d bin Abi Waqqas, Ibn Umar dan Usamah bin Zaid. Akhirnya mereka telah menyesal dan berdoa untuk Ali a.s., membersihkan diri mereka daripada musuhnya, memberi penyaksian bahawa Ali a.s. adalah di atas kebenaran dan sesiapa yang menentangnya dilaknati serta halal darahnya.

Ucapan Ali a.s. kepada Talhah dan al-Zubair semasa berjumpa dengan ahli Bas rah dalam peperangan

Abban daripada Sulaim berkata: Manakala Amir al-Mukminin a.s. berjumpa ahli Basrah pada Hari Jamal, beliau menyeru al-Zubair: Wahai Abu Abdillah! Keluar kepadaku. Lantas para sahabatnya berkata kepadanya: Wahai Amir al-Mukminin! Anda keluar kepada al-Zubair yang mengkhianati bai‘ahnya sedangkan dia berada di atas kuda yang siap dengan senjata dan anda berada di atas keldai tanpa senjata? Ali a.s. berkata: Sesungguhnya di atasku jubah yang tebal di mana tidak seorangpun mampu melarikan diri daripadanya kerananya. Sesungguhnya aku tidak akan mati dan tidak akan dibunuh melainkan di tangan orang yang paling celaka sebagaimana unta betina Allah telah dibunuh oleh orang Thamud yang paling celaka.

Maka al-Zubair pun keluar kepadanya. Maka beliau berkata: Di manakah Talhah (perintahkan) supaya dia keluar? Maka Talhah pun keluar. Beliau berkata: Adakah kalian berdua dan orang yang mempunyai ilmu daripada keluarga Muhammad serta Aisyah binti Abu Bakr mengetahui bahawa sesungguhnya ahli Jamal, ahli Siffin dan Nahrawan dilaknati di atas lidah Muhammad? Sesungguhnya rugilah orang yang berbohong. Al-Zubair berkata: Bagaimana boleh kami dilaknati sedangkan kami daripada ahli syurga? Ali a.s. berkata: Jika aku telah mengetahui bahawa kalian daripada ahli Syurga nescaya aku tidak menghalalkan peperangan dengan kalian.
Al-Zubair berkata: tidakkah anda telah mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda pada Hari Uhud: Talhah wajib memasuki Syurga. Dan sesiapa yang ingin melihat kepada syahid yang hidup berjalan di Bumi ini, maka hendaklah dia melihat kepada Talhah Atau tidakkah anda telah mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda: Sepuluh daripada Quraisy akan berada di Syurga? Ali a.s. berkata: Sebutkan nama-nama mereka? Dia berkata: Fulan, fulan dan fulan sehingga dia menyebut sembilan nama. Antaranya Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah dan Sa‘id bin Zaid bin ‘Umru bin Nufail. Maka Ali a.s. berkata: Anda telah menyebut sembilan, maka siapakah yang ke sepuluh? Al-Zubair berkata: Anda.

Maka Ali a.s. berkata: Anda telah memperakui bahawa aku adalah daripada ahli Syurga. Adapun apa yang anda mendakwa untuk diri anda dan para sahabat anda maka aku adalah daripada orang yang mengingkarinya. Demi Tuhan! Sebahagian orang yang telah anda sebutkan akan berada di dalam Tabut di bawah Neraka Jahannam di mana di atasnya ada sebuah batu besar yang menutupi satu lubang. Apabila Allah mahu memanaskan Jahannam, Dia akan mengangkat batu itu lalu ia memanaskan Jahannam. Aku telah mendengar demikian itu daripada Rasulullah (Saw.). Jika tidak, Allah akan memenangkan anda denganku dan mengalirkan darahku dengan tangan anda. Dan jika tidak, Allah akan memenangkanku dengan anda dan para sahabat anda. Lantas al-Zubair kembali kepada para sahabatnya dalam keadaan menangis.

Kemudian Ali a.s. berpaling kepada Talhah. Beliau berkata: Wahai Talhah! Bersama kalian berdua adalah isteri-isteri kalian? Talhah berkata: Tidak. Beliau berkata: Kalian berdua bergantung kepada perempuan di mana tempatnya di dalam kitab Allah adalah duduk di rumah tetapi kalian berdua telah mempamerkannya di khemah-khemah. Rasulullah (Saw.) tidak dapat menyedarkan kalian berdua. Sesungguhnya Allah memerintahkan supaya perempuan bercakap di balik hijab. Beritahukan kepadaku tentang solat Ibn al-Zubair dengan kalian berdua. Adakah salah seorang daripada kalian berdua meridhai sahabatnya. Beritahukan kepadaku tentang seruan kalian berdua kepada Arab Badwi bagi memerangiku dan apakah yang telah membawa kalian berdua melakukannya?

Maka Talhah berkata: Ini kerana kami enam orang dalam Syura. Seorang daripada kami telah mati dan seorang lagi dibunuh. Kami pada hari ini empat orang. Kami benci kepada anda. Maka Ali a.s. berkata: Itu bukan tugasku. Kami telah berada di dalam Syura tetapi urusannya bukan di tangan kami. Tetapi hari ini ia berada di tanganku. Apakah pendapat anda jika aku mahu selepas anda memberi bai‘ah kepada Uthman, mengembalikannya kepada Syura, adakah ia untukku? Dia berkata : Tidak. Kenapa anda berkata demikian? Kerana anda telah memberi bai‘ah dengan sukarela.

Ali a.s. berkata lagi: Bagaimana begitu? Sedangkan Ansar dengan pedang-pedang mereka yang terhunus berkata: Kalian hendaklah memberi bai‘ah kepada salah seorang daripada kalian. Jika tidak, kami akan memenggal kepala kalian. Adakah seseorang telah berkata kepada anda dan sahabat anda sesuatu seperti ini pada masa kalian berdua memberi bai‘ah kepadaku? Hujahku tidak memaksa anda memberi bai‘ah adalah lebih jelas daripada hujah anda.

Sesungguhnya anda dan sahabat anda telah memberi bai‘ah kepadaku secara sukarela, bukan paksaan. Kalian berdua adalah orang yang pertama memberi bai‘ah kepadaku. Dan tidak seorangpun berkata bahawa kalian berdua akan memberi bai‘ah kepadaku, atau kami akan membunuh kalian berdua. Maka Talhah pun beredar dari tempat itu. Dan peperangan bermula, lalu Talhah dibunuh sementara al-Zubair telah melarikan diri.

Pengakuan Ali a.s: “Rasulullah Saw. telah mengajarku seribu bab ilmu”

Abban daripada Sulaim berkata: Aku telah mendengar satu hadis daripada Ali a.s.. Aku tidak tahu apakah yang sebenarnya. Aku mendengarnya berkata: Sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah memberitahu kepadaku pada masa sakitnya dan mengajar kepadaku anak kunci seribu bab ilmu. Dan dibuka setiap bab akan seribu bab yang lain. Aku duduk dengan tenang di khemah Ali a.s. Beliau telah mengutus al-Hasan (a.s.) dan Ammar mengumpul orang ramai. Tiba-tiba Ali a.s. datang dan berkata: Wahai Ibn Abbas! Al-Hasan akan mendahului anda, bersamanya sebelas ribu lelaki kurang seorang atau dua orang. Maka aku berkata kepada diriku (tentang kata Ali kepada Ibn Abbas): Sekiranya sebagaimana beliau berkata, maka ia adalah daripada seribu bab. Manakala al-Hasan meneruskan pengendalian tentera itu, aku mengucap selamat datang kepadanya. Maka aku bertanya kepada kerani tentera yang bersama-samanya tentang nama-nama mereka: Berapa orang tentera bersama anda? Dia menjawab: Sebelas ribu lelaki kurang seorang atau dua orang.

Kata-kata Ali a.s: “Bertanyalah kepadaku sementara aku masih ada”

Abban daripada Sulaim Berkata: Aku telah duduk di samping Ali (a.s.) di Masjid Kufah, orang ramai berada di sekitarnya maka beliau berkata: Kalian bertanyalah kepadaku sementara aku masih ada. Kalian bertanyalah aku tentang Kitab Allah. Demi Tuhan! Tidak ada satu ayat daripada kitab Allah yang telah turun melainkan Rasulullah (Saw.) telah membacakannya kepadaku dan mengajarku tentang takwilnya. Ibn al-Kawa’ berkata: Apakah yang diturunkan kepadanya sedangkan anda tidak ada bersamanya? Beliau berkata: Ya. Beliau (Saw.) telah membacakan kepadaku apabila aku berjauhan daripadanya. Apabila aku datang kepadanya, beliau bersabda: Wahai Ali! Allah telah menurunkan ayat selepas anda tidak ada, lalu beliau membacakannya kepadaku dan mengajarku akan takwilnya.

Penjelasan Ali a.s. kepada ketua Yahudi tentang perpecahan umat dan kata-kata nya: “Jika aku diberi kedudukan…”

Abban daripada Sulaim berkata: Aku telah mendengar Ali (a.s.) berkata kepada ketua Yahudi: Berapa kumpulankah kalian telah berpecah? Dia berkata: Kumpulan sekian dan kumpulan sekian. Ali a.s. berkata: Anda telah berbohong. Kemudian beliau berdepan dengan orang ramai dan berkata: Jika aku diberi kedudukan, nescaya aku menghukum ahli Taurat dengan Taurat mereka, ahli Injil dengan Injil mereka dan ahli al-Qur’an dengan a-Qur’an mereka. Yahudi berpecah kepada tujuh puluh satu kumpulan. Tujuh puluh kumpulan ke Neraka dan satu kumpulan ke Syurga iaitu kumpulan yang mengikuti Yusya’ bin Nun, wasi Musa. Nasara telah berpecah kepada tujuh puluh dua kumpulan. Tujuh puluh satu kumpulan ke Neraka dan satu kumpulan ke Syurga iaitu kumpulan yang mengikuti Syam‘un, wasi ‘Isa. Dan umat ini berpecah kepada tujuh puluh tiga kumpulan. Tujuh puluh dua kumpulan ke Neraka dan satu kumpulan ke Syurga iaitu kumpulan yang mengikuti wasi Muhammad (Saw.). Dan beliau menepuk dadanya lalu berkata: Tiga belas daripada tujuh puluh tiga mencintaiku dan satu kumpulan daripadanya ke Syurga. Dan dua belas daripadanya ke Neraka.

Penjelasan Ibn ‘Abbas kepada Sulaim tentang perkara paling besar pernah beliau dengar daripada Ali a.s.

Abban daripada Sulaim berkata: Aku berkata kepada Ibn Abbas: Beritahukan kepadaku perkara yang paling besar telah anda dengar daripada Ali a.s.? Maka dia telah memberitahuku apa yang telah aku dengar daripada Ali a.s. Beliau a.s. berkata: Rasulullah (Saw.) telah memanggilku dan di tangannya ada kitab. Maka beliau berkata: Ambillah kitab ini. Aku berkata: Wahai Nabi Allah! Apakah kitab ini? Beliau bersabda: Kitab yang telah dituliskan Allah, mengandungi ahli bahagia dan ahli celaka daripada umatku. Allah telah memerintahkanku supaya memberikannya kepada anda.

Pertanyaan Sulaim kepada Ibn Abbas mengenai Perang Siffin dan perkara yang berlaku semasa peperangan

Abban berkata: Aku telah Mendengar Sulaim bin Qais berkata: Aku bertanya kepadanya: Adakah anda telah menyaksikan peperangan Siffin? Ibn Abbas menjawab: Ya. Aku bertanya lagi: Adakah anda telah menyaksikan peperangan Nahrawan? Dia menjawab: Ya. Aku bertanya lagi: Berapakah umur anda ketika itu? Dia menjawab: Empat puluh tahun. Aku berkata: Beritahukan kepadaku- rahmat Allah ke atas anda- Dia menjawab: Ya. Meskipun aku telah terlupa beberapa perkara tetapi aku masih tidak melupai hadis ini. Kemudian dia menangis. Dan dia berkata: Kalian berbaris, kamipun berbaris.

Maka Malik al-Asytar telah keluar dengan kudanya yang lengkap dengan senjata dan di tangannya lembing, mengetuk-ngetuk kepala kami sambil berkata: Betulkan barisan kalian. Setelah membetulkan barisan, beliau datang dengan kudanya sehingga berdiri antara dua barisan, kemudian memalingkan belakangnya kepada ahli Syam dan mengadapkan mukanya kepada kami. Maka beliau memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya serta bersalawat kepada Nabi (Saw.), kemudian berkata: Amma ba‘d. Bahawa perhimpunan kita di sini pada hari ini adalah daripada Qada’ dan Qadar-Nya kerana ajal-ajal telah hampir dan urusan-urusan telah berakhir dipimpin oleh penghulu Muslimin Amir al-Mukminin, sebaik-baik wasi, sepupu Nabi kami, saudaranya dan warisnya.

Pedang-pedang kami adalah pedang-pedang Allah. Sementara ketua mereka adalah anak lelaki kepada perempuan yang telah memakan hati, gua nifaq dan sebahagian daripada Ahzab yang memandu mereka kepada kecelakaan dan Neraka. Kami berharap dengan pembunuhan mereka, pahala daripada Allah dan mereka pula sedang menunggu pembalasan. Apabila peperangan bermula dan kuda merempuh ke arah orang yang terbunuh di pihak kita dan pihak mereka, kami berharap dengan memerangi mereka, kemenangan daripada Allah, lalu aku tidak mendengar melainkan suara gempur.

Wahai manusia! Rendahkan penglihatan kalian dan perkuatkanlah azam kalian dengan memotong kepala, kerana ia adalah lebih berkesan. Hadapilah mereka dengan muka-muka kalian. Ambillah pedang kalian dengan iman kalian. Justeru itu, pukullah pada sasarannya dan tikamlah dengan lembing ke arah perut kerana ia adalah sasaran pembunuhan. Cekalkan diri kalian menghadapi orang yang menuntut bela ke atas darah bapa-bapa dan saudara-saudara mereka.

Perkukuhkan semangat kalian untuk kematian supaya kalian tidak dihina dan dimalukan. Kemudian mereka bertembung dengan dahsyat di mana akibatnya tujuh puluh ribu Arab terbunuh. Peristiwa itu berlaku pada hari khamis sehingga satu pertiga malam, tanpa sujud kepada Allah meskipun satu sujud sehingga berlalunya waktu solat yang empat; Zuhur, ‘Asr, Maghrib dan ‘Isyak.

Kata-kata Ali a.s. semasa Peperangan Siffin

Sulaim berkata: Kemudian Ali a.s. berdiri memberi khutbah dan berkata: Wahai manusia! Sesungguhnya kalian telah melihat musuh kalian berada di tahap yang terakhir kerana semua perkara yang telah berlaku akan dikira akhirnya dengan awalnya. Mereka bersusah-payah tanpa agama sehingga mereka sampai kepada kalian. Aku akan menyerang mereka di awal pagi insya’ Allah dan menghukum mereka kepada Allah. Berita ini telah sampai kepada Mu‘awiyah, lalu dia, para sahabatnya dan ahli Syam menjadi takut. Lantas dia memanggil ‘Umru bin ‘As dan berkata: Wahai ‘Umru! Dia akan menyerang kita pada waktu malam. Apakah pendapat anda? Dia menjawab: Tentera berkurangan. Mereka tidak berjuang dengan sepenuh tenaga. Dan anda bukan sepertinya. Kerana dia memerangi anda di atas asas yang jelas sementara anda memeranginya di atas asas yang kabur. Anda mahu hidup sementara dia mahu mati. Ahli Syam tidak takut jika Ali (a.s.) menang ke atas mereka, tetapi ahli Iraq takut jika anda menang ke atas mereka. Paksakan ke atas mereka satu perkara jika mereka menolaknya, mereka akan berpecah. Dan jika mereka menerimanya, mereka akan berpecah.

Anda serukan mereka kepada kitab Allah dan anda angkatkan mushaf-mushaf di hujung lembing, anda akan sampai kepada hajat anda. Aku masih menyimpannya untuk anda. Maka Mu‘awiyah telah mengetahuinya dan berkata: Anda memang benar. Tetapi aku ada satu pendapat yang boleh menipu Ali iaitu tuntutanku ke atas Syam sebagai gantian. Ini adalah perkara yang pertama kali dia menolakku daripadanya. ‘Umru tersenyum dan berkata: Di manakah anda wahai Mu‘awiyah daripada tipu-helah Ali? Jika anda mahu, anda tulis.

Surat Mu‘awiyah kepada Ali a.s. di Siffin

Sulaim berkata: Mu‘awiyah telah menulis surat kepada Ali a.s. bersama Abdullah bin ‘Uqbah. Amma ba‘d. Sesungguhnya jika anda mengetahui bahawa peperangan mendatangkan bencana kepada kami dan anda, dan malah kita mengetahuinya, maka sebahagian kita tidak akan menyerang akan sebahagian yang lain, jika kita dapat mengawal akal kita. Maka telah berlakulah apa yang telah berlaku dan kita memperbaiki apa yang tinggal. Aku telah meminta Syam daripada anda dengan syarat anda tidak memaksaku taat dan memberi bai‘ah kepada anda, maka anda menolaknya. Allah telah memberi kepadaku apa yang anda halang. Aku menyeru anda kepada apa yang aku telah menyeru anda kelmarin. Kerana anda tidak mengharapkan kekal melainkan apa yang aku juga mengharapkannya dan anda tidak takut kepada mati melainkan apa yang aku takut. Demi Tuhan! Hati menjadi lembut dan tentera telah pergi. Kami Bani ‘Abd Manaf tidak ada kelebihan sebahagian kami ke atas sebahagian yang lain di mana yang mulia tidak dapat dihina dan yang lemah tidak diperhambakan, Wassalam.


Jawapan Ali a.s. kepada surat Mu‘awiyah

Sulaim berkata: Manakala Ali a.s. membaca surat Mu‘awiyah, beliau tersenyum dan berkata: Satu keanehan daripada Mu‘awiyah dan tipu- dayanya kepadaku. Maka beliau menyeru penulisnya ‘Ubaidillah bin Abi Rafi’, dan berkata: Tulis amma ba‘d. Sesungguhnya surat anda telah sampai kepadaku, anda telah menyebut di dalamnya bahawa peperangan telah mendatangkan bencana kepada kami dan anda, maka sebahagian kita tidak akan menyerang sebahagian yang lain. Aku dan anda, wahai Mu‘awiyah! Mempunyai matlamat yang belum tercapai.

Adapun tuntutan anda akan Syam, maka aku tidak akan memberinya kepada anda hari ini apa yang aku telah menegahnya kelmarin. Dan adapun persamaan kami dalam ketakutan dan harapan, anda tidak dapat menghilangkan syak yang menguasai anda sedangkan aku dalam keyakinan.

Adapun kata-kata anda bahawa kami Bani ‘Abd Manaf tidak ada kelebihan sebahagian ke atas sebahagian yang lain, begitu juga kami. Tetapi Umayyah tidak sama dengan Hasyim, Harb tidak sama dengan ‘Abd al-Muttalib, Abu Sufyan tidak sama dengan Abu Talib, al-Taliq tidak sama dengan al-Muhajir, al-Munafiq tidak sama dengan Mukmin, dan pembohong tidak sama dengan orang yang bercakap benar. Di tangan kami kelebihan kenabian di mana kami menguasai Arab dan ‘Ajam, Wassalam.

Apabila sampai surat Ali a.s. sampai kepada Mu‘awiyah, dia merahsiakannya kepada ‘Umru bin ‘As. Kemudian memanggilnya dan membacakan kepadanya. Walau bagaimanapun ‘Umru telah bergembira dengan surat itu kerana pada akhirnya dia telah melarang Mu‘awiyah menulisnya. Tidak ada seorangpun daripada Quraisy yang membesar-besarkan Ali a.s. selepas hari itu selain daripada ‘Umru yang menentangnya di atas kudanya.

Sya‘ir ‘Umru bin ‘As selepas surat Ali a.s. diterima oleh Mu‘awiyah

‘Umru bin al-‘As berkata:
Bagi Allah kurniaan-Nya kepada anda wahai Ibn Hindun!
Kurniaan seorang yang mempunyai keadaan yang malang
Anda tamak kepada Ali, tiada maaf bagi anda
Dia telah memukul besi di atas besi
Anda mengharap dapat menipunya dengan syak
Anda mengharap dia menakutkan anda dalam ancaman
Segala-galanya telah terdedah
mengheret kepada peperangan
Kepala kanak-kanak akan beruban kerana ketakutannya
Sekembalinya dia akan berkata kepadanya
Nyahlah dari sini lantaran kesengsaraan mereka
Jika ia berlaku, maka awalnya kecil
Jika ia berlaku tidak ada penghujungnya
Ia tidak menjadi masalah kepada Abu al-Hasan
Tetapi ia menjadi masalah kepada anda sedikit masa lagi
Aku mengungkapkan kepadanya kata-kata yang tersusun
Lemah hati, terputus harapan
Anda menuntut Syam wahai Ibn Hindun!
Daripada kejahatan dan fikiran yang rendah
Jika dia memberikanya kepada anda
Kemuliaan anda tidak akan bertambah
Lantaran itu apakah gunanya anda meminta berlebihan?
Pendapat ini tidak akan memberi faedah
Selain daripada menceritakan apa yang telah berlalu.

Maka Mu‘awiyah berkata: Demi Tuhan! Anda telah mengetahui bahawa aku tidak mahu sya‘ir ini. ‘Umru menjawab: Aku tidak bermaksud sedemikian. Dia berkata: Anda telah menghina pendapatku dan membesar-besarkan Ali sedangkan anda menentangnya. ‘Umru tersenyum dan berkata: Pertentangan dan maksiat anda telah berlalu. Adapun keburukkanku belum ada seorang lelaki yang berani bertarung dengan Ali. Jika anda mahu, anda boleh melakukannya. Mu‘awiyah terdiam. Dan perkara tersebut telah tersebar di kalangan ahli Syam.

Kata-kata Ali a.s. setelah diberitahu ahli Syam mencacinya

Abban daripada Sulaim berkata: Ali a.s. telah melalui di hadapan jama‘ah ahli Syam di mana al-Walid bin ‘Uqbah bin Abi Mu‘it bersama mereka. Mereka mencacinya, maka Ali a.s. diberitahu mengenainya. Lantas beliau berhenti di samping para sahabatnya dan berkata kepada mereka: Kalian pergi kepada mereka dan bertenang dengan kedamaian Islam. Kita paling hampir kepada kejahilan dengan Allah, berani ke atas-Nya dan tertipu kepada gerakan di mana ketua mereka adalah Mu‘awiyah, Ibn al-Nabighah, Abu al-A‘war al-Silmi, Ibn Abi Mu‘it, peminum arak yang telah dikenakan hukum had di dalam Islam, dan Marwan yang telah diusir oleh Rasulullah (Saw.).

Mereka mencaciku dan sebelum hari ini mereka tidak memerangiku, mereka hanya mencaciku sedangkan aku menyeru mereka kepada Islam dan mereka menyeruku kepada penyembahan berhala. Segala puji bagi Allah di atas apa yang diserukan kepadaku oleh orang yang fasiq. Sesungguhnya ucapan ini adalah mulia. Sesungguhnya orang fasiq lagi munafiq berada di sisi kami, mereka tidak boleh dipercayai, takut kepada Islam dan menipu separuh daripada umat ini.

Hati mereka telah mabuk cinta kepada fitnah, hawa-nafsu mereka cenderung kepada kebatilan, mereka telah mengisytiharkan perang terhadap kami dan mereka mahu memadamkan cahaya Allah. Allah akan menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun dibenci oleh orang kafir. Kemudian beliau memberi semangat kepada para sahabatnya menentang mereka dan berkata: Mereka masih dengan pendirian mereka, tanpa tikaman tepat yang menerbangkan hati, tanpa pukulan yang mencederakan hidung, dahi, dagu, dada dan tulang-tulang mereka dengan senjata. Di manakah ahli agama dan penuntut-penuntut pahala?

Lantaran itu, seramai empat ribu orang telah menyerbu kepadanya. Beliau a.s. telah menyeru Muhammad bin al-Hanafiah dan berkata: Wahai anakku! Berjalanlah ke arah bendera ini dengan berhati-hati sehingga anda menikam pada dada mereka dengan senjata yang tajam. Tahanlah diri anda sehingga datang perintahku, maka dia mematuhinya. Manakala Muhammad menghampiri mereka, maka dia melepaskan panahnya ke dada mereka. Begitulah yang dilakukan oleh orang yang dilatih oleh Ali a.s. di dalam menghadapi musuh mereka sehingga mereka dapat menggoncangkan pendirian musuh dan membunuh kebanyakan mereka.

Pertanyaan Sulaim kepada al-Miqdad tentang kelebihan Ali a.s. dan penjelasan nya

Abban daripada Sulaim berkata: Aku bertanya al-Miqdad tentang Ali a.s., beliau berkata: Kami telah bermusafir bersama Rasulullah Saw. sebelum beliau memerintahkan isteri-isterinya memakai hijab. Akulah satu-satunya khadamnya pada masa itu. Rasulullah (Saw.) mempunyai hanya satu lihaf sahaja dan bersamanya ‘Aisyah. Rasulullah (Saw.) telah tidur antara Ali a.s. dan ‘Aisyah di mana tidak ada lihaf selain daripadanya. Apabila Rasulullah (Saw.) bangkit daripada tidurnya pada waktu malam, beliau meletakkan lihafnya di tengahnya antara Ali a.s. dan ‘Aisyah sehingga lihaf menyentuhi hamparan di bawah mereka berdua. Rasulullah Saw. bangkit daripada tidurnya lalu mengerjakan solat sementara Ali a.s. tidak dapat tidur kerana demam. Rasulullah (Saw.) berjaga malam kerana kesakitan Ali a.s. Beliau mengerjakan solat malam, kemudian datang kepada Ali a.s. bagi melihat keadaannya. Begitulah keadaan Rasulullah (Saw.) sehingga tiba waktu pagi.

Manakala beliau mengerjakan solat bersama-sama para sahabatnya pada pagi hari, beliau berdoa: Wahai Tuhanku! Sembuhkanlah penyakit Ali dan beliaulah yang membuatku berjaga malam. Maka Ali a.s. menjadi sembuh bagaikan terlepas daripada ikatan. Kemudian Rasulullah (Saw.) bersabda: Bergembiralah wahai saudaraku! Beliau bersabda sedemikian di hadapan para sahabat yang sedang mendengarnya. Ali a.s. berkata: Allah telah mengembirakan anda dengan kebaikan wahai Rasulullah (Saw.) dan menjadikan aku sebagai tebusan. Beliau bersabda lagi: Sesungguhnya aku tidak memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia memberikannya kepadaku. Aku tidak memohon sesuatu untuk diriku melainkan aku memohonnya untuk anda seumpamanya. Sesungguhnya aku telah menyeru Allah supaya mempersaudarakan antaraku dan anda, maka Dia telah melakukannya. Aku telah memohon kepada-Nya supaya Dia menjadikan anda wali kepada setiap Mukmin selepasku, maka Dia telah melakukannya. Aku memohon kepada-Nya apabila Dia memakaikan kepadaku pakaian kenabian dan kerasulan supaya memakaikan kepada anda pakaian wasi dan keberanian, maka Dia telah melakukannya.

Aku memohon kepada-Nya supaya Dia menjadikan anda wasiku, warisku dan penyimpan ilmuku, maka Dia telah melakukannya. Aku telah memohon kepada-Nya supaya menjadikan kedudukan anda di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, dan membantuku dengan anda serta melibatkan anda dalam urusanku, maka Dia telah melakukannya selain tidak ada nabi selepasku, maka aku telah meridhainya. Aku memohon kepada-Nya supaya menikahkan anda dengan anak perempuanku dan menjadikan anda bapa kepada anak-anakku, maka Dia telah melakukannya. Maka seorang lelaki (Umar) berkata kepada sahabatnya: Apakah pendapat anda tentang apa yang beliau (Rasulullah Saw.) telah pohon? Demi Tuhan! Sekiranya beliau memohon kepada Tuhannya supaya menurunkan Malaikat ke atasnya bagi menolongnya menentang musuhnya atau mengeluarkan harta simpanan untuk beliau dan para sahabatnya berbelanja ketika perlu, adalah lebih baik untuknya daripada apa yang beliau telah pohon. Sementara sahabatnya (Abu Bakr) pula berkata: Segantang kurma adalah lebih baik daripada apa yang telah beliau pohon.

Kata-kata Abd al-Rahman al-Azadi ketika kematian Mu‘adh Bin Jabal dan uca pan: “Neraka Wail untukku”

Abban berkata: Aku mendengar Sulaim berkata: Aku telah mendengar Abd al-Rahman bin Ghunim al-Azadi al-Thumali, menantu Mu‘adh bin Jabal, orang paling alim dalam ilmu fekah di Syam, berkata: Mu‘adh bin Jabal mati disebabkan penyakit Taun. Aku telah menyaksinya pada hari kematiannya. Sementara orang ramai sibuk dengan penyakit Taun. Dia berkata: Aku telah mendengarnya ketika nazak (ihtidar), dan tidak ada orang lain selain daripadaku. Peristiwa ini berlaku pada masa pemerintahan Umar bin al-Khattab. Mu‘adh berkata: Neraka untukku, neraka untukku (wailun li wailun li). Aku berkata dalam diriku: Orang yang terkena penyakit Taun meracau dan berkata perkara-perkara yang pelik. Aku pun berkata: Adakah anda meracau rahima-ka-llahu? Mu‘adh berkata: Tidak. Aku berkata lagi: Kenapa anda menyeru dengan Neraka Wail? Dia berkata: Kerana aku telah mewalikan musuh Allah ke atas wali Allah. Maka aku berkata: Siapakah mereka? Dia menjawab: ‘Atiq dan Umar di atas khalifah Rasulullah dan wasinya Ali bin Abu Talib. Aku berkata: Anda memang meracau?

Maka dia berkata: Wahai Ibn Ghunim! Demi Allah aku tidak meracau. Ini adalah Rasulullah (Saw.) dan Ali (a.s.) sedang berkata: Wahai Mu‘adh! Bergembiralah dengan Api Neraka, anda dan para sahabat anda yang berkata: Jika Rasulullah (Saw.) mati atau dibunuh kita akan menjauhkan khilafah daripada Ali dan dia tidak akan sampai kepada khilafah selama-lamanya. Anda, ‘Atiq, ‘Umru, Abu ‘Ubaidillah dan Salim. Maka aku bertanya: Wahai Mu‘adh! Bilakah ini? Dia menjawab: Pada Haji Wida‘. Kami berkata: Kami menentang Ali. Justeru itu, dia tidak akan dapat khilafah selama kami masih hidup. Manakala Rasulullah (Saw.) wafat, aku berkata: Aku memberi jaminan kepada kalian akan kaumku Ansar. Lantaran itu, kalian berilah jaminan kepadaku akan Quraisy. Kemudian aku telah menyeru pada masa Rasulullah (Saw.) Basyir bin Sa‘d dan Asyad bin Hudair kepada orang yang telah kami memeterai perjanjian tersebut, lalu mereka berdua telah memberi bai‘ah kepadaku mengenainya. Aku berkata: Memang anda meracau. Dia berkata: Letakkan pipiku di tanah. Dia (Mu‘adh) terus menyeru dengan Neraka Wail dan kecelakaan sehingga dia mati.

Ibn Ghanim berkata kepadaku: Aku tidak pernah memberitahu sesiapa mengenainya sebelum anda. Tidak. Demi Tuhan! Selain daripada dua lelaki. Sesungguhnya apa yang telah aku dengar daripada Mu‘adh adalah menakutkan aku. Lantaran itu, aku mengerjakan Haji dan berjumpa orang yang mengikuti kematian Abu ‘Ubaidah dan Salim maula Abu Hudhaifah, aku bertanya: Salim tidak dibunuh pada Hari al-Yamamah? Dia menjawab: Ya. Dia telah memberitahuku bahawa mereka berdua telah berkata perkara yang sama sebagaimana Mu‘adh, tidak lebih dan tidak kurang.

Penyaksian Muhammad bin Abu Bakr akan perkataan bapanya ketika mati dan sebutan “Tabut”

Abban berkata: Sulaim berkata: Aku telah memberitahu Muhammad bin Abu Bakr tentang hadis Ibn Ghunim semuanya. Dia berkata kepadaku: Rahsiakan perkara ini kerana bapaku juga ketika matinya telah berkata seperti kata-kata mereka. ‘Aisyah berkata: Sesungguhnya bapaku telah meracau. Muhammad berkata: Aku telah berjumpa Abdullah bin Umar, maka aku memberitahunya apa yang dikatakan oleh bapaku ketika kematiannya. Maka dia berkata: Rahsiakan perkara ini. Demi Tuhan! Bapaku telah berkata sebagaimana bapa anda berkata, tidak lebih dan tidak kurang. Kemudian Abdullah bin Umar khuatir aku akan memberitahu Ali a.s. mengenainya, kerana dia mengetahui akan kasihku kepadanya, lalu berkata: Sesungguhnya bapaku telah meracau.

Maka aku telah mendatangi Amir al-Mukminin Ali a.s., lalu aku memberitahunya apa yang aku dengar daripada bapaku, dan apa yang diberitahu kepadaku oleh Abdullah bin Umar. Amir al-Mukminin Ali a.s. berkata: Orang yang lebih benar daripada anda dan Ibn Umar telah memberitahuku tentang bapanya, bapa anda, Abu ‘Ubaidah, Salim dan Mu‘adh. Aku berkata: Siapakah orangnya? Beliau berkata: Ada orang yang telah memberitahuku. Dia berkata: Aku telah mengetahui apa yang dimaksudkannya, maka aku berkata: Anda memang banar wahai Amir al-Mukminin. Aku telah menjangka ada orang yang telah memberitahu anda. Tidak ada seorangpun yang menyaksikan bapaku berkata sedemikian selain daripadaku.

Dia berkata: Aku berkata kepada Abd al-Rahman bin Ghunim: Mu‘adh telah mati disebabkan oleh penyakit Taun sebagaimana berlaku kepada Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah. Dia berkata: Disebabkan oleh bisul. Aku berjumpa dengan Muhammad bin Abu Bakr dan berkata: Adakah mereka berdua telah menyaksikan kematian bapa anda selain daripada saudara anda Abd al-Rahman, ‘Aisyah dan Umar. Adakah mereka mendengar daripadanya apa yang anda telah mendengarnya? Dia berkata: Mereka telah mendengar daripadanya, lalu mereka menangis dan berkata: Dia sedang meracau. Aku bukan mendengar kesemuanya.

Aku berkata: Apakah yang telah didengar oleh mereka daripadanya? Mereka berkata: Dia telah meyeru dengan Neraka Wail dan kecelakaan, maka Umar berkata kepadanya: Wahai Khalifah Rasulullah! Kenapa anda menyeru dengan Neraka Wail dan kecelakaan? Dia berkata: Ini Muhammad dan Ali sedang memberi khabar gembira kepadaku dengan Neraka. Di tangannya Sahifah di mana kami telah memeterai perjanjian ke atasnya di hadapan Ka‘bah seraya berkata: Anda telah melaksanakannya, lantas anda dan sahabat anda menentang wali Allah. Maka bergembiralah dengan Api Neraka yang terkebawah.

Apabila Umar mendengarnya, dia terus keluar dan berkata: Sesungguhnya dia sedang meracau. Dia menjawab: Tidak. Demi Tuhan! Aku tidak meracau. Umar berkata: Anda yang kedua daripada dua orang ketika kedua-duanya di Gua? Abu Bakr berkata: Sekarang ini juga. Tidakkah aku telah memberitahu anda bahawa Muhammad berkata kepadaku semasa aku bersamanya di Gua: “Bahawa aku melihat bahtera Ja‘far dan para sahabatnya belayar di laut”.

Aku berkata: Perlihatkanlah kepadaku? Maka beliaupun menyapu mukaku, lantas aku melihat kepadanya. Aku yakin pada masa itu bahawa beliau adalah seorang ahli sihir (Sahir). Umar berkata: Wahai mereka itu! Sesungguhnya bapa kalian sedang meracau, lantaran itu rahsiakan apa yang kalian dengar daripadanya supaya Ahl al-Bait tidak mentertawakan kalian. Kemudian dia keluar. Dan saudaraku pun keluar untuk berwuduk bagi mengerjakan shalat.

Maka dia (Abu Bakr) memperdengarkan kata-katanya kepadaku yang tidak didengari oleh mereka. Aku berkata kepadanya semasa aku bersendirian dengannya: Wahai bapaku! Katalah: La ilaha illa Llah. Dia berkata: Tidak. Aku tidak akan berkata: La ilaha illa Llah selama-lamanya. Aku tidak mampu untuk berkata sedemikian sehingga aku memasuki Tabut. Manakala bapaku menyebut Tabut, aku menyangka dia sedang meracau. Aku berkata kepadanya: Tabut yang mana? Dia berkata: Tabut daripada api yang ditutupi dengan penutup daripada Api Neraka di dalamnya dua belas orang lelaki. Aku dan sahabatku ini. Aku berkata: Umar? Dia berkata: Ya. Dan sepuluh orang lagi di Neraka Jahannam yang terkebawah di mana di atasnya sebuah batu besar yang menutupi satu lubang.

Apabila Allah mahu memanaskan Neraka Jahannam, Dia mengangkat batu tersebut. Aku berkata: Adakah anda sedang meracau? Dia berkata: Tidak. Demi Tuhan! Aku tidak meracau. Allah melaknati Ibn Sahhak kerana dialah yang telah menghalangku daripada peringatan selepas dia datang kepadaku. Justeru itu, dia adalah sejahat-jahat sahabat (Qarin), Allah melaknatinya. Lekatkan pipiku di tanah, maka aku lekatkan pipinya ke tanah. Dia terus menyebut Wail dan kecelakaanya sehingga aku memberi isyarat mata kepadanya. Kemudian Umar pun masuk dan berkata: Adakah dia telah berkata sesuatu selepasku? Maka aku faham apa yang dikatakan olehnya. Dia berkata: Allah merahmati Khalifah Rasulullah, lantaran itu rahsiakanlah. Dia sedang meracau. Kalian sekeluarga terkenal dengan perkara tersebut ketika sakit. ‘Aisyah berkata: Anda memang benar. Mereka semuanya berkata: Janganlah ada seorangpun di kalangan kalian yang akan memberitahu kepada sesiapapun. Lantaran itu, Ibn Abu Talib dan Ahl Baitnya akan bergembira.

Sulaim berkata: Aku berkata kepada Muhammad bin Abu Bakr: Siapakah yang telah meriwayatkan kepada Amir al-Mukminin tentang apa yang mereka berlima ucapkan? Dia berkata: Rasulullah (Saw.). Beliau telah melihatnya di dalam mimpi setiap malam. Hadisnya mengenainya di dalam tidur sepertilah hadisnya semasa jaga. Kerana Rasulullah (Saw.) bersabda: “Sesiapa yang melihatku di dalam tidurnya, maka sesungguhnya dia telah melihatku. Kerana Syaitan tidak dapat menyerupaiku dan para wasiku sama ada di dalam tidur atau jaga sehingga Hari Kiamat”.

Sulaim berkata: Aku berkata kepada Muhammad bin Abu Bakr: Siapakah yang telah memberitahu anda tentang perkara ini? Dia berkata: Ali a.s.. Maka dia berkata: Aku telah mendengar juga sebagaimana anda mendengarnya. Aku berkata kepada Muhammad: Mudah-mudahan Malaikat telah meriwayatkannya. Dia berkata: Begitulah. Aku berkata: Adakah Malaikat meriwayatkan kepadanya?

Dia berkata: Tidakkah anda membaca al-Qur’an di dalam Surah al-Anbiya’ (21): 25, ‘‘Dan kami tidak mengutus sebelum anda seorang Rasul atau Nabi (atau Muhaddath)”. Aku berkata: Amir al-Mukminin Muhaddath? Dia menjawab: Ya. Fatimah juga Muhaddathath sedangkan beliau bukanlah seorang Nabi perempuan. Sarah isteri Ibrahim dapat bersemuka dengan Malaikat, lantas mereka telah memberi berita gembira kepadanya dengan Ishak. Dan selepas Ishak adalah Ya‘qub sedangkan beliau bukanlah seorang Nabi perempuan.

Kata-kata Ali a.s. bahawa para wasinya adalah muhaddathun dan nama mereka

Sulaim berkata: Apabila Muhammad bin Abu Bakr dibunuh di Mesir, maka kamipun mengucapkan takziah kepada Amir al-Mukminin a.s. Aku telah memberitahunya apa yang telah diberitahu kepadaku oleh Muhammad. Aku juga memberitahunya apa yang telah diberitahu kepadaku oleh Abd al-Rahman bin Ghunim. Beliau berkata: Muhahammad memang benar rahima-hu -Llah. Beliau adalah seorang syahid yang diberikan rezeki. Wahai Sulaim! Sesungguhnya para wasiku adalah sebelas orang lelaki daripada anak lelakiku, semuanya adalah para imam Muhaddathun.

Aku berkata: Wahai Amir al-Mukminin! Siapakah mereka? Beliau a.s. berkata: Anak lelakiku ini al-Hasan, kemudian anak lelakiku ini al-Husain, kemudian anak lelakiku ini. Beliau memegang tangan cucunya Ali bin al-Husain yang masih menyusu. Kemudian lapan daripada anak lelakinya seorang demi seorang. Merekalah yang Allah telah bersumpah dengan mereka di dalam firman-Nya; Surah al-Balad (90): 3, “Demi bapa dan apa yang diperanakkan” . “Bapa” adalah Rasulullah (Saw.) dan aku. Sementara “apa yang diperanakkan” adalah sebelas para wasi. Aku berkata: Dua imam dalam satu masa. Beliau berkata: Ya. Seorang diam, tidak bercakap sehingga mati yang pertama.

Sabda Nabi Saw. bahawa umatnya akan berpecah kepada tiga kumpulan dan pen jelasan mengenainya

Abban daripada Sulaim berkata: Aku telah mendengar Abu Dhar, Salman dan al-Miqdad berkata: Kami duduk di sisi Rasulullah Saw. di mana tidak ada orang lain selain daripada kami. Tiba-tiba sekumpulan Muhajirin yang terdiri daripada ahli Badr sampai. Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Umatku akan berpecah selepasku kepada tiga kumpulan. Satu kumpulan adalah di atas kebenaran. Mereka sepertilah emas setiap kali diletak di atas api, ia akan bertambah baik dan bernilai. Imam mereka adalah salah seorang daripada tiga.

Kumpulan ahli Batil. Mereka sepertilah besi setiap kali dimasukkan ke dalam api, ia akan bertambah buruk dan busuk. Imam mereka adalah salah satu daripada yang tiga. Dan kumpulan yang tidak ada pendirian lagi sesat, tidak berpihak kepada sesiapa. Imam mereka adalah salah satu daripada tiga. Aku telah bertanya kepada mereka tentang tiga imam. Mereka berkata: Imam kebenaran dan pertunjuk adalah Ali bin Abu Talib. Imam yang tidak ada pendirian (mudhabdhabin) adalah Sa‘d bin Abi Waqqas. Dan aku mahu mereka menamakan imam yang ketiga namun mereka enggan memberitahuku tetapi memberi gambarannya sehingga aku mengetahui siapakah yang mereka maksudkan.


BAHAGIAN KEENAM

Hadis al-Ghadir, keistemewaan Ahl al-Bait, keajaiban hadis-hadis tentang Ali a.s., sifat-sifat Mukminin, penghinaan terhadap Rasulullah Saw., Fatimah a.s. dan Abu Bakr, cubaan membunuh Ali a.s. serta kewafatan Fatimah a.s.


Seruan Nabi Saw di Ghadir Khum dan Imamah Ali a.s.”

Abban daripada Sulaim berkata: Aku telah mendengar Abu Sa‘id al-Khudri berkata: Sesungguhnya Rasulullah (Saw.) telah menyeru orang ramai di Ghadir Khum pada hari khamis sambil memegang ketiak Ali bin Abu Talib a.s., dan mengangkatnya sehingga aku melihat keputihan di ketiak Rasulullah (Saw.) dan bersabda: Sesiapa yang menjadikan aku maulanya, maka Ali adalah maulanya. Wahai Tuhanku! Muliakanlah orang yang menjadikannya wali. Musuhilah orang yang memusuhinya. Tolonglah orang yang menolongnya. Hinalah orang yang menghinanya. Abu Sa‘id berkata: Beliau terus berdiri sehingga turun firman-Nya dalam Surah al-Ma’idah (5): 3, “Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan nikmat-Ku, dan Aku meridhai Islam menjadi agamamu”. Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Allahu Akbar kerana menyempurnakan agama, melengkapi nikmat dan keridhaan ilahi dengan risalahku, dan wilayah Ali selepasku.

Sya‘ir Hasan bin Thabit tentang Ghadir Khum

Hasan bin Thabit berkata: Wahai Rasulullah (Saw.)! Izinkan aku untuk mengungkapkan beberapa bait sya‘ir untuk Ali (a.s.). Maka beliau bersabda: Teruskanlah di atas berkat Allah. Hasan berkata: Wahai ketua-ketua Quraisy! Dengarlah kata-kataku dengan penyaksian Rasulullah saww:

Tidakkah kalian mengetahui bahawa Nabi adalah Muhammad Di Ghadir Khum ketika beliau ber diri sambil menyeru. Jibril mendatanginya daripada sisi Tuhannya Sesungguhnya anda adalah maksum bukan seorang yang cuai. Sampaikan kepada mereka apa yang diturunkan oleh Allah Tuhan mereka. Jika anda tidak melakukannya dan memperingati si zalim Di atas anda apa yang telah anda sampaikan kepada mereka risalah-Nya. Jika anda takutkan permusuhan. Beliau ber diri manakala beliau mengangkat tangannya. Dengan tangan kanannya mengisytiharkannya de ngan suara yang tinggi. Beliau bersabda: Sesiapa yang menjadikanku maulanya Hafazlah kata-ka taku supaya tidak terlupa. Maula selepasku adalah Ali.Sesungguhnya aku dengannya meridhai untuk kalian. Wahai Tuhanku! Sesiapa yang mewalikan Ali, muliakanlah. Jadilah musuh kepada orang yang memusuhi Ali. Wahai Tuhanku! Tolonglah pembantu-pembantunya. Imam petunjuk seperti bulan yang penuh purnama. Wahai Tuhanku! Hinalah orang yang menghinanya Dan jadi kanlah ganjaran kepada mereka pada Hari Hisab.

Kata-kata Ali a.s.: “Bagiku sepuluh keistimewaan daripada Rasulullah (Saw.)”

Abban daripada Sulaim bin Qais berkata: Aku telah mendengar Ali a.s. berkata: Bagiku sepuluh keistimewaan daripada Rasulullah (Saw.). Seseorang berkata kepadanya: Jelaskan kepada kami wahai Amir al-Mukminin! Maka beliau berkata: Rasulullah (Saw.) bersabda: Wahai Ali! Anda adalah saudara, anda adalah khalil, anda adalah wasi, anda adalah wazir, anda adalah khalifah pada keluarga dan hartaku pada masa ketiadaanku. Kedudukan anda di sisiku sepertilah kedudukan aku di sisi Tuhanku. Anda adalah khalifah pada umatku. Wali anda adalah waliku. Musuh anda adalah musuhku. Anda adalah Amir al-Mukminin, Penghulu Muslimin selepasku. Kemudian Ali a.s. berdepan dengan para sahabatnya dan berkata: Wahai para sahabatku! Demi Tuhan, aku tidak mendahului sesuatu perkara melainkan apa yang telah dijanjikan kepadaku oleh Rasulullah (Saw.). Maka berbahagialah orang yang teguh kecintaan kepada kami Ahl al-Bait di hatinya agar imannya lebih teguh di hati daripada Bukit Uhud di tempatnya. Sesiapa yang tidak ada kecintaan kepada kami di hatinya akan berkurangan iman di hatinya seperti berkurangan garam di air. Demi Tuhan! Tidak ada sebutan di dunia yang lebih dicintai oleh Rasulullah (Saw.) daripada sebutanku. Tidak ada orang yang mengerjakan solat Dua Qiblat seperti solatku. Aku telah mengerjakan solat sebelum baligh.

Fatimah adalah sebahagian daripada Rasulullah (Saw.) adalah di bawahku. Beliau pada zamannya seperti Maryam binti ‘Imran pada zamannya. Aku berkata kepada kalian perkara ketiga bahawa al-Hasan dan al-Husain (a.s.) kedua-duanya adalah anak lelaki umat ini. Mereka berdua daripada Muhammad (Saw.) sepertilah kedudukan dua mata pada kepala. Adapun aku seperti kedudukan dua tangan pada badan. Adapun Fatimah (a.s.) sepertilah kedudukan hati pada badan. Umpama kami sepertilah bahtera Nuh. Sesiapa yang menaikinya berjaya. Sesiapa yang tidak menaikinya tenggelam (binasa).

Doa Nabi Saw. terhadap ‘Aisyah dan Hafsah: “Wahai Tuhanku! Tutuplah pende ngaran mereka berdua”

Abban daripada Sulaim berkata: Aku telah mendengar Ali a.s. berkata: Rasulullah Saw. berjanji kepadaku pada hari kewafatannya. Aku telah menyandarkannya di dadaku dan kepalanya di sisi telingaku. Dua perempuan itu telah mencuri dengar percakapan kami. Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Wahai Tuhanku! Tutuplah pendengaran mereka berdua. Kemudian beliau bersabda: Wahai Ali! Apakah pendapat anda tentang firman Allah dalam Surah al-Bayyinah (98): 7, “Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal salih, maka mereka itulah sebaik-baik makhluk”. Adakah anda mengetahui siapakah mereka? Aku berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: Sesungguhnya mereka itu adalah Syi‘ah anda dan pembantu-pembantu anda, perjanjianku dan perjanjian mereka di Haudh pada Hari Kiamat. Kalian akan datang dalam keadaan wajah yang berseri-seri, kenyang dan kerehatan. Wahai Ali! Firman Allah dalam Surah al-Bayyinah (98): 6, “Sesungguhnya orang kafir daripada Ahli al-Kitab dan Musyrikin di Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya dan mereka itulah sejahat-jahat makhluk”. Mereka itu adalah Yahudi dan Bani Umayyah, dan Syi‘ah mereka akan dibangkitkan pada Hari Kiamat sebagai orang yang celaka, kelaparan dan dahaga dalam keadaan wajah mereka kehitaman.

Kata-kata Mu‘awiyah kepada Abdullah bin Ja‘far: “Alangkah kuatnya anda mem besar-besarkan al-Hasan dan al-Husain”

Abban daripada Sulaim berkata: Abdullah bin Ja‘far bin Abi Talib telah memberitahuku bahawa beliau berkata: Aku berada di sisi Mu‘awiyah, bersama kami ialah al-Hasan dan al-Husain dan di sisinya ialah Abdullah bin Abbas, maka Mu‘awiyah telah berpaling kepadaku dan berkata: Wahai Abdullah! Alangkah kuatnya anda membesar-besarkan al-Hasan dan al-Husain. Mereka berdua bukanlah lebih baik daripada anda dan bapa mereka berdua bukanlah lebih baik daripada bapa anda. Sekiranya Fatimah bukanlah anak perempuan Rasulullah, nescaya aku akan berkata bahawa ibu anda Asma’ binti ‘Umaisy adalah lebih baik daripadanya. Aku berkata: Demi Allah! Sesungguhnya anda mempunyai maklumat yang sedikit tentang mereka, bapa mereka dan ibu mereka berdua. Demi Tuhan! Mereka berdua adalah lebih baik daripadaku, bapa mereka lebih baik daripada bapaku dan ibu mereka adalah lebih baik daripada ibuku. Wahai Mu‘awiyah! Sesungguhnya anda terlupa apa yang telah aku dengar daripada Rasulullah Saw. tentang mereka, bapa dan ibu mereka berdua. Aku menghafaz, menjaga dan meriwayatkannya. Dia berkata: Berikan buktinya wahai Ibn Ja‘far! Demi Tuhan, anda bukanlah pembohong dan bukan pula dituduh berbohong.